Sesuatu yang mustahil bagi kebanyakan orang lain, namun Lim Goh Tong mampu membuktikan bahwa sesungguhnya didalam hidup ini, tidak ada yang mustahil, asal saja ada tekad dan kerja keras dan tidak ada kata menyerah,
Lim Goh Tong terlahir miskin, namun ketika meninggal, menurunkan warisan tak ternilai bukan hanya merupakan warisan untuk keluarganya, tapi sekaligus menjadi warisan dunia.
Angan-angan saya untuk menuliskan cuplikan kisah hidup sosok yang inspiratif dan berisi roh, serta semangat untuk menembus misteri ketidakmungkinan, yang tertuang dalam biografinya :” My Story”, ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Butuh waktu untuk membaca ulang setidaknya dua kali, untuk memahami semangat dan keyakinan diri ,yang amat sangat langka ditemui didunia ini. Tidak berani saya sebutkan sebuah resensi buku, melainkan hanya merupakan catatan yang mungkin dapat menginspirasi, bahwa sesungguhnya dalam hidup ini, tidak ada yang tidak mungkin diraih, sejauh orang mampu memimpikannya.
Buku yang luar biasa, karena sarat dengan kisah nyata, perjuangan seorang pemuda miskin, yang mampu mengubah perbukitan gersang, menjadi istana di awang awang, menjadi semakin luar biasa, karena di berikan endorsement oleh sekaligus dua orang Perdana Menteri Malaysia: Abdullah Ahmad Badawi dan Mahatir bin Muhammad
Riwayat hidup yang mampu membangunkan semangat hidup bagi yang merasa dirinya miskin dan tak berdaya, bahwa sesungguhnya nasib itu ada ditangan kita tergantung pada pilihan, mau terlahir sebagai orang miskin dan tetap membawa kemiskinan itu hingga ke liang kubur, atau bangun, kerja keras dan pantang menyerah untuk mengubah nasib.
Walaupun mungkin sudah dianggap kuno, namun pribahasa yang tetap up to date untuk diingat dan diaplikasikan dalam hidup adalah:”
Tidak ada orang yang mampu mengubah nasib kita, siapapun adanya, kecuali diri sendiri. Bahkan Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, bila yang punya diri sendiri tidak mau berupaya untuk mengubahnya!”
Sumber : buku My Story- Lim Goh Tong, dipublished oleh Pelanduk Publications (www.pelanduk.com ). Terima kasih kepada sahabat Kompasianer Mohammad Noor – Mat Noor yang telah berbaik hati mengirimkan buku ini dari Kuala Lumpur ke alamat saya di Iluka Australia. Sebuah hadiah tak ternilai..
Iluka, 23 Januari, 2016