Ketika Roda Kehidupan Terganjal Dibawah, Apa Yang Harus Kita Lakukan?
Ada puluhan pesan di inbox facebook, yang intinya merupakan pertanyaan. Ijinkanlah saya mengambil salah satu saja contoh di antaranya. Karena saya sudah minta ijin kepada pengirimnya.
“ Assalammualaikum Pak Effendi,
Saya adalah salah seorang pembaca setia tulisan bapak . Sangat senang membaca bahwa Pak Effendi dan istri, saat ini jalan jalan ke luar negeri. Kami tentu sangat ingin dapat hidup seperti itu.
Saya dan istri sudah tiga tahun bekerja keras. Kami kerja siang malam, namun sepertinya roda kehidupan kami sedang terganjal di bawah dan tak pernah bisa beranjak. Apalagi yang harus kami lakukan, untuk dapat mengubah nasib kami ?
Hingga saat ini, rumah masih kontrak, Kendaraan hanya sepeda motor butut. Mohon pak Effendi,berkenan memberikan kami solusinya.”
Wasssalam,
Suyatno – Surabaya
Hidup Tak Dapat Di Matematikakan
Walaupun usia saya sudah cukup dewasa dan menurut orang lain,,saya sudah banyak makan asam garam kehidupan, tetap saja ,tidak secara serta merta saya memberikan solusinya. Karena menurut saya, hidup tak dapat dimatematikakan.
Apa yang baik menurut saya,belum tentu baik bila diterapkan oleh orang lain. Oleh karena itu, saya hanya dapat menceritakaan ,kepada mas Suyatno secara garis besarnya, Tidak dapat memberikan solusi yang serta merta dapat diterapkan. Karena kondisi yang berbeda dan pandangan hidup yang juga belum tentu sama,serta kemampuan untuk menahan diri yang tidak sama.
Apa Yang Kami Rasakan Selama 7 Tahun Roda Kehidupan Terganjal di Bawah?
Tahun Pertama Pernikahan ,Hingga Tahun ke Lima:
- Sakit
- Menderita lahir batin
- Sandal jepit putus tak mampu beli
- Bangun jam 4 pagi setiap hari
- Tak ada teman yang berkunjung
- Tak pernah ada undangan yang datang
- Rayakan ultah anak dengan kue palsu dari gabus
- Kami berdua tak pernah rayakan ultah
- Senantiasa berdoa :pagi –siang- malam-tengah malam
- Kerja keras dan sabar
- Tidak pernah membebani orang tua
- Tidak pernah minta bantuan saudara
- Semua penderitaan kami tanggung bersama istri dan anak
Tahun ke Enam dan ke Tujuh
- Kami sudah bisa menabung sedikit sedikit’
- Tapi masih tetap kontrak rumah
- Kami kerja lebih keras lagi
- Kami yakin, suatu waktu roda kehidupan akan bergulir
- Kami yakin, suatu waktu badai pasti berlalu’
- Kapan?
- Kami sungguh tidak tahu
Tujuh Tahun Terganjal, Baru Roda Kehidupan Kami Bergerak Naik.
Setelah masa penantian yang panjang dan teramat melelahkan ,akhirnya Tuhan memberikan kami jalan,untuk mengubah nasib,
Kami sudah memiliki rumah sendiri dan mobil baru, serta perusahaan Ekspor.
Hingga disini ,perjalanan hidup belum selesai, Kalau diibaratkan film sinetron, maka ini baru Episode pertama film kehidupan kami. Karena setelah itu ,kami mengalami kebangkrutan karena di tipu sahabat baik dan orang yang sudah dianggap keluarga sendiri.Bagaimana kami bangkit lagi dari jurang keterpurukan? Ikutilah artikel yang akan diposting lagi, Tentu bila ada yang berkenan membacanya.
Hingga disini, Episode film tentang kehidupan kami, diakhiri dengan harapan dapat menjadi inspirasi,bagi orang banyak. Bahwa ketika roda kehidupan kita terganjal dibawah, jalanilah hidup dengan penuh ketabahan, Percayalah , suatu waktu, badai itu pasti akan berlalu. Suatu waktu roda kehidupan pasti akan beranjak keatas Tapi yaa harus sabar. Tidak seecepat seperti maunya kita.
Briatco, 29 Juli, 2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H