Ternyata Artikel :” Makan Semeja dengan RI -1” Telah Menciptakan Luka……
Lama saya terpana… membaca teks pada pesan inbox,yang isinya:” sangat menyayangkan di published nya artikel:” Makan Semeja dan Berdampingan dengan RI-1”
“Sementara ada ribuan orang yang terluka, karena tidak diundang ke istana, Opa menayangkan artikel tersebut….” Begitu sepenggal kalimat yang saya copas dari pesan inbox ini. Saya mencoba merenung diri, melakukan introspeks mendalam kedalam batin saya.” Adakah kebanggaan atau luapan emosi berlebihan yang saya tulis di artikel tersebut, sehingga melukai orang banyak?” Berulang kali saya baca ulang tulisan itu, namun tak kuasa saya temukan kalimat atau kata yang kiranya menunjukkan kebanggaan diri, karena diundang makan ke istana Bahkan duduk berdampingan dan makan bersama Jokowi.
Apakah artikel tersebut perlu saya hapus? Nggak tega juga saya, karena akan melukai begitu banyak orang yang sudah memberikan komentar dan tanggapannya. Dan orang orang tersebut adalah sahabat sahabat saya semuanya.
1.600 Artikel Tak Ada Tulisan Kebanggaan Diri
Dari 1.600 artikel yang sudah terpublished, rasanya tak satupun isinya menunjukkan kebanggaan diri. Senantiasa saya menjaga, jauh dari hal yang berbau politik dan sara. Jauh dari hal yang dapat melukai perasaaan orang banyak.
Tulisan saya sebagian besar adalah kisah kisah hidup kami yang dramatik:
- Masa lalu yang gelap
- Tercampakkan
- Diusir
- 7 tahun hidup dalam kemelaratan
- Pengalaman jadi kuli di pabrik karet’
- Pengalaman hidup di pasar kumuh tanah kongsi
- Sesekali tentang perjalanan kami setelah mampu mengubah nasib.
Mengurangi Artikel Tentang Jalan Jalan
Pernah juga tahun lalu saya dapatkan pesan inbox, agar saya mengurangi menulis tentang jalan jalan keluar negeri, karena akan melukai banyak orang diluar sana, yang jangankan jalan keluar negeri, untuk makan saja sudah susah..
Maka sejak saat itu, tulisan tentang wisata, sanga saya batasi, untuk menjaga hati orang banyak.
Nah, kalau selama ini ,saya hanya berbagi kisah kisah sedih,kemelaratan, hidup yang morat marit, bagaimana saya terkapar hampir mati.. sesekali bolehlah saya menuliskan untuk berbagi kegembiraan hati.
Ternyata Berbagi Kegembiraan Telah Melukai Hati Orang Banyak
Kendati menurut orang banyak,saya sudah banyak makan asam garam kehidupan,bahkan tidak jarang saya diberikan :”gelar kehormatan” sebagai “guru di universitas kehidupan” ternyata saya masih berbuat kekeliruan. Karena ternyata berbagi kegembiraan hidup, telah menghadirkan luka bagi orang banyak....
Saya masih harus belajar lagi lebih banyak, untuk mawas diri, agar jangan lagi menuliskan tentang kegembiraan, apalagi kebahagiaan diri, karena di luar sana, banyak orang yang akan terluka.
Dengan rendah hati melalui artikel ini, saya mohon maaf sebesar besarnya dan kedepannya saya akan lebih mawas diri lagi.
Saya tulis artikel ini ditengah malam ,menjelang pagi dan baru saya postingkan pagi ini.
Tjiptadinata Effendi/ 16 desember, 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H