Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kiat Agar Jangan Cepat Tua dan Loyo

19 Desember 2015   20:09 Diperbarui: 19 Desember 2015   20:36 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kiat Kiat Agar Jangan Cepat Tua dan Loyo
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan disertai dengan kemajuan perekonomian, terjadilah peningkatan yang cukup pesat terhadap jumlah penduduk yang mencapai usia lanjut.Yang dinegeri kita diberi gelar:" lansia". Kalau dinegeri lain ,seperti di Australia ,disebut sebagai :"Senior Citizen".

Meningkatnya jumlah penduduk di tingkat usia diatas 60 tahun ini, tentu patut disambut dengan rasa syukur,namun sekaligus  harus diwaspadai. Agar keberadaan komunitas ini mampu menjadi manusia yang mandiri tanpa membebani anak dan cucu.

Tidak jarang kita menemui kondisi yang memprihatinkan, dimana para penduduk yang sudah berusia lanjut ini, keberadaannya menjadi beban bagi keluarga.

Antara lain:

  • Karena sakit
  • tidak mampu mengurus diri sendiri
  • mengalami kepikunan
  • menjadi loyo dan tak berdaya
  • perlu didampingi sepanjang hidupnya orang salah seorang anggota keluarga

Menyimak kondisi tersebut diatas, maka amat penting dan perlu sejak dari usia muda, orang mempersiapkan hari tua yang mandiri. Karena kesiapan materi dan mental tidak mungkin secara mendadak dapat diraih dengan serta merta. Butuh waktu bertahun tahun atau mungkin juga puluhan tahun ,untuk mempersiapkannya dengan baik.

Faktor Penyebab Orang Cepat Tua dan Loyo

Tidak seorangpun di dunia ini,yang dapat menunda usia .Juga  tidak dapat dipungkiri,bahwa seiring dengan bertambahnya usia, maka proses alami akan terus mengalir. Suka atau tidak, rambut akan mulai memutih dan tenaga akan semakin berkurang. Dalam banyak hal kita tidak lagi setangguh sewaktu masih muda. Namun ada satu hal yang tetap bisa dipertahankan adalah menjaga agar daya pikir kita tetap jernih dan tidak mengalami kepikunan.Maka sangat penting untuk menjaga .agar pikiran tetap jernih dan hati yang damai.

Pengaruh kekuatan pikiran akan mempengarui sikap mental. Dan bila sikap mental menjadi tergoncang atau roboh, tubuh phisik juga akan ikut tumbang.

Niat baik dari anak cucu yang melarang dan memperlakukan orang tua/kakeknya seakan “porselen yang rapuh”. “Jangan jalan jauh, ntar kecapaian” atau “nggak usah menyapu pekarangan, karena ada pembantu”. Pokoknya orang tua mau dikasih hidup enak. Makan, duduk, baca dan tidur. Akibatnya malah akan jadi boomerang, karena diperlakukan sebagai seorang manusia tak berdaya, maka sadar atau tidak, orang akan termakan oleh pikiran negatif ini dan menjadi sungguh sungguh seorang tua tak berdaya

Hindari Hal Hal yang Dapat Merusak Diri
Seseorang akan menjadi tua,ketika ia mulai berpikir: ”Saya sudah tua”. Ketika pikiran ini dibiarkan menguasai dirinya dan ia menyakini bahwa sudah tua, maka otak akan mengirimkan perintah keseluruh organ tubuh: ”saya sudah tua”. Maka proses penuaanpun terjadi. Karena kesalahan diri sendiri telah melakukan program :”penuaan diri” atau menghancurkan diri sendiri. Hal yang kelihatan sangat sepele, tapi menentukan hidup kita, akan menjadi manusia yang mandiri atau sebaliknya jadi beban bagi keluarga.
Faktor merasa tua ini bisa datang dari dalam diri sendiri, tapi lebih sering karena pengaruh lingkungan dimana ia berada. Karena senantiasa diperlakukan sebagai orang tak berdaya, seperti yang menjadi istilah di negara tetangga kita: ”Orang-orang tua tak berdaya”, memberikan handil terbesar dalam mendorong seseorang merasa menjadi tua.

 Mempersiapkan Diri Sedini Mungkin
Urusan umur ada di tangan Tuhan, tetapi sebagai manusia kita bertanggung jawab terhadap hidup kita, tidak hanya saat ini tetapi juga agar ke depan tetap menjadi manusia yang berguna bagi keluarga dan sesama. Setidakmya untuk tidak menjadi beban.
Tentunya kondisi ini tidak akan hadir dalam hidup secara serta merta. Perlu dipahami bahwa untuk mencapai sesuatu tujuan di dalam hidup, tak satupun yang bisa terjadi secara instant! Segala sesuatu perlu persiapan yang matang.

Berbagi Pengalaman Hidup

Pikiran inilah yang selalu menyemangati dan mendorong saya untuk selalu menjaga agar hidup sederhana dan senantiasa menjaga kesehatan lahir batin. Saya selalu membantah bila teman-teman sebaya saya mengatakan: ”Kita hidup santai saja lagi, biar anak-anak yang mengurusi kita.” Saya selalu menanamkan pada diri saya, bahwa saya ingin hidup mandiri.

Ternyata pikiran positif ini menjelma menjadi sebuah kekuatan dan memperteguh sikap mental. Sikap mental akan terwujud dalam pola hidup:

Usia 72 Plus Menyetir 9 Jam Tanpa Istirahat

Tiga minggu lalu, saya dan istri berkendara dari Jakarta ke Cilacap dengan jarak tempuh sekali jalan selama 9 jam. Kami tidak berhenti istirahat,selaln dari ke toilet dan isi bbm . Total berhenti di jalan hanya dua kali selama 9 jam perjalanan. Begitu juga ketika pulang, perjalanan agak lebih lama, karena ada sedikit kemacetan namun setibanya dirumah, saya sama sekali tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Padahal sehari sebelumnya saya sudah mengendarai kendaraan dari Jakarta ke Tasikmalaya pulang pergi.

Disisi lain , saya dan istri, diusia 72 plus, masih mampu membaca dan menjawab sms ,tanpa kaca mata.Mengendarai modil dimalam hari juga tidak ada masalah .Serta kemampuan berpikir yang baik.sehingga mampu menelorkan one day one article.

Penerbangan selama belasan jam,sama sekali tidak membuat kami terkapar begitu sampai ditujuan, Malahan kami langsung meninggalkan koper di Hotel dan bisa melakukan perjalanan wisata keliling kota.

Tulisan ini tentu tidak bermaksud membanggakan diri,sebagai orang hebat, Hanya semata menunjukkan bahwa bila kita mau mempersiapkan sedini mungkin hari tua kita, maka kita tidak akan cepat loyo, apalagi sampai jadi beban anak cucu.

Sesungguhnya nasib itu ada ditangan masing masing, Kitalah ‘”decision maker” atau pembuat keputusan bagi jalan hidup kita.

Jalan mana yang akan kita tempuh? The choice is yours.

Iluka.Western Australia, 19Desember, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun