Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebungkus Nasi Lebih Penting Daripada Dengar Pidato

28 April 2016   19:35 Diperbarui: 28 April 2016   20:46 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah menghadiri undangan yang disampaikan lewat pak RT yang  intinya adalah undangan bagi warga untuk acara “Ramah Tamah “ dan sekaligus  mendengarkan ceramah ” Bagaimana Seharusnya Sikap Warga Menghadapi Kesulitan Hidup “

Sebagai warga yang baik dan kebetulan pada waktu itu, hari Minggu dan saya tidak ada jadwal kegiatan, maka saya ikut hadir dalam acara pertemuan tersebut. Dengan tujuan setidaknya mendapatkan kesempatan untuk saling berkenalan dengan  para tetangga. Yang selama ini amat jarang ada kesempatan untuk berkumpul.

Alasan kedua adalah saya tidak ingin dikatakan sebagai warga yang ekslusif dan tidak mau bergaul dengan ”orang kecil” Apalagi pada waktu itu, kami belum pindah ke  Apartement  Kemayoran karena belum siap pakai dan sementara  tinggal beberapa bulan di daerah Duri Kencana – Jakarta.

Ruangan Pertemuan Penuh Terisi

Ruang yang berkapasitas sekitar 100  tempat duduk penuh terisi.Malahan harus ditambah dengan kursi kursi dari plastic,yang biasa digunakan oleh Penjual Bakso. Rupanya minat dan antusias warga luar biasa.Karena sibuk susun menyusun kursi dan mengatur tempat duduk.maka pertemuan yang sedianya diadakan pada jam 10.00 pagi, molor satu jam lebih dan baru dimulai pada jam mendekati  angka 12 .

 Pak RT membuka pertemuan dengan menyampaikan salam dan sepatah kata dan memperkenalkan bahwa warga harus bersyukur ,karena  ada tamu khusus yang datang untuk memberikan pengarahan. Bagaimana seharusnya sikap warga menghadapi situasi dimasa masa sulit . Sambutan dari pak RT mendapatkan applaus yang sangat meriah dari hadirin. Tanpa terasa ,jam berjalan terus dan pak RT baru selesai dengan “sepatah katanya” pada jam. 12.30

Untuk kemudian microphone diserahkan kepada seorang tokoh masyarakat ,yang baru kali ini saya kenal. Gagah ,rapi dan tampaknya “orang pemerintahan” ,karena ada kendaraan dinas yang mengantarkannya.

Tapi disana sini  tampak ada bisik bisik dibelakang saya dan juga dikiri kanan.:” Hmm kita nggak dikasih makan ?” Bisik bisik ini walaupun diucapkan dengan suara pelan,tapi saking banyaknya yang saling berbisik ,maka terdengar seperti suara serombongan lebah yang lagi terbang.

Tiba tiba:” Selamat siang , saudara saudara semuanya. !” Apa kabar ? Nama saya :”Doktorandus Panusi SH.MH “ (bukan nama sebenarnya) .Terima kasih sudah memenuhi undangan kami.Mengingat dimasa masa ekonomi negeri kita mengalami keterpurukan,maka masyarakat perlu dibekali dengan pemahaman dan kesiapan mental.Perlu adanya reformasi mental. agar jangan mudah terpancing isu isu dan politik adu domba antar sesama warga.  Intinya adalah, agar betapapun sulitnya menghadapi masalah kehidupan, jangan pernah putus asa…!”

“Plok Plok Plok” ada tepuk tangan, tapi aneh yang bertepuk tangan hanyalah beberapa orang saya dari lebih 100 orang yang hadir dalam ruangan itu….”Saudara saudara.sekalian..sekali lagi,hendaknya kita semuanya harus tabah ,menghadapi berbagai masalah hidup. Termasuk kondisi ekonomi negara yang sedang mengalami masa masa sulit. jangaan putus asa!” Suara Panusi membahana memenuhi seluruh ruangan ,bahkan terdengar sampai kejalan raya…

Tiba tiba… Kotbah Doktorandus Panusi ..terhenti di pinggir jalan…. Matanya melotot menengok kebelakang, Maka secara refleks ,saya membalikkan tubuh dan ikut menengok kebelakang.. ternyata ruangan hampir kosong…….Tanpa ditanya,seorang ibu yang duduk persis dibelakang saya , berbisik:” Om,Tetangga bagi nasi bungkus…selamatan anaknya di wisuda .”sambil tertawa geli…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun