Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kata Siapa Berwiraswasta Harus Punya Modal Jutaan?

4 Mei 2016   20:08 Diperbarui: 5 Mei 2016   09:04 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto; tjiptadinata effendi

Kata Siapa Berwiraswasta itu Harus Punya Modal Jutaan?

Baru mau berusaha, sudah langsung ditonjok dengan pernyataan,  “Mau dagang dengan modal dengkul emangnya bisa?!"

Kalimat ini sangat menghentak dan menyesakkan dada bagi kaum muda yang baru membicarakan tentang hasrat hati untuk berwiraswasta, namun sudah langsung dipatahkan semangatnya oleh pernyataan diatas. 

Paradigma seperti ini bukan main-main ,karena diulangi terus menerus, maka sadar atau pun tidak telah terbentuk sebuah kesimpulan yang keliru. Bahwa kalau mau mulai berusaha harus menunggu hingga modal mencukupi.

Ukuran cukup itu sangat relatif. Bisa satu juta rupiah,bisa 5 juta dan seterusnya. Banyak itu belum tentu cukup, tergantung mau usaha apa dan bagaimana bentuk usahanya. Karena pikiran sudah terbelenggu oleh pemikiran ”Bahwa tanpa modal besar,tidak mungkin bisa berwiraswasta” akhirnya menjadikan kaum muda, tidak berani lagi memikirkan tentang mengawali untuk berbisnis.

naskah-1-5729f2c6ce7e61cb073b6bc1.jpg
naskah-1-5729f2c6ce7e61cb073b6bc1.jpg
foto: tjiptadinata effendi

Belajarlah Dari Para Pedagang Kaki Lima

Kalau mau mulai berusaha, bertanya kepada pengusaha besar pasti jawabannya akan membuat hati kecut. Mungkin angka yang disebutkannya adalah ratusan juta rupiah atau malah miliaran. Sehingga yang mendengar menjadi shock dan hasrat hati mau mulai berbisnis langsung mati total.

Datangilah para pedagang kecil, pedagang kaki lima, warung tenda.  Bagaimana mereka mengawali usahanya. Maka di sana akan terbukalah wawasan kita bahwa untuk berusaha tidak harus tunggu modal besar. Merekalah guru bisnis sejati. Bukan ahli ekonomi!

Orang Padang Berbisnis Jual Suara, Orang Batak Jual Angin

Pernah mencoba menelusuri ,bagaimana orang Sumatera merantau ke Jakarta dan bisa bertahan hidup? Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya menjual suara di kali lima semisalnya orang Padang. Dengan berteriak ”Sayang anak tigo sapuluah,” ( sayang anak 3 Sepuluh ribu ) beberapa tahun kemudian sudah memiliki toko sendiri. 

Nah, modal mereka hanya meninggalkan KTP pada pengusaha grosir dan tentunya ada yang merekomendasikan mereka diizinkan membawa barang untuk dijual dan kemudian ketika malam tiba, harus setor hasil penjualan. Tentu dengan mendapatkan keuntungan hasil kerja keras sepanjang  hari.

Sedangkan cara orang Batak yang merantau ke Jakarta, mengawali bisnisnya dengan menjual ”Angin dan air.” Seperti yang pernah saya tuliskan. Ucok yang tamatan Sarjana Hukum merantau ke Jakarta dengan tujuan mau kerja di kantor Pengacara. Tapi sudah habis telapak sepatunya mundar mandir bawa map berisi permohonan, ternyata tidak ada lowongan. Sementara itu hidup harus tetap berlangsung dan artinya perlu makan .

Untuk makan perlu uang dan untuk mondok di kost kostan juga pasti tidak gratis. Maka Ucok menyewa mesin pompa ban dan pompa air bekas. Duduk di pinggiran jalan raya di Kemayoran. Hasil “jual angin dan air," dengan mengisi ban  motor yang kempis dan sekaligus mencucinya, ternyata hasilnya lumayan. 

Bahkan kini Ucok sudah mampu mengaji teman-teman sekampungnya beberapa orang karena mereka mengalami nasib yang sama seperti dirinya yakni bawa ijazah dari kampung asal ke Jakarta, ternyata di DKI  tidak ditengok orang.

Contoh Lain:

Ajo, asal Pariaman adalah karyawan swasta. Namun gajinya terlalu kecil untuk dapat bertahan hidup di Jakarta, apalagi ada dua orang anak yang bersekolah,sementara istrinya mencoba buka warung kecil kecilan di rumah kontrakannya .  

Ajo yang ditemui berjualan di depan Mall Giant di Kemayoran, mengaku berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. Sepulang dari kantor, berjualan nasi disana. 

Dengan membeli gerobak bekas seharga Rp.200.000 Ajo sudah dapat berjualan nasi Padang. Ternyata hasilnya lumayan besarnya sehingga menurut Ajo total setiap bulan ia mendapatkan hasil lebih dari 2 kali gaji kerja di kantor. Rencananya malah akan berhenti bekerja dan fokus berjualan nasi dari pagi hingga malam.

Lain cerita Mbak Dian, masih di seputaran Kemayoran dan jualan cendol. "Saya dan anak saya hanya berjalan beberapa ratus meter saja, dari rumah dan sudah bisa jualan di sini. Modal jualan cendol cukup 100 ribuan. Gerobak saya sewa 10 ribu sehari. Bisa dapat keuntungan bersih antara 40- 50 ribuan sehari. Kan lumayan Om," katanya dengan wajah ceria.

Pengusaha Kecil Adalah Guru Kehidupan Sesungguhnya

Kalau mau belajar berwiraswasta kecil kecilan ,maka belajarlah dari pengusaha kecil, karena merekalah sesungguhnya guru kehidupan. Dari  mereka kita akan mendengarkan langsung pelajaran yang sudah terbukti secara empirik.

Kelak kalau sudah sukses dan ingin menjadi pengusaha nasional,baru belajar pada ahli ekonomi. untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas. Namun tetap berpedoman pada prinsip prinsip dagang adalah Kejujuran adalah modal yang paling berharga.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya untuk menjadi inspirasi bagi orang banyak,terutama bagi mereka yang sedang kebingungan mau berusaha, karena modal cuma sedikit.

Tjiptadinata Effendi/ 4 Mei, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun