Perlukah Mengadakan Seminar :” Cara Mengatasi Kenakalan Orang Tua?”
Pasti hampir semua orang tua protes. Menyatakan tidak setuju, karena malu maluin saja terhadap anak-anak. Bisa-bisa wibawa orang tua anjlok dari langit ketujuh langsung ke bumi. Makanya selama ini yang hampir setiap hari kita dengar dan baca di media ataupun dibahas di berbagai saluran televisi.adalah tentang kenakalan remaja.
Para orang tua tampil berbicara mengebu-gebu dengan segala kemampuan retorikanya menampilkan dan membahas tentang kenakalan remaja. Namun sesungguhnya kita harus jujur pada diri sendiri. Sebagai orang tua kita selalu mengajarkan anak-anak kita, untuk selalu berpikir, bertindak dan berbicara jujur. Sesungguhnya alangkah bijaknya, bila sebelum mengajarkan orang lain, siapapun adanya tentang arti dan makna sebuah kejujuran, perlu diawali dengan jujur pada diri sendiri.
Diakui ataupun Tidak.Kenakalan Orang Tua Terjadi Dihadapan Kita
- Otoriter – tidak boleh dibantah
- One way communication – tidak ada diskusi hanya perintah
- Mengajari anak beribadah, tapi diri sendiri jarang beribadah
- Mengajarkan hidup berbagi, tapi kerabat kesusahan orang tua tidak peduli
- Jangan merokok, tapi diam-diam orang tua merokok di dalam kamar
- Jangan berjudi, tapi orang tua diam-diam judi online
- Melarang anak bertengkar, tapi orangtua berantem didepan anak
- Nasihati anak agar pandai dalam pergaulan, tapi orang tua tidak akur dengan tetangga
- Ada ”anak papa” dan ada “anak mama” dalam satu keluarga
- Ayah sibuk cari uang, ibu sibuk arisan, anak mau bikin apa terserah
- Waktu makan dilarang bicara, pulang kerja ayah tidak boleh diganggu
- Ibu lagi trading online juga tidak bisa diajak berunding
- Kamar anak-anak harus rapi, kamar orangtua brantakan
- Anak-anak harus berhemat, tapi ibu beli tas yang harganya jutaan
- Silakan dilengkapi daftar menu kenakalan orangtua ini
Orangtua Patut Dihormati, tapi Orangtua Bukan Malaikat
Orangtua patut dihargai dan dihormati, tapi orang tua bukanlah malaikat yang tanpa salah. Kalau orang tua tetap menutup diri dan berbuat seakan diri adalah tanpa kesalahan, maka akan berakibat sangat buruk bagi generasi. Kepribadian anak anak kebanyakan di copy dari contoh teladan yang diberikan orang tua. Baik maupun buruk.
Dengan membuka diri bahwa sebagai orangtua, kita juga terkadang,baik sadar ataupun tidak telah melakukan kekeliruan, maka tidak ada salahnya minta maaf pada anak dan mengubah prilaku buruk kita.
Perlu Introspeksi Diri
Bukan hanya anak anak dan remaja ,serta kaum muda yang disuruh untuk introspeksi diri, tapi juga orang tua. Banyak contoh contoh negative yang bisa disaksikan dan malah disiarkan terang terangan di berbagai saluran televisi.Bagaimana sikap ,tutur kata dan prilaku orang dewasa, sama sekali tidak mencerminkan sikap orang tua(dewasa) yang seharusnya arif dan bijak.
Orang tua adalah role model bagi anak anaknya,seharusnya memberikan contoh teladan yang bisa dijadikan panutan bagi anak anak. Kalau bukan kita yang mendidik anak anak kita, siapa lagi?
Yang intinya adalah:
- Samakan ucapan dengan tindakan
- Kewajiban orang tua bukan hanya membesarkan mereka, tapi juga mendidik
- Ibarat menanam pohon, bila dirawat kelak kita akan memetik buah yang manis
- Sebaliknya mencontohkan tingkah laku yang negatif, kelak akan menuai kesedihan mendalam
Bisa saja orang tua mengatakan ”right or wrong, this is my family! Go to hell with your advice”. Tentu ini adalah hak privasi setiap orang, yakni mengatur rumah tangganya sendiri. Tulisan ini tentu bukan dalam kapasitas menghimbau apalagi mengatur-ngatur hidup orang lain.melainkan semata sebuah masukan. Siapa tahu ada manfaatnya bagi orang banyak.
Wollongong, 24 Maret, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H