Selang tiga hari kemudian, kami pulang larut sudah menjelang pagi, karena baru kembali dari berkendara dari Cilacap. Lumayan sekitar 9 jam berkendara, plus berhenti makan malam dan minum dijalan,sehingga kami tiba di Kemayoran sudah mendekati jam 2,00 dini hari.
Begitu masuk ke lokasi Kemayoran tampak ada kendaraan nyangkut di pagar batas jalan dengan taman.Lampu kendaraan masih bernyala . Kami mendekat dan parkir kendaran,, Tak seorangpun tampak menolong. Saya mendekat dan lewat kaca mobil yang terbuka, tampak Yulius melambai lambaikan tangannya. “Pak tolong pak,sudah sejak tadi saya teriak ,tapi nggak ada satupun orang dating menolong.” Kata Yulius . Namun nadanya kini, berbeda total dengan nada yang diucapkan dengan berapi api sewaktu pertemuan tiga hari sebelumnya di Apartement
Rupanya pintu kendaraan menghantam pagar dan penyok,sehingga Yulius tidak bisa bergerak,sementara hpnya tidak tahu entah kemana. Karena saya tidak dapat mengeser badan kendaraan seorang diri,maka saya kembali ke mobil dan menuju ke apartemet yang jaraknya hanya 200 meteran dari tempat kejadian. Memanggil Satpam dan beramai ramai dating membantu Yulius.
Satpam yang dulu dikatakan tidak tahu sopan santun oleh Yulius, justru yang datang menolongnya.
Satu lagi bukti,bahwa sehebat apapun kita ,suatu waktu pasti akan tiba waktunya membutuhkan bantuan orang lain.
Belajar dari pengalaman diri sendiri adalah penting, namun lebih lengkap lagi bila kita mau belajar dari pengalaman hidup orang lain, agar tidak harus mengalami hal yang sama.
Kalau merasa diri kaya ,pintar atau hebat, ya disyukuri saja, jangan sombong, Percayalah,suatu waktu betapapun hebatnya ,kita akan butuh bantuan orang lain.
Tjiptadinata Effendi /14 April 2016