Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur Adalah Jalan Menemukan Kedamaian Hati

28 April 2016   05:22 Diperbarui: 28 April 2016   09:29 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto : shutterstock

Bersyukur Jalan Menemukan Kedamaian Hati

Begitu kita terbangun dipagi hari, maka sebuah pilihan sudah ada di depan mata . Sebagai manusia, tidak jarang pikiran kita langsung terpaut pada berbagai masalah hidup. Persediaan beras yang sudah habis dirumah. Uang sekolah anak yang sudah dua bulan nunggak. Dagangan merugi terus. Atau membayangkan kemacetan yang akan di hadapi  ,wajah Boss yang  pemberang dan seterusnya

Seakan sebuah film horor dipertontonkan dihadapan kita.Bagi yang pernah alami hidup susah dan menderita, pasti pernah mengalami hal hal seperti ini. Mungkin tidak persis sama atau alurnya berbeda,namun intinya adalah sebuah bayangkan menakutkan,menghadapi hari hari dalam hidup ini.

Bila kita membiarkan pikiran pikiran ini merasuki hati ,maka seketika, sadar ataupun tidak, wajah kita akan berubah murung. Perasaan hati jadi tidak karuan. Dan hal ini akan merembet kepada sikap pada istri dan anak anak. Kopi yang terlambat disediakan istri bisa jadi pencetus meledaknya kemarahan.Anak anak yang bernyanyi nyanyi dengan suara keras,langsung dibentak bentak.  Mengebrak meja ,membanting pintu kamar atau yang lebih gila lagi membanting cangkir kopi hingga pecah, hanya lantaran  kurang manis.

Maka jadilah kita penebar terror dalam rumah tangga sendiri. Kita yang seharusnya mengayomi, melindungi dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga, tanpa disadarai  sudah berubah.Walaupun dalam ujud phisik masih dalam wajah lama, namun sikap dan prilaku sudah berubah total.

Bersyukur Adalah Jalan Menemukan Kedamaian Hati

Sesungguhnya ada begitu banyak hal yang patut disyukuri dalam hidup ini . Tidak sedikit orang, yang tidur dan keesokkan harinya tidak pernah bangun lagi. Sudah pernah merasakan ,begitu mau bangun ,tiba tiba pinggang sudah tidak bisa digerakkan sama sekali? Atau begitu mau bangun ,tiba tiba terkena serangan stroke dan mengalami kelumpuhan.  Ada juga yang ketika mau berbicara, ternyata mulutnya sudah mencong dan perkataan yang keluar hanya :” baaa baaa”

Mengapa tidak kita awali hari hari kita dengan bersyukur? Atau haruskan kita menunggu hingga salah satu petaka itu hinggap pada diri kita untuk menyadarinya.?

Pengalaman Pribadi

Suatu waktu  di tengah malam saya tersentak, ada rasa sakit yang begitu luar biasa pada bagian pinggang, Begitu sakitnya, hingga setiap tarikan nafas, serasa ada pisau yang mengiris bagian dalam dari pinggang, Mau ke toilet, merangkakpun tidak mampu. Sehingga harus dibantu oleh anak dan istri. Serasa pagi itu akan menjadi hari terackhir bagi diri saya. Rasa sakit rasanya sudah melampaui ambang ketahanan diri. Seminggu total tidak dapat bergerak……

Bersyukur sesudah diterapi, Tuhan memperpanjang ijin  tinggal saya di dunia ini. Sejak saat itu,setiap bangun pagi, apapun masalah yang ada, selalu saya awali dengan bersyukur. Saya tidak biasa berdoa panjang lebar. Hanya satu dua kalimat saja:” Terima kasih Tuhan.Saya masih hidup…..Praise the Lord I still alive!” (jangan tiru gaya ini)

Aneh tapi nyata, hanya dengan mengucap syukur , ada rasa nyaman dan aman dalam hati.Serta terlahirnya rasa optimisme yang tinggi,bahwa apapun masalah hidup yang sedang dihadapi pasti akan ada jalan keluarnya.Untuk menemukan kedamaian, sungguh tidak perlu harus ikuti seminar ini dan itu. Karena kedamaian itu ada di dalam hati kita masing masing, Hanya selangkah saja,yakni bersyukur,maka damai akan hadir dan jadi milik kita.

Catatan Kecil:

Tulisan ini bukan bagian dari kotbah, karena penulis bukan siapa siapa,bahkan jujur, bukan tipe orang yang agamis.. Malah ayat ayat kitab sucipun tidak hafal. Sungguh.  Hanya berbagi sepotong kisah hidup,yang mungkin dapat menjadi inspirasi bagi orang banyak.

Atau setidak tidaknya ,mampu mengingatkan orang ,bahwa untuk menemukan kedamaian tidak perlu harus bertapa ke gunung Semeru ,ke gurun Gobi ataupun tirakatan berbulan bulan. Cukup dengan mengawali hari hari dengan bersyukur kepada Tuhan,dengan cara dan ajaran agama masing masing.

Tjiptadinata Effendi/28 April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun