Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Kita Hidup Tanpa Topeng

6 Desember 2015   14:46 Diperbarui: 6 Desember 2015   16:27 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="hidup tanpa topeng adalah jalan temukan aktualisasi diri"][/caption] hidup tanpa topeng adalah jalan menuju aktualisasi diri

Hidup Tanpa Topeng Adalah Jalan Untuk Menemukan Aktualisasi Diri

Hidup tanpa topeng adalah jalan untuk menemukan aktualisasi diri, Tampil tanpa topeng bearti menunjukkan jati diri kita yang sesungguhnya. Dalam kata lain, kita katakana dalam bahasa non verbal kepada siapaun yang menjumpai kita: ”Inilah saya, apa adanya”

Hal ini menghadirkan hidup yang damai dan pikiran yang tenang, Kita tidak perlu sibuk mengganti topeng ,untuk menutupi wajah kita ,yang mungkin saja sudah mulai keriput dimakan usia. Dan tidak perlu malu , orang mengetaui bahwa kita sudah tidak muda lagi.

Daripada kita gonta ganti wajah dari: wajah yang mulia kemudian berubah wajah ,mengunakan topeng :” rakyat “ ataupun topeng yang bernama :” demi keadilan “atau juga mengunakan topeng yang berwajah :"welas asih" Yang semuanya hanya menampilkan kepalsuan demi kepalsuan,yang pada akhrinya akan terungkap juga.

Pribahasa Kuno

Pribahasa kuno mengatakan: ”Sepandai pandainya membungkus bangkai, yang busuk akan terbau juga” banyak orang mengganggap pribahasa ini sudah kuno ,padahal tetap saja up todate untuk dijadikan renungan diri. Namun orang sibuk berpacu dalam menimbun kekayaan dan mengorbitkan popularitas, sehingga orang tidak lagi sempat memberikan kepada diri sendiri, untuk merenung diri.

Akibatnya sudah dapat diramalkan banyak orang yang terjebak oleh kepalsuan hidup. Berlindung dari satu topeng ketopeng lainnya. Bahkan kalau perlu menjadikan apa saja, sebagai sarana untuk memuaskan dahaganya akan kekuasaan dan materi.

Hingga tiba saatnya terkandas dan terhempas dan tidak lagi mampu meraih topeng, menutupi kepalsuan diri.

Contoh contoh hidup lebih dari cukup. Orang yang tadinya merupakan idola masyarakat, bahkan menjadi panutan yang di elu elukan, ternyata hidunpnya berakhir dibui.

Orang Tidak Mau Belajar dari Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun