Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Australia Mempersiapkan Anak-anak Masuki Universitas Kehidupan

12 Januari 2016   18:12 Diperbarui: 12 Januari 2016   20:06 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

keterangan foto: pelajar bekerja sebagai pelayan di restoran, bukan pekerjaan rendahan di sini, mereka digaji sekitar 15 dolar per jam. Kalau sudah mahasiswa lebih besar. Mereka bekerja bukan karena orang tua tidak mampu, namun cara australia mendidik anak-anak mereka (Tjiptadinata Effendi)

Mempersiapkan Anak-anak Jadi Orang Terpelajar dan Terdidik

Sebuah paradigma yang keliru diterapkan adalah bahwa yang penting anak-anak lulus dan menyandang gelar sarjana. Dengan menenteng ijazah sarjana di tangan maka seakan semua jalan sudah akan terbuka lebar lebar.

Cara berpikir begini terulang terus menerus, walaupun orang bisa menengok realita yang terjadi, bahwa dalam kenyataannya, gelar sarjana bukanlah jaminan, untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.

Tanpa perlu untuk mengadakan research ilmiah, rata rata orang sudah tahu, bahwa tidak terhitung sarjana yang menganggur. Sedangkan bagi yang memiliki inisiatif, begitu sadar bahwa gelar yang disandangnya tidak secara serta merta merupakan kunci untuk meraih cita cita hidupnya, berani banting stir, dengan bekerja apa adanya, sementara menunggu dan mengeluh sepanjang hari.

Sebagai contoh, silakan singgah di tempat cuci mobil kaki lima di kawasan Kemayoran, sebagian besar dari mereka adalah sarjana, yang sedang dalam masa penantian. Menanti lowongan kerja, sesuai dengan harapan, namun memahami, bahwa selama menanti, mereka butuh uang untuk hidup.

Mengapa hal ini bisa terjadi, adalah karena orang tua hanya membekali anaknya dari satu sisi kehidupan saja, yakni menjadi orang terpelajar. Sementara itu mereka sama sekali belum tersentuk oleh pendidikan, untuk mempersiapkan diri memasuki universitas kehidupan.

Cara Orang Australia Mempersiapkan Anak-anak Mereka

Di sini, membiasakan anak-anak sejak dari bangku SMP untuk mulai bekerja bukan karena orang tua kekurangan. Bukan juga untuk membantu meringankan beban orang tua, melainkan semata-mata mendidik anak-anak untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan dan hidup mandiri, bila mereka sudah menyelesaikan studi mereka.

Ada banyak lapangan pekerjaaan bagi Remaja:

  • Bekerja di toko roti/kue
  • Di Mc Donald
  • Kentucky Fried Chicken
  • Hungry Jack
  • Berbagai restoran
  • Cuci mobil
  • Supermarket

Gaji Anak Sekolahan dan Mahasiswa

Untuk anak SMP gaji berkisar 8 dolar perjam

Kalau SMA sekitar 10 -12 dolar perjam

Mahasiswa antara 15 – 20 dolar perjam

Mereka bekerja part timer dan terdaftar. Jadi andaikata ada pemeriksaan dari aparat, mereka tidak usah sembunyi, apalagi sampai lari lari, karena nama mereka terdaftar sebagai pembayar pajak.

Memang ada satu dua orang, yang umumnya dari restoran Asia, yang mengaji para remaja dan tidak dilaporkan karena dimasukkan dalam daftar anggota keluarga. Dan ini secara formal tidak ada masalah, karena jumlah karyawannya hanya beberapa orang.

Mendidik anak-anak sejak dari SMP hingga selesai kuliah, berarti selama lebih kurang 10 tahun mereka sudah dipersiapkan menjadi anak-anak yang terdidik. Dan selama bekerja ini, anak-anak ini memiliki kesempatan sangat luas untuk melamar pekerjaan. Sehingga begitu mereka lulus, mereka tinggal memilih: pindah ke pekerjaan baru atau masih betah di tempat kerja lamanya.

Cucu-cucu kami di sini ada yang bekerja di toko roti, restoran jepang, pelatih gymnastic, wushu dan menjadi asisten pengajar di Kumon. Yang paling sulung sudah berkeluarga, memilih membuka usaha sendiri.

Mereka tidak sempat menganggur, karena seluruh waktu sudah terjadwal untuk bekerja. Bila masih mau bekerja lagi, boleh bekerja Sabtu dan Minggu di tempat lain tentu dengan bayaran gaji ekstra. Yang sulung sejak semasih kuliah sudah mampu beli mobil dengan uang sendiri walaupun mobil bekas.

Mendidik anak-anak sejak dini untuk bekerja bukan berarti memikulkan sebagian tanggung jawab orang tua kepada anak, melainkan justru agar mereka tidak lagi gamang ketika kelak harus melangkah memasuki universitas kehidupan yang keras dan terkadang tak berbelas kasih.

Iluka, 12 Januari, 2016

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun