Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Mempertahankan Hidup Pernikahan

1 Desember 2015   23:25 Diperbarui: 2 Desember 2015   00:20 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langkah Langkah Mengawal Hidup Pernikahan

Satu satunya universitas di dunia ini, yang tidak mengenal hari libur dan lulusannya tidak mendapatkan ijazah adalah University of Life atau Universitas Kehidupan. Di universitas ini tidak mungkin mendapatkan gelar palsu, karena jurinya adalah sang waktu. Time will be the witness

Waktu menjadi saksi tentang berhasil tidaknya seseorang dalam proses pembelajaran diri di Universitas ini. Gurunya adalah kehidupan itu sendiri. Di sini setiap orang belajar selama 24 jam sehari dan 365 hari dalam setahun. Tak ada waktu jedah, apalagi liburan. Mata pelajaran yang diuji adalah:

  • Keimanan
  • Ketekunan
  • Kejujuran
  • Ketabahan
  • Kesungguhan hati
  • Kemampuan untuk hidup berbagi
  • Kemampuan untuk saling menghargai
  • Kemampuan untuk saling menghormati
  • Kemampuan untuk hidup rukun dalam keberagaman

Setiap mahasiswanya harus mampu lulus ujian P.H.D.,tanpa ada yang dikecualikan

  • P= Poor – miskin
  • H= Hungry- kelaparan
  • D= Desperate – penderitaan

Setiap Keluarga Perlu Memahami. Bahwa sebuah pernikahan tidak sama dengan kisah dongeng Cinderella. Di mana diceritakan, Sang Pangeran datang melamar dan keduanya hidup berbahagia selama lamanya.

Dalam kisah nyata kehidupan kami, kisah tentang Cinderella itu, hanya ada dalam mimpi mimpi kami. Baru sebulan sesudah honeymoon, kami sudah merasakan, bahwa sebuah pernikahan, tidak cukup diisi dengan cinta dan ucapan: ”I love you”. Ada banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengisi pernikahan kami, agar hidup kami tidak sia-sia.

Antara Harapan dan Terwujudnya Impian,Ada Jurang Yang harus Dijembatani

Antara harapan dan terwujudnya impian demi impian, ada jurang yang harus dijembatani,Ada tenggang waktu yang harus dilalui.Bisa dalam setahun dua, bisa juga dalam belasan tahun.Disinilah ketabahan dan sikap mental suami istri diuji. Untuk menemukan arti dan makna hidup yang sesungguhnya. Bahwa hidup berkeluarga tidak semudah seperti yang dibayangkan..Ibarat perahu yang belayar dilaut lepas.

'Niat baik ,tentu sangat baik ,untuk mengawali hidup berkeluarga,,Namun niat baik dan impian yang manis,tidak secara serta merta diisi dengan kenyataan. Bahkan sebaliknya, tahun demi tahun yang kami lalui dengan kerja keras dan tabah,masih belum mampu mengubah hidup kami.

Bahkan ketika putra kami yang pertama lahir, kami sudah harus puas membendungnya dengan kain sarung bekas. Dan memberikannya minum air nasi yang disaring, bila asi ibunya tidak mencukupi, karena sangat kurus dan kurang sehat. Menjalani hidup dalam kemiskinan (Poor ), kelaparan (Hungry) dan Penderitaan (Desperate) sungguh sunguh tidak mudah. Ketika ini waktu seakan akan berhenti berjalan.

Kata pepatah: ”Hidup itu seperti roda pedati. Sekali diatas ,dilain waktu akan berada dibawah” Namun ternyata roda pedati kami, senantiasa terganjal dibawah dan tidak pernah bergulir keatas, seperti yang kami dambakan. Baik dalam setiap doa kami,maupun dalam setiap mimpi mimpi kami.

Selama itu,tak sekali jua kami menadahkan tangan,baik kepada kedua orang tua kami, maupun kepada sanak keluarga. Semua penderitaan ,kami tanggung berdua. Satu satunya yang mampu membuat kami bertahan dan tidak menjadi gila adalah Keyakinan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kami selamanya begini!”

Akhirnya Badai itupun Berlalu Putra pertama kami lahir tahun 1966 dan ketika putra kedua kami lahir 8 tahun kemudian, yakni tahun 1974. Tiga tahun kemudian lahir putri kami, yang merupakan anak bungsu kami, yakni pada tahun 1976. Setelah 11 tahun, kami hidup dalam penderitaan, kelaparan dan kemiskinan, hidup kamipun berubah .

Saat saat inilah saya merasakan sudah lulus PHD dalam ujian hidup di Universitas Kehidupan. Putra pertama kami,kini domisili di Perth bersama keluarga dan putra kedua kami tinggal di Jakarta bersama keluarga.

Sedangkan putri kami domisili di Wollongong bersama suami dan putra putrinya. Sedangkan kami berdua ,bagaikan burung yang terbang bebas, kemanapun kami ingin terbang, kendati apartemen kami ada di Kemayoran – Jakarta

50 Tahun Sudah Kami Lalui dengan Selamat

Dengan penuh rasa syukur ,50 tahun sudah hidup berkeluarga sudah kami lalui dengan segala suka dan dukanya .Bagi kami berdua, seakan kami baru kemarin menikah. Tidak ada rahasia diantara kami.Tidak ada boss diantara kami ,Hidup kami penuh dengan sukacita dan saling menghargai serta menghormati.

Kami tidak pernah mencampuri urusan internal anak mantu kami .selain hanya memberikan nasihat,bila diminta.kami berdua tidak pernah membebani hidup anak cucu kami. Cinta kasih mereka kepada kami ,adalah karunia tak terhingga dari Tuhan..bukan tuntutan dari kami.

Secara bergantian putra putri kami,mengajak kami untuk melakukan traveling, tanpa sekali jua kami minta. Inilah kebahagian terbesar bagi kami berdua

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang baru berkeluarga atau yang berniat untuk menempuh hidup berkeluarga. Untuk setidaknya menjadi masukan yang berharga untuk diingat, bahwa untuk meraih impian hidup, tidak ada jalan pintas. Dan jangan pernah mengharapkan memenangkan lotere kehidupan. Lulusan cumlaude di universitas beken manapun di dunia ini, tidak secara serta merta dapat lulus dalam ujian di Universitas Kehidupan

 

Kemayoran, 01 Desember, 2015

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun