Siapa bilang kita itu sama? Jelas masing masing orang berbeda. Bahkan yang berada dalam satu keluarga, satu ayah dan ibu saja berbeda. Beda wajah, beda karakter dan beda gaya. Karena memang sejak dari sononya manusia diciptakan unik dan berbeda. Namun, haruskan perbedaan warna kulit, asal muasal, budaya dan bahkan beda agama, dijadikan alasan untuk tebar kebencian?
Tulisan ini bukan menempatkan diri sendiri sebagai orang arif dan bijak. Apalagi sebagai manusia yang innocent . Mana ada manusia yang sempurna? Karena kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha sempurna.
Dulu Berteman ,Kini Tak Pernah Lagi Saling sapa
Dulu berteman, malahan sering saling memberikan komentar, bahkan sudah pernah kopdar kopdaran. Tapi sejak hiruk pikuk Pilkada dan saling mengusung jagoan masing masing..eee mendadak sontak pertemanan berubah menjadi saling diam. Bahkan tidak cukup sampai disana, mulai menyerang sana sini. Apapun yang ditulis, dihubung hubungkan dengan sesuatu yang kiranya dapat membakar kebencian. Dan bilamana dirasa kurang, masih dibumbui dengan kata kata yang dibungkus dengan bahasa plesetan, namun jelas intinya adalah tebar kebencian dan sara terselubung.
Sejauh Mana Pejabat Berperan Dalam Hidup Kita?
Mungkin kita bangga pernah berfoto bersama pejabat yang jadi jagoan kita atau malah mungkin sudah pernah makan bersama. Boleh boleh saja ada setitik kebanggaan, bahwa kita punya: ”orang dekat” seorang pejabat. Tapi mungkin perlu kita sediakan waktu barang beberapa menit saja, untuk renungan diri. Apakah bila jagoan kita,menang, bakalan mengundang kita makan siang atau malam? Apakah kalau berpapasan dijalan, pejabat yang kita bela mati matian ,akan menyapa kita dan menyalami kita? Jangan mimpi. Kalau kalau kita berharap demikian, maka itu akan jadi mimpi mimpi buruk dalam hidup.
Seorang Sahabat Lebih Penting dari pada Pejabat
Seorang sahabat, jauh lebih penting dalam hidup kita, ketimbang pejabat. Teman atau sahabat, setidaknya akan menyapa kita: ”Selamat pagi, apa kabar mbak/mas?” Pada hari ultah kita, walaupun tidak dikirimi hadiah, minimal ada pesan whatsApp..” Happy Birthday” dan andaikan kita sakit atau mengalami musibah, minimal teman atau sahabat akan menghibur kita:” semoga cepat sembuh yaa”
Percayalah hal hal seperti ini, walaupun kecil dan tampak sepele,tapi merupakan hiburan dan penguat kita ,disaat saat sepi. Dan semuanya ini, tidak akan pernah didapatkan dari pejabat yang kita usung mati matian,sehingga demi untuk membela dan “memperjuangkan” jagoan, kita mau menebas teman teman sekeliling kita dengan kata kata yang menyakitkan.
Pengalaman Pribadi
Sewaktu masih pengusaha, saya sering mendapatkan kesempatan untuk bertemu pejabat. Dari wali kota,gubernur dan menteri. Bukan hanya foto foto bareng, tapi duduk makan semeja,bersalam salam dan ikut dalam berbagai diskusi berbagai topik.
Dilain kesempatan, ketika berpapasan di bandara dan direstoran, apakah pejabat ini , masih kenal dan menyapa ? Jawabannya: ”Tidak” , Karena foto dan makan bareng itu hanya acara seremonial ,bukan didasari hubungan pertemanan.Hubungan yang demikian ,hanya sesaat dimana sama sama membutuhkan. Selepasnya, jangan berharap pejabat akan menyapa kita: ”Hai…kita jumpa lagi yaaa? Jangan mimpi please!
Tulisan ini sama sekali bukan menggurui. Hanya berbagi secuil kisah hidup. Mungkin saja kisah hidup kita akan berbeda, namun setidaknya diharapkan dapat menjadi masukan. Silakan mengusung jagoan masing masing, tapi janganlah tebar kebencian antar sesame teman.
Salam persahabatan,
Tjiptadinata Effendi .8 Mei,2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H