Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akibat Takabur

10 Maret 2016   19:22 Diperbarui: 10 Maret 2016   20:01 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[/caption]

Akibat Takabur

Tiba tiba saja malam ini saya teringat pada kejadian yang mengerikan  pada sebuah keluarga ,yang merupakan tetangga,sewaktu kami masih tinggal di kota padang. Kaya raya untuk ukuran diwaktu itu. Pada waktu orang tuanya meninggal, seluruh tamu yang datang melayat,dihadiahkan sebuah payung. Dan bagi yang mau mengenakan pakaian duka, akan diberikan seperangkat pakaian secara gratis.

Tentu saja dalam waktu singkat,nama Koh A Song (bukan nama sebenarnya) bagaikan meroket. Hampir setiap hari dikedai kopi ,namanya jadi bahan pembicaraan dan dikagumi banyak orang. Namun sayang sekali, mungkin karena merasa diri kaya dan disanjung begitu banyak orang, Koh A Siong menjadi takabur. Dan dengan lantang mengatakan bahwa :” tujuh turunan hartanya tak akan habis dimakan”

Beruntun Kejadian  Menegerikan Terjadi

Entah apa yang sesungguhnya terjadi.ada yang menyebutkan “hukum karma” ada juga  yang menyebutnya karena takabur, tidak sampai setahun setelah Koh Asiong sesumbar mengatakan bahwa kekayaannya tidak habis dimakan selama tujuh turunan, ternyata petaka demi petaka secara beruntun jatuh menimpa keluarganya.

Diawali dengan putrinya yang sudah menikah,kemudian kawin lari dengan :”orang kaya Hongkong”.ternyata membawa sebagian besar harta kekayaannya. Bahkan hanya selang beberapa bulan kemudian, heboh ada berita bahwa seorang wanita wni dibunuh dan disemen di dapur oleh suaminya yang dikenal sebagai :”orang kaya raya”

Akibatnya ,dalam tempo tidak sampai satu tahun, semua harta Koh  A siong ludas,karena berbagai hal ,terutama mengurus tentang kematian tragis putrinya dan membawa pulang jenazahnya yang sudah tidak utuh lagi ke Indonesia.

Menertawakan Kehancuran Orang Lain Adalah Sebuah Kenistaaan

Menertawakan  kehancuran orang lain, apapun kesalahannya adalah sebuah kenistaan ,yang menodai harkat kita sebagai makluk ciptaan Tuhan yang disebut sebagai makluk paling mulia diantara semua ciptaan Tuhan. Namun kita perlu belajar,tidak hanya dari kesuksesan seseorang, tetapi justru terutama dari kegagalan hidup orang lain. Agar menjadi pelajaran berharga bagi kita, untuk  senantiasa mengingat untuk  jangan pernah menjadi manusia yang takabur.

Kaya? Bersyukurlah ,tapi Jangan Sombong

Kaya? Bersyukurlah, karena ada begitu banyak orang yang mendambakan atau mengimpikan dapat mengubah hidupnya, namun entah karena apa, belum dapat terpenuhi.

Namun tetaplah rendah hati.. Jauhkan diri dari menyombongkan ,serta membanggakan diri. Karena akibatnya akan sangat menyakiti diri sendiri. Semakin tinggi hati seseorang, semakin tinggi juga tempat jatuhnya.

Tak terhitung contoh contoh hidup,yang dapat dijadikan pedoman dalam mengarungi samudra kehidupan. Bila merasa diri kaya, ingatlah bahwa segala kekayaan yang kita miliki,bagi orang lain mungkin hanya uang recehan saja. Bila  merasa diri kita pintar,ketahuilah bahwa ada begitu banyak hal yang tidak kita ketahui dalam hidup ini.Bila merasa kedudukan kita tinggi, percayalah tidak ada satupun jabatan yang kekal didunia ini. Suatu waktu diri kita, pasti akan digantikan oleh orang lain.

Karena itu ,siapapun adanya diri kita ,maka tetaplah rendah hati. Karena orang yang rendah hati adalah ibarat orang yang berjalan di tanah datar. Bila suatu waktu ,entah karena apa,mungkin terpeleset dan jauh,maka secara serta merta akan dapat bangkit lagi,

Namun setiap orang yang angkuh dan merasa diri hebat,adalah ibarat orang yang berjalan dipinggir tebing. Sekali terpeleset ,maka kecil kemungkinan akan bisa bangkit lagi.

Bila Kita

Bila dalam perjalanan hidup, posisi kita sedang dibawah, jangan pernah menyerah.Tengoklah ada jutaan orang lain,yang hidupnya jauh lebih parah dibanding kita. Namun bila kondisi kita hidup dalam berkecukupan,bersyukurlah.jangan takabur,karena diatas kita ada jutaan orang lain.yang jauh lebih kaya dari pada kita.

Semoga tulisan kecil ini ada manfaatnya bagi orang banyak.

Wolllongong, 10 Maret, 2016

Tjiptadinata Effendi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun