Kasih yang tulus, memang seharusnya seperti ini, tidak ada sekat ,kulit putih,sawo matang,maupun hitam(tjiptadinata effendi)
Penampakan Santa Yang Sejati
Hari ini merupakan sebuah kejutan bagi diri saya pribadi. Menyaksikan penampakan pribadi Santa yang sejati. Tidak seperti biasanya,,dimana Santa dikawal dua atau empat orang Piet Hitam bertubuh kekar. Yang membawa lidi atau rotan, menghalau agar anak anak tidak terlalu dekat dengan Santa.
Santa yang ada dihadapan kami saat ini adalah sungguh penampakan pribadi Santa yang sesungguhnya. Begitu tiba, sang Santa tidak duduk disingasana ,melainkan langsung berlari ketengah kerumunan anak anak dan orang dewasa.
Disalaminya satu persatu dan dibalik genggamannya ada ssebuah loli. Sederhana memang,tapi ia sudah mengembalikan citra dan gambaran keperibadian Santa yang sejati. Ia tidak memandang anak anak yang berkulit putih, sawo matang atau bahkan berkulit hitam.Setiap anak ,dipeluknya dengan penuh kasih sayang,,
Dipeluk Santa
Seakan bisa membaca jalan pikiran seorang kakek yang ssejak tadi menyaksikan adengan demi adegan dengan perasaan lega, tiba tiba saja Sang Santa memeluk kakek tersebut…Dan kakek itu adalah diriku sendiri…Dalam pelukannya ,saya merasakan sebuah ketulusan .Dan suaranya pelan membisikkan :" Good morning my brother"
Sejak masih kanak kanak saya sudah sangat kecewa dengan yang namanya Santa atau Sinterklas, Karena pengalaman pengalaman pahit yang saya rasakan selama bertahun tahun.Entah itu salah pribadi Santa ataukah salah orang yang mengundangnya, tentu tidak terjangkau oleh daya pikir anak seusia saya pada waktu itu
Yang terpateri adalah bahwa:”Santa Datang Untuk Orang Kaya”
Menjelang Natal,anak anak di sekolah sibuk membicarakan tentang kedatangan Sinterklas. Yang konon datang dengan kuda terbang dan membawa oleh oleh untuk dibagikan kepada anak anak se dunia.
Supaya Sang Sinterklas mau datang berkunjung,maka setiap anak harus menyediakan rumput untuk makanan kuda nya .Meletakkan di atas kedua belah sepatu . Keesokan harinya ,rumputnya hilang dan diatas sepatu tergeletak bingkisan Natal dari Sang Sinterklas.
Sebagai seorang anak di jaman dulu,saya percaya akan cerita ini 100 persen,apalagi ketika keesokan harinya ,setiap anak membawa bingkisan Natal ,hadiah dari Sinterklas ke sekolah. Beragam mainan dan permen,yang ketika itu masih sangat langka,dipertontonkan dengan berbangga hati pada setiap anak.
Semua anak anak bergembira ria,kecuali seorang anak, yakni diri saya sendiri. Pada waktu itu saya hanya dapat duduk termenung dibalik tembok dinding sekolah ,menjauh dari teman temannya.agar hati tidak terlalu terluka…”
Kenangan pahit ini ternyata membekas sangat dalam ,sehingga setiap kali menengok Santa datang dan bagi bagi hadiah ,hanya untu anak anak tertentu saja,hati saya merasa miris dan memberontak..
Hari ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya pribadi, Bertemu dengan seorang Santa yang seperti saya impikan.yakni Santa yang datang untuk semua anak, Bukan Santa yang datang hanya untuk anak anak orang kaya.
Permen lollipop masih dalam genggaman tangan saya. Seakan sebuah permainan yang amat sangat berharga,,walaupun harganya mungkin cuma 50 cent. Namun menjadi sangat berharga dan bernilai, karena diberikan dengan tulus oleh seorang Santa..
Santa Orang Kaya
Santanya bukan Pastor, bukan orang yang disuruh panitia, tapi relawan yang adalah orang kaya, Datang dengan Ferrari yang masih mulus,namun jauh dari kesan sombong dan angkuh.Ia merangkul semua orang. Mudah mudahan paroki lain dapat meniru gaya Santa yang satu ini, Jangan sampai Santa di komersialkan dan hanya anak anak orang kaya yang mampu bayar uang pendaftaran untuk dapakan hadiah dari Sinterklas,Tentu hadiah ini tidaklah gratis, melainkan dibeli oleh panitia dari uang yang disetorkan orang tua anak anak.
Impian saya untuk menjadi seorang santa bagi semua orang, seakan terwujud dalam sosok Santa yang kini ada dan sedang memeluk saya.
Mungkin ungkapan ini, terasa bagaikan ungkapan orang yang kurang kerjaan atau mungkin juga sudah mulai ngawur cara berpikirnya. Namun ,dalam hati kecil, saya sungguh sungguh memiliki impian, yakni ingin menjadi Sinterklas bagi semua orang. Tidak peduli suku bangsa, warna kulit dan agama yang dianutnya. Saya ingin menjadi Santa yang universal……..berbagi apa saja yang dapat membawa manfaat bagi orang lain..tentu sesuai dengan keterbatasan yang ada dalam diri..
W.A. Desember, 25 ,2015
Musim Panas
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H