Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Demo Bukan Satu Satunya Jalan untuk Perbaikan Nasib Buruh

1 Mei 2016   04:20 Diperbarui: 1 Mei 2016   05:04 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto: tjiptadinata effendi

Demo Untuk Perbaikan Nasib Buruh atau Sekedar Show of Force?

Hari ini tanggal 1 Mei 2016 adalah Hari Buruh. Dan Hari Buruh bagi warga Indonesia, bahkan mungkin juga bagi kebanyakan warga dunia,seakan sudah dimaknai dengan: ”demonstrasi” Setiap tahun pasti ada demo yang disertai dengan perdebatan tentang perlu tidaknya demo saat memperingati Hari Buruh.

Bagi yang setuju tentu memberikan argumentasi ,berserta semua data pendukung, bahwa demo itu tetap diperlukan, Agar Para Pengusaha tidak bertindak sewenang wenang terhadap buru. Demo juga dimaksudkan sebagai show of force atau untuk kekuatan untuk melakukan penekanan secara psikologis terhadap para pengusaha.

Yang tidak setuju ,juga memiliki alasan tertentu,yakni : demo dianggap hanya menggangu dan merugikan hak pengguna jalan lainnya. Demo dianggap buang buang waktu percuma, karena ujung ujungnya hanya akan mengakibatkan kemacetan dan tidak jarang disertai dengan berbagai tindakan anarchis.

Terlepas dari pro dan kontra terhadap demo yang sudah dan akan dilangsungkan hari ini, 1 Mei ,2016, mungkin ada jalan lain ,yang jauh lebih efektif serta memberikan hasil konkrit bagi para buruh. Disamping itu pengusaha juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan usahanya,tanpa diganggu terus menerus dengan unjuk rasa,demo atau apapun namanya yang isinya adalah tuntutan tuntutan

may2-5725259e917a612105a7c472.jpg
may2-5725259e917a612105a7c472.jpg
foto: tjiptadinata effendi

Pengusaha Tidak Mau Merugi

Sebagai orang yang pernah berada di dua jalur tersebut, yakni pernah dua tahun sebagai buruh dipabrik karet di PT Pikani, desa Petumbak, pinggiran Kota Medan dan juga 20 tahun menjadi pengusaha, maka sedikit banyak saya memahami kondisi ini. Terlepas dari kaitannya dengan politik.

Yang namanya Pengusaha, sudah jelas tidak akan mau bekerja kalau harus merugi terus menerus. Menekan pengusaha lewat jalur demo dan unjuk rasa berkali kali,,menyebabkan banyak pengusaha hengkang dan beralih ke negeri lain,misalnya ke Tiongkok. Kita bisa saja berargumentasi bahwa hal itu hanya hoax, tapi kalau mau nasib buruh diperbaiki dan perusaahan tetap bisa berkerja. Perlu ada jalan yang lebih efektif dan transparan.

Cara turun dijalan hanya memilki power untuk menurunkan pejabat tapi sangat tidak efektif untuk menekan pengusaha. Maka jalan terbaik adalah dengan duduk bersama dalam : ”KTT Buruh” seluruh Indonesia, untuk menelorkan aturan yang menjadi win win solution,antara buruh dan Pengusaha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun