Mari Kita Ajak Keluarga Sesekali Melakukan Wisata Spiritual
Kata :” wisata” terdengar sangat merdu bagi yang hidupnya mapan. Tapi bagi yang hidupnya morat marit, kata :”wisata “ ini ,dapat menjadi sesuatu yang mungkin saja melukai hati mereka. Walaupun wisata seringkali dikemas rapi dan manis dengan judul: “Wisata Spiritual” , tetap saja, jumlah dana yang diperlukan untuk sekali melakukan wisata spiritual, dapat dimanfaatkan untuk bertahan hidup selama satu tahun.
Istilah Wisata Spiritual, memang sengaja ditulis tanpa tanda petik, karena memang memiliki makna tunggal. Yakni kunjungan atau perjalanan untuk menata hati dan jiwa. Berkunjung ke daerah pemukiman kumuh, masuk ke lorong-lorong atau bahkan di bantaran sungai yang selama ini tak tersentuh oleh perhatian masyarakat. Apalagi oleh para pejabat negara.
Di mana, diharapkan bukan hanya sekadar menengok, dishooting dan foto foto selfie, tapi duduk bersama mereka, menikmati nasi raskin dengan sepotong ikan asin, sambil meneguk air di gelas kumuh. Justru inilah inti yang sesungguhnya dari sebuah perjalanan spiritual, bukan seperti yang diiklankan di TV dan kora-koran.
Untuk melakukan wisata spiritual ini, tak perlu biaya banyak, serta tidak perlu keluar negeri, karena lokasinya ada disekeliling kita.
Untuk melakukan wisata spiritual, tidak perlu menengok hari baik dan bulan baik, tidak juga perlu survey, bahkan tidak perlu menabung untuk melakukannya. Karena daerah lokasi wisata spiritual ini, ada di berbagai tempat. Coba saja sambil melintas menggunakan jalan toll menuju ke Bandara International Soekarno Hatta.
Cobalah melirik beberapa detik ke bawah kolong jembatan tersebut, di sana ada kehidupan. Bukan kodok dan cacing, tapi anak-anak manusia, seperti anda dan saya. Seperti kita semuanya.
Wisata spiritual adalah Ilmu Kehidupan tentang Kasih tanpa Sekat