Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Demo Bukan Satu Satunya Jalan untuk Perbaikan Nasib Buruh

1 Mei 2016   04:20 Diperbarui: 1 Mei 2016   05:04 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehingga dengan demikian, peluang bagi sekelompok orang, untuk memanfaatkan kekuatan kaum buruh untuk mendongkrak popularitas diri, dapat diminimalkan. Disamping itu cara cara dan segala upaya dari sekelompok orang untuk mempertentangkan buruh dan Pengusaha, menjadi tidak memiliki kekuatan apapun lagi.

Bukan untuk membungkam kaum buruh ataupun membelenggu hak hak mereka, tapi justru untuk menempatkan kaum buruh sebagai partner kerja bagi Pengusaha, Karena sehebat apapun pengusaha,mustahil dapat menjalankan usahanya tanpa bantuan kaum buruh.

Demo Bukan Satu Satunya Jalan

Ada begitu banyak gagasan dan teori tentang mengapa harus demonstrasi. Puluhan kali menyaksikan, mendengar, serta membaca berita tentang demonstasi walaupun disampaikan dengan irama berbeda, namun intinya adalah tuntutan dari kaum pekerja, untuk mendapatkan perbaikan nasib mereka.Serta jaminan kehidupan yang memadai,menurut versi atau sudut pandang buruh.

Tapi akibat penekanan yang terus menerus, menyebabkan banyak pengusaha gerah dan hengkang dari negeri kita, bahkan para investor juga mikir mikir dulu untuk investasi dijalur yang akan berhadapan dengan buruh.

Selama ini yang terjadi adalah kaum buruh dijadikan kuda tunggangan oleh segelintir orang,untuk mendapatkan kesempatan melakukan deal deal yang menguntungkan diri sendiri, Sama sekali tidak menyentuh kepentingan kaum buruh,

Sekilas tentang Demo

Demontrasi yang dapat dikatakan paling tua usianya di dunia ini , dilakukan 130 tahun lalu. tepatnya tanggal 1 Mei 1886 di Amerika Serikat. Hampir 500.000 orang buruh di negeri ini, menuntut pengurangan jam kerja , menjadi 8 jam sehari. Sebelumnya ,buruh biasa berkerja 15 hingga 20 jam dalam sehari.

Demonstrasi ini mencapai puncaknyapada tanggal 4 Mei 1886 yang menimbulkan bentrokan dengan polisi setempat dan korban ratusan buruh tewas. Para pemimpin demonstran ditangkap dan dihukum mati. Tragedy tersebut dikenal dengan istilah May Day.

Kita berharap hari buruh tanggal 1 Mei 2016 ini dimanfaatkan oleh pemerintah dan pengusaha --serta kaum buruh-- untuk mendapatkan jalan keluar yang lebih baik. Memang kita boleh boleh saja mengatakan Pengusaha yang mau hengkang silakan keluar, tapi jangan lupa: bahwa pengusaha tidak akan kelaparan. Ketiga unsur ini sama sama memilki kepentingan besar,namun bila pengusaha hengkang, yang paling menderita adalah kaum buruh.

Sebaliknya bila semakin banyak pabrik yang ditutup,semakin banyak pula kaum pekerja yang kehilangan pekerjaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun