Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Niat Balas Dendam, Menutup Jalan Hidup Kita

28 Februari 2016   19:46 Diperbarui: 28 Februari 2016   19:54 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[/caption]Niat Balas Dendam Akan Melumpuhkan Daya Daya Hidup dan nilai luhur  kita sebagai manusia/ilustrasi : shutterstock)

Niat Untuk Membalas Dendam, Menutup Jalan Hidup Kita

Dalam hidup ini pasti ada saja hal hal yang membuat hati kita terluka. Masalahnya bisa beragam:

  • Masalah pribadi
  • Masalah bisnis
  • Masalah rumah tangga
  • Masalah kelompok

Kalau kita kaji justru yang paling banyak melukai hati kita adalah orang orang terdekat kita. Bisa jadi anggota keluarga,kerabat atau orang orang yang sudah dianggap bagian dari keluarga kita sendiri.

Hindari Niat Balas Dendam

Bila hati kita sudah dipenuhi oleh niat untuk membalas dendam, maka secara sadar ataupun tidak, kita sudah membiarkan sampah sampah batin menumpuk dalam diri kita. Yang semakin hari akan semakin menumpuk dan membebani diri. Bukan hanya pikiran yang menjadi kusut, tapi hati kita juga akan menjadi galau.

Akibatnya:

  • Akal budi tidak lagi dapat dimanfaatkan secara maksimal
  • Kendali diri menjadi tak terkontrol
  • Bisa meledak sewaktu waktu,hanya karena hal hal sepele
  • Begitu bangun pagi ,kemurungan sudah menghias wajah
  • Makananpun sudah tidak dapat lagi dinikmati secara maksimal
  • Tidak lagi fokus pada apa yang dikerjakan
  • Tujuan hidup hanya satu:” balas dendam”
  • Sikap murung akan berimbas pada keluarga dan lingkungan
  • Perlahan tapi pasti, jalan untuk mengubah nasib tertutup
  • Apapun yang dikerjakan ,tidak akan  sukses

Secara keseluruhan, niat balas dendam, akan melumpuhkan seluruh daya hidup dan nilai nilai luhur kita sebagai makluk ciptaan Tuhan yang tinggi. Bahkan dapat mengubah secara total perangai kita. Dari orang yang biasanya penuh welas asih..bisa berubah  menjadi orang yang tak berbelas kasih.

Biarkanlah Yang Sudah Terjadi

Biarkanlah yang sudah terjadi . Fokuslah pada apa yang menjadi cita cita hidup kita. Memang tidak mudah menerapkannya.Namun kalau jalan menuju ke Roma tidak satu,tapi agar jalan meraih kesuksesan tidak tertutup,maka jalan satu satunya adalah :” Hapuskan niat untuk balas dendam”

Berbagi Pengalaman Pribadi

Berbagi pengalaman pribadi, sama sekali jauh dari maksud menonjolkan diri sebagai orang yang pemaaaf. Tapi semata mata ,untuk menguatkan, bahwa artikel ini ditulis,bukanlah hasil searching sana sini, melainkan berdasarkan pengalaman nyata dari kehidupan pribadi.

  1. Roda kendaraan dilonggarkan, dengan tujuan,kalau saya mati, utangnya habis
  2. Rem mobil dirusakkan,sehingga ketika berada diperjalanan kendaaran melaju tanpa rem
  3. urusan uang yang dilarikan ,tidak perlu diulangi, karena  membuat orang bosan membacanya

Bersyukur kami selamat . Sedih dan kecewa memang ,setelah mengetahui pelaku pelakunya justru adalah orang orang yang pernah ditolong dalam kesusahan. Namun ,saya  memahami,bila membiarkan dendam menguasai diri,maka masa depan saya dan keluarga ,akan berakhir menyedihkan.

Makanya dengan susah payah ,berhasil menghindarkan diri dari niat balas dendam. Ternyata dengan jalan demikian, kami dapat menikmati hidup layak Pintu hokki  atau rejeki sepertinya terbuka lebar lebar.

Semoga tulisan ini mampu menjadi inspirasi bagi orang banyak agar jangan pernah berniat untuk membalas dendam, walaupun hati kita pernah disakiti. Setidaknya menjadi pengingat, agar jangan terjebak oleh niat yang akan merugikan hidup kita sendiri. Karena orang yang tenggelam dalam niat balas dendam, akan berubah menjadi sosok yang mengerikan..

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun