Kita Sudah Tidak Hidup di Jaman Perbudakan
Jaman perbudakan sudah lama berlalu,dimana seorang budak adalah milik tuannya. Yang boleh diperlakukan seperti memperlakukan sebuah benda . Namun dunia sudah berubah. Â Semua orang sudah memahami, bahwa hak kemerdekaan adalah hak setiap insan.Â
Kita risih bila menenggok masih banyak orang yang mengambil sikap merunduk runduk dihadapan orang yang dianggap lebih tinggi status ekonomi dan status sosialnya..Mungkin pejabat atau mungkin juga seorang boss besar. Sikap yang menghambakan diri ini,sekaligus menghempaskan harga dirinya sendiri.
Semakin lama ,orang akan terpuruk semakin dalam ,sehingga tertanam di dalam dirinya, bahwa nasibnya memang jadi pesuruh atau kuli seumur hidup. Bila pikiran ini sudah merasuki jiwa seseorang, maka sangat kecil kemungkinan ia bias bangun dari mimpi buruk kehidupan.
Hindari hal ini dengan jalan :
 menjaga martabat diri ,walaupun secara finasial saat ini, masih dalam kekurangan
- Menghargai orang adalah kewajiban, jangan  terhanyut hingga menghambakan diri
- Yakinkan diri, bahwa suatu waktu hidup akan berubah
- Musim gugur akan berganti dengan musim semi
- Musim dingin akan berganti dengan musim panas
- Jangan menghina diri sendiri
- Tidak punya uang, bukanlah berarti tidak punya harga diri.
Tulisan ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman hidup, pernah menjadi orang bawahan selama 11 tahun . Namun keyakinan diri ,serta kerja keras dan doa, sudah mengubah  hidup kami.
 Pengalaman inilah yang menjadikan kami,senantiasa  menghargai pembantu ,sopir dan tukang kebun kami. Mereka boleh duduk makan semeja dengan kami. Mereka dan saya berbeda posisi, tapi mereka dan saya adalah sesama  anak manusia.
Wolonggong, 20 Maret, 2016
Tjiptadinata Effendi
Â
Â