Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Penuh Kebencian, Ketika Meninggal Rohnya Gentayangan

30 April 2016   14:38 Diperbarui: 30 April 2016   22:02 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto: shutterstock

Orang  Yang Hidup Penuh  Kebencian,Ketika Meninggal Rohnya  Gentayangan

Orang yang hidupnya penuh dengan kebencian, ternyata ketika meninggal, rohnya gentayangan kemana mana……..

Saya termasuk orang yang tidak percaya ,segala macam tahayul. Yang katanya ada tuyul ,ada babi ngepet, ada kuntilanak ,pocong dan segala macam jenis ragamnya.  Namun ada kejadian kejadian aneh,yang  saya tulis, dengan harapan dapat dipetik hikmahnya. Believe it or not. Jadi mau percaya atau tidak, sama sekali tidak ada masalah.Tidak ada yang diuntungkan dan tidak ada yang dirugikan.

Tetangga saya sewaktu masih di Padang, yang nama daerahnya adalah Pulau Karam ,sedangkan nama jalan yang masuk kedalam gang, adalah Jalan Kali Kecil. Pada waktu itu, kondisi disana masih penuh semak belukar dan tak ubahnya bagaikan tinggal di pinggir hutan.

Diantara warga yang hanya segelintir disana, ada seorang laki laki tua, yang bertingkah laku aneh. Hidup menyendiri di pondoknya. Tidak pernah ada sinar lampu dirumahnya. Tidak ada yang tahu namanya yang sesungguhnya. Orang hanya mengenalnya sebagai  Pak Kobra. Karena pekerjaannya adalah menangkap ular dan kemudian menjual empedunya di rumah obat China dan dagingnya disantap sendiri. Menurut anak anak yang mempergoki ,Pak Kobra makan daging ular mentah mentah.

Begitu juga.ketika ada ayam tetangga nyasar masuk kepondoknya, terus ditangkap dan dicabik cabik,serta dilalap mentah.Apakah mengalami gangguan jiwa atau tidak ,mana pula ada yang mau mengurusnya. Karena rata rata warga yang tinggal disana, hidupnya sangat memprihatinkan, termasuk keluarga besar saya.

Belum pernah tampak sanak keluarganya yang datang ke pondoknya. Dan tak seorangpun warga yang berani singgah, apalagi anak anak. Karena jangankan singgah, begitu melewati depan pondoknya. Pak Kobra sudah berdiri menghadang dengan mata merah dan mengancam, jangan lagi pernah lewat disana. Orang tidak pernah menengok wajah aslinya, karena selalu memakai topi rumput ,yang menutupi wajahnya. Karena sikapnya yang tidak menyukai siapapun dan pondoknya selalu gelap.maka sejak itu, pondok ini dikenal dengan nama :” Rumah Hantu”

Meninggal Gantung Diri di Pohon Rambutan

Suatu hari pak Kobra kedapatan mati gantung diri dipohon rambutan,dipinggir jalan . Sejak saat itu setiap malam , orang mendengarkan suara  ketawa yang mengerikan disana. Tidak cukup sampai disana. Roh pak Kobra ini gentayangan ,menampakkan wajahnya yang mengerikan di jendela kamar penduduk atau muncul dikamar mandi diwaktu malam.Akibatnya warga jadi histeris, terutama kaum wanita, kalau sudah mulai gelap,tidak berani lagi ke belakang. 

Pada masa itu, mana ada toilet dalam rumah. Toilet dirumah kami saja ,jaraknya 100 meter dari rumah. Jadi kalau pada malam hari mau kebelakang, harus pakai sulu.yakni daun kelapa yang diikat dan dibakar,sehingga mirip dengan obor. 

Akibat penampakan penampakan roh Pak Kobra ini, maka sekampung jadi geger .Akhirnya warga berunding dan   sepakat, pohon rambutan yang sedang berbuah sangat lebat itu harus ditebang. Bahkan pohon diseberangnya yang bersentuhan dengan pohon rambutan ini juga ditebang habis . Hingga akar pohon di siram dengan minyak tanah dan dibakar.Dan beberapa tokoh agama dimintakan untuk berdoa, agar roh Pak Kobra,jangan lagi gentayangan mengganggu penduduk.Begitu takutnya warga, sehingga buah rambutan dari pohon yang sudah ditebang,tak ada yang berani memakannya. Karena takut kesurupan.Makanya ikut dibakar.

Sejak saat itu tidak ada lagi kejadian kejadian aneh Bahkan di bekas pohon rambutan yang sudah ditebang,dengan cara gotong royong, warga meminta PLN mendirikan tiang listrik untuk dipasangi lampu jalan disana.

Pesan Moral

Bagi warga di jalan kali Kecil kota Padang, kejadian ini adalah sebuah realita,yang mereka yakini, benar adanya. Namun kalaupun dianggap sebuah kisah horror ,hasil imaginasi ,juga tidak bakalan ada yang dirugikan.

Setidaknya ada pesan moral yang dapat ditangkap,yakni orang yang hidupnya penuh dengan kebencian, ternyata setelah meninggal ,jiwanya mengalami kegelisahan dan tidak dapat beristirahat dalam ketentraman.

Tjiptadinata Effendi /30 April 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun