foto: tjiptadinata effendi
Demo Untuk Perbaikan Nasib Buruh atau Sekedar Show of Force?
Hari ini tanggal 1 Mei 2016 adalah Hari Buruh. Dan Hari Buruh bagi warga Indonesia, bahkan mungkin juga bagi kebanyakan warga dunia,seakan sudah dimaknai dengan: ”demonstrasi” Setiap tahun pasti ada demo yang disertai dengan perdebatan tentang perlu tidaknya demo saat memperingati Hari Buruh.
Bagi yang setuju tentu memberikan argumentasi ,berserta semua data pendukung, bahwa demo itu tetap diperlukan, Agar Para Pengusaha tidak bertindak sewenang wenang terhadap buru. Demo juga dimaksudkan sebagai show of force atau untuk kekuatan untuk melakukan penekanan secara psikologis terhadap para pengusaha.
Yang tidak setuju ,juga memiliki alasan tertentu,yakni : demo dianggap hanya menggangu dan merugikan hak pengguna jalan lainnya. Demo dianggap buang buang waktu percuma, karena ujung ujungnya hanya akan mengakibatkan kemacetan dan tidak jarang disertai dengan berbagai tindakan anarchis.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap demo yang sudah dan akan dilangsungkan hari ini, 1 Mei ,2016, mungkin ada jalan lain ,yang jauh lebih efektif serta memberikan hasil konkrit bagi para buruh. Disamping itu pengusaha juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan usahanya,tanpa diganggu terus menerus dengan unjuk rasa,demo atau apapun namanya yang isinya adalah tuntutan tuntutan
Pengusaha Tidak Mau Merugi
Sebagai orang yang pernah berada di dua jalur tersebut, yakni pernah dua tahun sebagai buruh dipabrik karet di PT Pikani, desa Petumbak, pinggiran Kota Medan dan juga 20 tahun menjadi pengusaha, maka sedikit banyak saya memahami kondisi ini. Terlepas dari kaitannya dengan politik.
Yang namanya Pengusaha, sudah jelas tidak akan mau bekerja kalau harus merugi terus menerus. Menekan pengusaha lewat jalur demo dan unjuk rasa berkali kali,,menyebabkan banyak pengusaha hengkang dan beralih ke negeri lain,misalnya ke Tiongkok. Kita bisa saja berargumentasi bahwa hal itu hanya hoax, tapi kalau mau nasib buruh diperbaiki dan perusaahan tetap bisa berkerja. Perlu ada jalan yang lebih efektif dan transparan.
Cara turun dijalan hanya memilki power untuk menurunkan pejabat tapi sangat tidak efektif untuk menekan pengusaha. Maka jalan terbaik adalah dengan duduk bersama dalam : ”KTT Buruh” seluruh Indonesia, untuk menelorkan aturan yang menjadi win win solution,antara buruh dan Pengusaha