Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Contoh Kasih Tanpa Pamrih

21 April 2016   18:32 Diperbarui: 21 April 2016   18:45 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama kemudian ,bis bergerak pelahan dan diiringi teriakan sopir :” Horasss”. Dalam satu dua detik ,saya masih melihat lambaian tangan Lina, istri saya, Kemudian bis melaju dengan kecepatan tinggi,,,,,,

Saya hanya mengucapkan selamat pagi kepada wanita disamping saya, yang tampak rambutnya sudah mulai memutih.Kemudian diam dan memejamkan mata. Mungkin menengok wajah saya yang  pucat dan tidak nyaman,wanita ini bertanya:” Nak,kurang sehat ya?”

Saya membuka mata saya kembali dan menjawab ,:”Benar bu”

“Aduh nak, kalau kurang sehat, mengapa memaksa terus berjalan? Ke Padang bisa lebih dari 20 jam ,apalagi jalan jelek.”

“Tiket sudah terlanjur beli bu.” Jawab saya singkat.

kemudian diam.”Nama ibu ,Halimah nak, mau ke Padang tengok cucu yang baru lahir”

“Oo ya bu” Jawabku sekenanya saja. Bu Halimah mungkin memaklumi kondisi saya menyebabkan saya tidak tertarik untuk melanjutkan pembicaraan. Maka Bu Halimah ,mengatakan :” Ya ,kalau begitu cobalah tidur nak..”Saya hanya mengangguk dan kembali memejamkan mata,dengan perasaan yang sangat galau…….Kemudian saya tidak mendengar apa apa lagi,

Entah sudah berapa lama saya tertidur.

.Tiba tiba merasa bahu saya ditepuk perlahan . Ada suara memanggil:" Nak, bangun,." Saya membuka mata,ternyata bu Halimah. :”Sudah sampai bu? “ tanya saya dalam kondisi mengambang,

"Aduh belum nak, ini baru seperempat perjalanan…Kita harus turun,. karena jembatan rusak”

Sempoyongan  saya turun  ,mengikuti penumpang lainnya.Mencoba duduk dipingir jalan ,seperti halnya yang lain, Namun tak kuasa rasanya menahan diri untuk tidak berbaring. Saya berdiri dan merebahkan diri di atas sebatang kayu yang roboh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun