Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jaga Anak Anak Kita Jangan Terjebak Menjadi Provokator

25 April 2016   18:27 Diperbarui: 3 Juni 2016   14:43 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto : shutterstock

Jaga Anak Anak Kita .Jangan Terjebak Menjadi Provokator

Dalam pengertian awam, provokator adalah sosok yang kerjanya mengipas ngipas mengompori,,memanasi manasi orang lain, agar terprovokasi untuk bertindak dan berbuat sesuatu seperti yang diharapkannya. Dan  yang sangat memprihatinkan ,justru cukup banyak orang yang mau disuruh suruh, di dorong dorong untuk maju dan bersedia melakukan apa yang disuruh oleh Provokator.

Sejak dari kanak kanak sifat jelek ini sudah mulai tampak.Bahkan tidaklah berlebihan bila dikatakan ,justru  kurangnya perhatian dari orang tua terhadap prilaku anak sejak dini,menjadi salah satu penyebab ,anak anak kelak tumbuh dan berkembang  menjadi seorang Provokator.

Contoh:

Tengok bila ada anak anak  yang sedang bertengkar,entah karena alasan  apa. Teman teman yang ada disekilingnya,bukannya berusaha untuk mendamaikan keduanya.malah memprovokasi dengan teriakan :” Hajar saja, Jangan takut, Kami dibelakangmu!”.Mereka senang bila teman mereka berantem,

Satu kalimat ini saja, sudah cukup menghadirkan tontonan full body contact ,bagi kerumunan anak anak ini. Dan bila ada yang terluka atau semamput, semua pura pura begok dan angkat bahu. Yang sangat memprihatinkan justru orang orang dewasa yang berlalu lalang,sama sekali tidak tertarik untuk menghentikan perkelahian ini.Mungkin dianggap bukan urusan mereka.

Paradigma Lama, Yang Masih Terus Berlangsung

Inilah salah satu paradigma, yang sudah lama berlangsung dan terjadi dimana mana. Tidak perlu kita mencari di mesin pencari google ,karena hampir dipastikan setiap orang pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri.Namun mungkin karena terlalu sibuk berpacu dalam mengais rejeki,maupun sibuk mengumpulkan harta kekayaan, banyak orang tua menggangap hal ini adalah hal yang sepele ,Jadi tidak merasa perlu dijadikan perhatian.

Anak Usia Belasan Tahun Mencopet ,Dihajar Sampai Muntah Darah

Suatu waktu saya  dan istri ke Pasar Baru untuk berbelanja sesuatu keperluan.. Tiba tiba tampak seorang anak,sekitar beruisa 15 tahunan berlari dikejar orang banyak. Hanya dalam hitungan detik, sudah tertangkap dan dihajar ramai ramai. Beberapa orang Provokator berteriak hajar biar mampus! Kecil kecil sudah mencopet !

Maka terdengar teriakan minta ampun… Namun orang orang dewasa yang mengangkat diri sebagai eksekutor semakin menghajar, Dan dalam hitungan menit, suara minta ampun itu diam Ditinggalkan tergeletak dilantai ,berlumuran darah dan dari mulutnya mengalir darah segar. Wajahnya hancur..Ditangannya masih ada uang kertas Rp.10,000 satu lembar……

 Para eksekutor bangga dan Provokator menghilang,,

Polisi datang dan membawa korban, Ini hanya satu dari sekian ribu kejadian… Mencopet jelas harus dihukum ,tapi ada polisi yang menangangi, Bukan harus dihukum mati langsung ditempat,

Mengapa Orang Begitu Mudah Diprovokasi?

Hanya dengan mengeluarkan satu kalimat saja, maka seorang Provokator sudah mampu  menggerakkan masssa ,untuk menghajar, membakar dan membunuh, Padahal orang yang dibunuh ,belum tentu  bersalah,

Tengok saja bila ada pertandingan sepak bola, tinju ,pagelaran musik,dangdut, Pilkades,Pilkada,maka Provokator berkeliaran dimana mana Tidak hanya secara phisik,tapi juga merasuk kedalam media sosial.

Tipe orang orang seperti ini,sesungguhnya bukanlah orang yang IQ nya jongkok,malah banyak yang termasuk pintar,namun karena jiwanya sudah terdistorsi  sejak masih kanak kanak, maka sangat sulit baginya untuk melepaskan belenggu ini,

Tengok saja kemampuannya untuk menciptakan keributan, hanya karena masalah masalah sepele. Pembicaraaan seseorang ataupun tulisan orang lain, dipenggal dan diposting sehingga menimbulkan tafsiran yang negative. Maka ketika emosi pembaca terpancing, dengan sangat mudah termakan hasutan. 

Akibatnya timbullah keributan, pertengkaran dan perkelahian yang dalam intensitaf yang tinggi,dapat menyebabkan orang saling melukai,bahkan saling membunuh. Inilah kepuasan dari sosok provokator, yang jiwanya haus dan sangat dahaga untuk menengok kerusuhan dan keributan.

Bahkan seorang provokator akan tega menggunakan ayat ayat kitab suci untuk mencapai maksudnya. Yakni dengan mengedepankan diri sebagai orang yang membela kebenaran dan melindungi orang orang miskin ,serta telantar.

Secara emosional orang banyak di dorong untuk merasa menjadi pahlawan membela kebenaran , dengan melakukan apa saja, demi mencapai tujuannya.

Patut Dikasihani

Tipe tipe seperti ini,sesungguhnya adalah orang orang yang patut dikasihani. Karena kurangnya perhatian orang tua ,serta tidak mendapatkan kebahagiaan dimasa kanak kanak,secara otomatis membentuk sikap antipatinya terhadap siapa saja ,yang dianggapnya hidup lebih baik dari dirinya.

Satu satunya yang ada dalam pikirannya adalah :” Kalau saya tidak dapat memiliki,maka tidak boleh ada orang lain yang memiliki”

Sikap mental mem bumi hanguskan ini, sudah terlihat sejak dari masa kanak kanak,dimana bilamana ada layangan yang putus, maka bila ada anak lain yang mendapatkan, maka bagaimanapun ,tipe anak anak yang kurang mendapatkan kasih sayang ini, akan melakukan praktek  :’bumi hangus” dalam hal ini adalah mematahkan dan menghancurkan layangan tersebut.Baru hati nya senang.

Sebelum jiwa anak anak diracuni secara mendalam, alangkah bijaknya bila sedini mungkin ,kita jaga dan bimbing anak anak kita, agar jangan terjerumus menjadi provokator .Dengan jalan:

mengawasi lingkungan pergaulan anak anak

menegor mereka bila tampak sifat sifat provakor mulai merasuki diri mereka

jangan ijinkan anak bergaul dengan sembarangan orang, terutama pergaulan dengan orang dewasa 

yang bermental bobrok ,serta tidak dapat dipercayai

dampingi anak dengan penuh kash sayang, 

pahamilah bahwa anak adalah harga tak ternilai dalam hidup kita.

Diyakini dengan demikian, kita sudah memproteksi anak anak kita, yakni dengan perhatian dan kasih sayang!

Tjiptadinata Effendi/ 25 April,.2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun