Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tulisan Saya Ada di Info Pengusaha Muslim

21 Januari 2016   13:58 Diperbarui: 21 Januari 2016   14:15 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tulisan Saya di Kompasiana Ada di Info Pengusaha Muslim

Ini bukan masalah kebanggaan, juga  bukan masalah tulisan saya dibajak,karena sangat jelas disana dicantumkan nama penulisnya : Tjiptadinata Effendi – Kompasiana  Seandainya tulisan kita masuk di Kompas, apalagi di New York Times atau di Sydney Morning Herald, yaa bolehkan kita sedikit  berbangga hati,

Tapi kisah kecil dan tampak sepele ini bagi saya penting, karena sebagai seorang Penulis non Muslim, tulisan saya  di pajang sebagai salah satu berita di Info Pengusaha Muslim.

Habib Tukang Sapu Jadi Pemilik Toko Halal di Australia

Info Pengusaha Muslim

Menjadi pengusaha sukses dunia dan akhirat

Kisah Tukang Sapu Jadi Pemilik Toko Halal di Australia

Kami sudah lama jadi pelanggan Habib, karena disini kami dapatkan beras dengan kualitas yang cuku baik dan harga yang relatif lebih murah, dibandingkan dengan toko lainnya. Disamping itu, kami juga tiap minggu memberli roti cane dan bumbu bumbu masakan. Hubungan kami dengan Habib, bukan hanya sebatas antara pembeli dengan penjual. Namun sudah dianggap sebagai sahabat baik.

Kalau kendaraan agak susah mendapatkan tempat parkir, maka biasanya istri saya yang turun untuk berbelanja. Dan si Habib,tidak pernah membiarkan istri saya mengangkat barang belanjaan dari tokonya ke mobil. Selalu diantarkan hingga kekendaraan.”

 Esensial Tulisan:

Habib datang sebagai pengungsi, Tidak punya apa apa atau siapa siapa di Australia, Tinggal di kamp pengungsian, dapat pakaian dan makanan yang disediakan oleh pemerintah Australia, Tapi Habib tidak ingin selamanya jadi benalu dinegeri orang, Ia ingin menjadi manusia yang mandiri

Habib sudah mencoba mencari pekerjaan,namun belum ada hasilnya.Sementara itu ia harus bisa mengisi perutnya agar bisa bertahan hidup. Maka dengan tekad yang kuat, mencoba menyiasati,yakni dengan berbekal sapu dan kain pel bekas, Habib mulai menelurusi pertokoan pribadi . Menyapu pekarangan tanpa diminta dan membersihkan kaca estalage ,,pintu dan mengumpulkan semua sampah daunan kering untuk dimasukkan  kedalam bak sampah. Dengan keyakinan diri, bila setiap pagi ia membersihkan 10 toko, maka Habib yakin, minimal satu toko akan memberikannya tips, berapapun adanya

Ternyata siasatnya berhasil. Pada hari pertama, ada tiga orang pemilik toko yang memberikannya uang tips ala kadarnya. Terkumpul sejumlah 16 dolar. Baginya uang sejumlah ini sudah cukup untuk membeli mie instant yang harganya satu kardus 14 dolar, isi 30 bungkus.. Ini akan cukup untuk makannya selama satu minggu!

Membuat ia semakin semangat dan bangun lebih pagi, serta membersihkan belasan toko dan kantor, Ia sudah berhasil mengumpulkan rata rata hampir 100 dolar perhari, walaupun tidak semua memberikannya tips.

Singkat Kisah

Habib di panggil bekerja oleh seorang nyonya, pemilik salah satu toko yang menjual barang barang keperluan sehari harian, Ada Devi putri angkarnya, yang sudah sejak lama kerja disana.

Keduanya jatuh cinta, namun ada halangn, yakni Devi beragama Hindu, sedangkan Habib, jelas Muslim. Butuh beberapa waktu bagi Devi untuk merenung diri, untuk kemudian memutuskan  ikut agama calon suaminya dan menjadi Islam.

Maka Habib dengan restu pemilik toko, menikah dengan Devi, anak angkatnya.

Beberapa tahun kemudian, dalam kondisi sakit parah ,karena sudah tua, Nyonya pemilik toko yang tidak selama ini tinggal sebatang kara, karena suaminya sudah meninggal dan tidak dikaruniai anak, memutuskan menghibahkan seluruh harta kekayaannya pada  anak  Habib dan istrinya Devi.

Maka sejak saat itu , mereka berdua bukan lagi karyawan ,tapi sudah menjadi pemilik toko.Namun ada kerinduan terdalam pada dirinya, yakni kembali kekampung halaman mereka

Sudah setahun saya tidak menjumpai mereka, sehingga tidak tahu, apakah masih disana, ataukah sudah meninggalkan benua Kanguru, untuk kembali kenegerinya. kalau negeri mereka sudah aman.

Catatan Penulis :

Apa esensialnya yang ingin saya sampaikan dengan mempublished artikel ini. adalah bahwa dengan mnuliskan artikel yang datar dan tidak bertendensi kemana mana, dapat diterima oleh semua kalangan.

Bagi saya, hal kecil ini ,menjadi penyemangat untuk mewaspadai setiap tulisan sebelum diposting,, Agar menjauh dari hal hal yang kontraoversial.walaupun resikonya adalah minim pembaca.

 

21 Januari, 2016

Tjiptadinata Effendi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun