Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebungkus Nasi Lebih Penting Daripada Dengar Pidato

28 April 2016   19:35 Diperbarui: 28 April 2016   20:46 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Doktorandus Panusi Turun Panggung

Dengan wajah merah padam , pengkotbah turun dari panggung, Disambut oleh pak RT ,yang berkali kali minta maaf..Saya mau ikut ketawa ,yang nggak tegaan. Tapi rombongan beberapa ibu ibu dibelakang saya, terus cecekikan ketawa dan tanpa ditanya ,mengatakan pada saya:” Salah panitia sendiri  ya pak..katanya acara ramah tamah.Masa iya sudah jam 1.00 siang undangan nggak dikasih makan.Cuma aqua gelas doang. “

“Kenapa ibu ibu nggak ikut ambil nasi gratis?” tanya saya sambil menahan geli.

“Dirumah kita banyak makanan Om. Kita kita nggak mau niru koruptor. Jatah orang kecil disikat juga hahaha hihihi….”

Saya  hanya menyalami pak RT ,yang hanya mampu mengucapkan dua kata saja”Minta maaf ..minta maaf” Kemudian  sampai dirumah, saya baru ketawa sejadi jadinya. Keluarga sampai terheran heran, dikira saya kerasukan roh apa.. Koq pulang pulang ,tanpa cerita apapun tertawa terus… sampai perut terasa kejang..

Dalam hati saya berpikir :” Ini pelajaran bagus bagi saya. Lebih baik bagi sebungkus nasi ramas , bagi orang terlantar. Daripada berkotbah tentang reformasi mental atau apapun namanya. Karena sudah terbukti, sebungkus nasi ,mengalahkan pidato Doktorandus Panusi”

Ini bukan hasil rekayasa, namun nama dan ucapan salamnya saya hilangkan.Sehingga tidak ada kesan sara sama sekali. Semoga bukan hanya pelajaran bagi diri saya pribadi, tetapi juga dapat dipetik manfaatnya bagi orang banyak. Yakni :” Orang miskin butuh nasi,bukan kotbah!”

Catatan kecil

Tadi siang kami ke Warilla , pusat pelayanan sosial bagi pengungsi dan orang orang homeless. Kami kenal baik dengan para voluntir disana, karena sama sama di Senior Club . Nenek nenek ini mengomel,karena sudah susah payah menyediakan makanan ,ternyata sudah jam  2 siang,belum ada yang datang makan. 

Tadi sempat senang ,karena menengok ada 3 orang ibu ibu datang, Dikira mau makan siang disana, ee taunya malaha mengantarkan makanan lagi. Nah, bagi orang disini mau berbuat baik saja rumit, karena tidak ada yang mau datang makan gratis, Saya ingat ,kalau di Jakarta,, nggak usah tunggu sampai sore, pasti masakannya  sudah habis,Makanya saya teringat ,untuk menulis kisah lama ini,semoga ada manfaatnya.

Tjiptadinata Effendi/ 28 April. 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun