Bisa dibayangkan, akibat egoisme kita berbangga diri sebagai orang yang suka berterus terang, kita sudah melukai hati sahabat kita. Maka pertemuan antara sahabat lama, yang seharusnya merupakan momentum mengembirakan, sudah secara serta merta terpupus dengan sikap dan ucapakan kita yang “terus terang.”
Kalau Tidak Bisa Menyenangkan, Janganlah Melukai Hati Orang
Sesungguhnya prinsip hidup itu tidak usah mencontoh pakar pakar dunia, yang membahas tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan sosial kita. Dengan falsafah hidup yang sangat sederhana, kita sudah dapat melangkah dengan mantap, meniti jalan hidup di Universitas Kehidupan ini. Yakni ”kalau tidak dapat menyenangkan, janganlah melukai hati orang.”
Bila tidak dapat memberikan komentar yang positif, lebih baik memilih berdiam diri. Dalam hal ini mungkin berlaku ”Silent is Gold” daripada kita asmong atau asal ngomong, yang melukai hati orang. Bila tidak dapat meringankan beban orang, jangan pula membebani. Bila terlalu berat untuk memberikan sepatah kata pujian, tidak perlu menggantinya dengan sebuah cercaan.
Jangan lupa, hidup Cuma sekali. Buatlah menjadi berarti. Sehingga kelak nama kita akan tinggal dalam kenangan manis orang banyak.
Harimau mati meninggalkan belang, manusia hendaknya meninggalkan kesan yang indah.
Wollongong, 7 April 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H