Menjadi Tua Tidak Harus Pikun
Ada paradigma yang keliru selama ini didalam masyarakat luas, bahwa pikun itu sudah merupakan penyakit yang lumrah bagi orang berusia lanjut.Artinya orang kalau sudah memasuki usia tua,lalu pikun, dianggap sudah normal atau sudah sewajarnya, Cara sesat paham ini , secara sadar ataupun tidak sudah ikut berkontribusi dalam memperngaruhi orang tua, bahwa hidupnya akan berakhir seperti itu.
Padahal seandaiknya pikun itu adalah sebuah kondisi yang memang harus dijalani oleh setiap orang yang berusia tua, maka seharusnya semakin lama, semakin banyak orang pikun.Namun pada kenyataannya, dalam kehidupan masyarakat yang dikategorikan berusia lanjut, jauh lebih sedikit yang mengalami kepikunan.
Bahwa orang yang sudah berusia lanjut, terjadi penurunan kemampuan indranya, seperti berkurangnya penglihatan atau pendengaran , memang tak dapat dihindarkan, namun pikiranya bisa tetap jernih dan jauh dari kepikunan.
Pikun dakan dunia kedokteran dikenal dengan istilah dementia . Yang melukiskan kemunduran secara perlahan lahan pada fungsi intelektual dan sosial seseorang , Makin lama semakin bertambah berat, sehingga akhirnya tidak mengenal dirinya dan keluarganya.
Tidak jarang diusia yang relatif masih muda, orang bisa saja terkena gangguan penyakit ini.Sebagai contoh, salah seorang teman putri kami di Australia yang berusia 5o tahunan,entah apa penyebabnya, menjadi pikun. Datang bertamu kerumah kami. Memeluk putri kami ,seolah olah tidak terjadi apa apa. Namun pandangan matanya kosong dan ekspresinya tampak galau. Kata suaminya :” She pretended” ,ia berpura pura,sesungguhnya sudah tidak ingat bahwa yang dipeluknya adalah putri kami. Ternyata dalam pembicaraan memang ternyata sama sekali tidak menyambung.
Bersandarkan pada kejadian diatas, ternyata pikun tidak serta merta terjadipada manusia yang berusia lanjut, namun bisa saja terjadi pada orang yang berusia relati masih produktif. Walaupun korban pikun ini,umumnya adalah orang berusia lanjut
Tanda tanda Dini
Pada tahap awal adalah menurunnya gairah hidup, Perubahan sikap yang drastis,Berkeluh kesah sepanjang hari , Masih dapat mengingat kejadian kejadian yang sudah berlalu,namun untuk ingat jangan pendek sangat parah.
Pada tahap yang lebih parah, penderita sudah tidak lagi peduli pada siapaun Pembicaraan diulang ulang dan monoton. Tidak lagi memiliki inisiatif sendiri. Bila tidak ditangai dengan serius dan penuh perhatian, penderita akan kehilangan semangat hidupnya. Bahkan terjadi kegagalan dalam berkomunikasi.Bahkan tidak mengenal dirinya sendiri.
Di Australia, setiap orang yang sudah terkena gejala kepikunan, dipasangi di pergelangan tangannya alat elektronik,sehingga keluarganya dapat memonitor keberadaannya,
Mencegah Jauh Lebih Baiki daripada Mengobati
Alangkah baiknya sedini mungkin ,kita mempersiapkan segala upaya agar terhindar dari gangguan penyakit pikun ini. Bagi yang sudah pernah melihat dan berinteraksi dengan orang pikun, mungkin dapat memahami, bahwa pikun itu sesungguhnyat merupakan gangguan kesehatan yang dapat membuat seluruh anggota keluarga terpukul secara batiin. Bayangkan ,hidup bersama dengan orang yang di cintai,namun orang tersebut sama sekali tidak lagi mengenal diri kita,bahkan dirinya sendiri,
Langkah Antisipasi:
- Jadwalkan setiap hari :
- Membaca
- Menulis
- Hobbi : teka teki siilang, catur dan lain lainnya.
- Berinteraksi dengan orang sekitar
- Lalukan aktivitsa yang bermanfaat’
- Berpikir yang sehat
- Makan yang sehat
- Olah raga secukupnya’
Ingatkanlah diri kita, agar jangan jadi beban bagi anak cucu.
Kemayoran, 23 Oktober, 2015
Tjiptadinata effendi
penulis buku: Mental Breakthrouh Achiever
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H