[caption caption="hidup tanpa topeng adalah jalan temukan aktualisasi diri"][/caption] hidup tanpa topeng adalah jalan menuju aktualisasi diri
Hidup Tanpa Topeng Adalah Jalan Untuk Menemukan Aktualisasi Diri
Hidup tanpa topeng adalah jalan untuk menemukan aktualisasi diri, Tampil tanpa topeng bearti menunjukkan jati diri kita yang sesungguhnya. Dalam kata lain, kita katakana dalam bahasa non verbal kepada siapaun yang menjumpai kita: ”Inilah saya, apa adanya”
Hal ini menghadirkan hidup yang damai dan pikiran yang tenang, Kita tidak perlu sibuk mengganti topeng ,untuk menutupi wajah kita ,yang mungkin saja sudah mulai keriput dimakan usia. Dan tidak perlu malu , orang mengetaui bahwa kita sudah tidak muda lagi.
Daripada kita gonta ganti wajah dari: wajah yang mulia kemudian berubah wajah ,mengunakan topeng :” rakyat “ ataupun topeng yang bernama :” demi keadilan “atau juga mengunakan topeng yang berwajah :"welas asih" Yang semuanya hanya menampilkan kepalsuan demi kepalsuan,yang pada akhrinya akan terungkap juga.
Pribahasa kuno mengatakan: ”Sepandai pandainya membungkus bangkai, yang busuk akan terbau juga” banyak orang mengganggap pribahasa ini sudah kuno ,padahal tetap saja up todate untuk dijadikan renungan diri. Namun orang sibuk berpacu dalam menimbun kekayaan dan mengorbitkan popularitas, sehingga orang tidak lagi sempat memberikan kepada diri sendiri, untuk merenung diri.
Akibatnya sudah dapat diramalkan banyak orang yang terjebak oleh kepalsuan hidup. Berlindung dari satu topeng ketopeng lainnya. Bahkan kalau perlu menjadikan apa saja, sebagai sarana untuk memuaskan dahaganya akan kekuasaan dan materi.
Hingga tiba saatnya terkandas dan terhempas dan tidak lagi mampu meraih topeng, menutupi kepalsuan diri.
Contoh contoh hidup lebih dari cukup. Orang yang tadinya merupakan idola masyarakat, bahkan menjadi panutan yang di elu elukan, ternyata hidunpnya berakhir dibui.
Sesungguhnya, pelajaran hidup selalu berharga untuk disimak, karena memberikan kita kesempatan untuk meraih butir butir pencerahan..
Sesungguhnya, kita bisa belajar dari siapa saja. Bahkan dari orang orang yang kita anggap melakukan pekerjaan “rendah”. Karena belajar dari universitas kehidupan, memberikan kita peluang untuk meraih pencerahan diri. Untuk senantiasa bersyukur atas segala sesuatu yang sudah kita miliki
Sehingga ,orang tidak akan pernah merasa menyesal pernah bersahabat dengan kita, karena sejak dari awal ,kita sudah membukakan diri kepada mereka: ”inilah saya, apa adanya”
Yogyakarta, 6 Desember, 2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H