Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Gunanya Miliki Keterampilan Sebelum Merantau

5 Mei 2016   17:13 Diperbarui: 19 Mei 2016   14:29 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto : tjiptadinata effendi

Inilah Gunanya Miliki Ketrampilan Sebelum Merantau Kenegeri Orang

Artikel ini, diposting tanpa bermaksud menyepelekan hasil kerja keras, belajar selama bertahun tahun untuk mendapatkan selembar kertas yang dinamakan : ”Ijazah”. Hanya semata ingin menyampaikan, jangan menempatkan harapan secara berlebihan, pada ijazah yang ada di tangan. Setidaknya untuk yang berniat tinggal dalam waktu panjang di Australia.

Karena kalaulah hal ini menjadi tumpuan harapan,maka kelak akan hadirkan kekecewaan mendalam. Seperti yang pernah saya tuliskan dalam artikel berbeda, salah seorang teman saya, yang berasal dari Maninjau, Sumatera Barat, datang dengan membawa ijazah Insinyur Pertanian. Ternyata gaji yang diperoleh, jauh dari harapan. Syukurlah Syahrul, memiliki ketrampilan memasak, seperti lazimnya orang Padang.

Karena di Sumatera Barat, yang pandai memasak bukan hanya kaum wanita,tapi juga kaum pria. Banting stir, jadi juru masak disalah satu hotel berbintang di  kota Wollongong dengan pendapatan per bulan, tiga kali lebih besar daripada gaji sebagai Insinyur Pertanian. Kata Syahrul  pada saya dalam perjumpaaan acara 17 Agustusan: ”Ijazah awak lipek dan masuk kotak. “Sebagai juru masak selama 3 tahun, Syahrul sudah bisa membangun rumah dikampung halamannya.

55291ba66ea834f4538b4567-572b1c3f717a61410cf811e0.jpeg
55291ba66ea834f4538b4567-572b1c3f717a61410cf811e0.jpeg
foto: tjiptadinata effendi/ilustrasi mesin pengolah sampah peremajaan taman

Lain Kisah Sutarjo

Sutarjo datang ke Australia dengan Visa Student. Jadi sesuai aturan yang berlaku ,sebagai pemegang Visa Student hanya diperbolehkan bekerja maksimal 20 jam seminggu. Jadi berarti ada banyak waktu yang tidak dapat dimanfaatkan. Karena Sutarjo berprinsip ,dinegeri mematuhi aturan,bukan hanya dinegeri sendiri, tapi juga dinegeri orang.. Karena itu walaupun ada teman yang mengajak kerja : ”cash to cash” artinya tidak terdaftar, namun Sutarjo tidak mau ambil resiko. Karena kalau kedapatan melanggar aturan yang ada, maka akan dideportasi. Nama akan di blacklist dan seumur hidup,tidak akan pernah mendapatkan ijin untuk memasukki wilayah Australia.

Syukur sejak di kampung halamannya. Sutarjo sudah terbiasa bekerja part time dibengkel pamannya ,untuk mereparasi beragam mesin . Ketrampilan inilah yang membuka peluang bagi dirinya.

Clean Up Day

Secara berkala ,di Australia ada kesempatan bagi warga untuk membersihkan rumah mereka dari barang barang yang tidak berguna. Walaupun sebagian besar masih layak pakai. Karena rata rata orang Australia, tidak suka menumpuk banyak barang dirumah mereka. Maka, kulkas bekas, alat masak memasak.. kasur, mesin potong rumput, mesin pengolah sampah dan apapun yang tidak digunakan lagi di letakkan didepan rumah masing masing. Dan pada hari yang telah ditetapkan.kendaraan khusus datang dan mengangkat semuanya ,untuk dibawa ketempat pembuangan sampah akhir.

Nah, kesempatan inilah dimanfaatkan oleh Sutarjo, untuk keliling kota Wollongong, Mobil Pick up bekas yang dibelinya dengan harga 600 dolar, ternyata banyak manfaatnya. Dapat mesin penggolah sampah, yang langsung dibawa pulang bersama dengan  barang barang lainnya.

Dengan ketrampilannya.hanya butuh dua hari ,untuk melakukan : ”kanibalisasi”, antar mesin mesin yang ada, maka jadilah alat untuk mendapatkan usaha bagi Sutarjo.

Dapat Upah Bersihkan Kebun dan Bawa Pulang Pupuk

Umumnya disini setiap rumah ada pekarangan yang lumayan banyak tumbuh tumbuhannya, terutama yang tinggal dipinggiran kota. Upah satu jam antara 20 -25 dolar plus  Tugas adalah meremajakan pohon pelindung dan pohon buah yang berada dalam radius tanggung jawab pemilik rumah dan mengangkutnya ketempat pembuangan sampah. Untuk mengangkut ini, ada upah tambahan, yakni 60 dolar.

Nah, dengan memanfaatkan mesin rakitan ini, Sutarjo mendapatkan hasil ganda, yakni ,upah meremajakan dan membersihkan taman dan halaman  rumah+ ongkos buang + sampah hijau yang diolah langsung jadi serbuk kayu. Hasil olahan ini dijual dengan harga 5 dolar perzak .

Hasilnya lumayan. Kini Sutarjo.disamping mampu menghidupi diri sendiri,bahkan dengan hasil menjual barang barng bekas yang diperbaikinya ,Tarjo bermaksud memboyong istrinya untuk menemani selama menyelesaikan studinya di sini.

Semoga artikel kecil ini ada manfaatnya, untuk sekedar menjadi pengingat, agar bila ingin merantau , jangan mengandalkan Ijazah, tapi milikilah minimal satu ketrampilan,yang pasti dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup di negeri orang, Misalnya: ketrampilan masak memasak. Ketrampilan mereparasi barang elektronik. Kemampuan mereparasi mesin mesin, ketrampilan mereparasi  kendaraan bermotor. Menguasai satu dari antaranya, adalah jauh lebih penting dari pada Ijazah.

Tjiptadinata Effendi /5 Mei,2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun