Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menutupi Kebocoran Sekecil Apapun adalah Awal Berhemat

10 Mei 2016   11:41 Diperbarui: 10 Mei 2016   13:32 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Menutupi Kebocoran Sekecil Apapun adalah Cara Berhemat yang Efektif

Menutupi kebocoran sekecil apapun, adalah cara berhemat yang paling efektif. Analogi yang sederhana dan mungkin sudah pernah dialami oleh semua orang adalah kebocoran di rumah. Air yang menetes di dapur ketika hujan turun atau digudang tempat penyimpanan barang. Namun karena dianggap sepele dan tidak penting, kita abaikan saja. Apalagi dalam pikiran kita, toh tidak setiap hari turun hujan.

Namun semakin hari, air yang tadinya hanya menetes dan merembes turun disela sela barang barang di gudang, kini sudah mulai merembes kedinding kamar tidur, ahkan diruang tamu, sudah harus menggunakan ember untuk menampung air hujan. Baru kita seakan terjaga dari tidur. Memeriksa dan mencari sumber kebocoran. Kedapatan  plafond rumah sudah lapuk karena lama basah kena air dan tinggal menunggu saat saat roboh saja.

Akibatnya ,kebocoran yang awalnya bisa diatasi hanya dengan mendompul  atau menganti satu dua lembar genting yang pecah,kini sudah berekor panjang. Mengeluarkan  dana yang tidak sedikit ,bukan hanya untuk mengganti  genting,tapi juga harus mengganti  balok penyangga atap dan kayu kayu plafond langit langit rumah,agar tidak roboh.

Dalam Bidang Kehidupan

Dalam bidang kehidupan  secara tanpa sadar,kita mengulangi kembali kejadian yang sama, walaupun versi yang berbeda. Menganggap pengeluaran kecil yang terus menerus ,tidak ada artinya.  Misalnya : beli rokok sebungkus sehari. Ikutan minum kopi di café ketika istirahat makan siang, hanya karena tidak mau kalah gengsi dengan teman sekantor.  Sepulang kerja, dengan alasan ,daripada macet dijalanan, terus ikut teman duduk duduk di café. Duduknya gratis, tapi setidaknya es campur atau lagi lagi secangkir capucinno.untuk teman duduk sambil ngobrol.

Kebocoran demi kebocoran berlangsung dari hari ke hari dan bahkan dalam hitungan bulan dan tahun. Tanpa sadar,apa yang kita lakukan adalah menjadikan ekonomi sebagai penyanggah kehidupan keluarga menjadi lapuk dan siap untuk tumbang.Baru kita sadari ketika semuanya sudah terlambat. Kita lupa atau pura pura lupa menghitung, berapa juta yang telah kita biarkan mengalir dari “kebocoran dan kebocoran “ terus menerus?

Sebungkus rokok+ secangkir capucinno di café+  es campur semangkuk = tidak banyak.Untuk ukuran di Jakarta, mungkin :”Cuma 40 -50 ribu rupiah total  pengeluaran uang untuk sesuatu yang sesungguhnya tidak dibutuhkan. Satu bulan sekitar satu juta rupiah..

Satu Juta Rupiah Tidak Banyak

Satu juta rupiah memang tidak banyak bila disimpan di dalam laci meja, tapi bila dijadikan modal usaha dirumah,seperti buka warung kecil kecilan atau beli angsuran mesin foto kopi, maka uang satu juta ini akan bertumbuh dan berkembang, Dalam setahun berapa yang bisa dihemat dan ditabung, dari menghentikan kebocoran kecil? Silakan dihitung sendiri,,Hal ini baru satu sisi dari ‘kebocoran kantong suami” Belum termasuk dompet istri yang bocor, untuk berbelanja “kecil kecilan” disetiap  kesempatan.

Semua yang Besar Berasal dari Yang Kecil
Sebatang pohon, tidak dapat tiba tiba jadi pohon besar dan berbuah lebat. Selalu diawali dengan mulai menanam bibitnya, disiram dan dipupuk. Tumbuh dan bertahun kemudian menjadi pohon yang menghasilkan.

Tjiptadinata Effendi/ 10 Mei.2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun