Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menengok Cara Belanda Tulen Terapkan Masa Orientasi

28 Juli 2015   21:04 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:14 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

 

Mari Kita Tengok Cara Belanda Tulen Terapkan Masa Orientasi Siswa di Indonesia

Banyak kalangan yang melemparkan kesalahan pada Belanda, masalah terkait dengan perpeloncoan. Kalau memang benar plonco itu peninggalan dari jaman penjajahan Belanda dan merusakkan generasi muda.mengapa tidak dibuang jauh jauh?

Pada judul diatas sengaja saya tuliskan kata “Belanda Tulen” dengan huruf miring yang di bold kan .Maksudnya sejak jaman dulu, di Indonesia di kenal dengan istilah “Belanda Tulen” yakni orang yang benar benar berasal dari negeri Belanda. Namun disamping itu ada juga orang yang :” ke Belanda Belandaan”,yakni orang Indonesia, yang merasa diri orang Belanda Orang yang termasuk tipe inilah yang berprilaku melebihi orang Belanda Tulen.

Kembali Ke Topik

Saya dilahirkan di Jaman Jepang dan kemudian masuk ke sekolah Belanda, yang kemudian berubah nama menjadi Sekolah Frater.. Dari sejak kelas TK ,Sekolah Rakyat , SMP dan SMA saya tidak pernah pindah kesekolah lain, Karena sekolah “Belanda “ ini , merupakan sekolah terbaik di Sumatera Barat. Sekolah yang penuh dengan disiplin,yang dijalankan tanpa tebang pilih. Aturan sekolah berlaku untuk murid, pelajar dan siswa, serta juga untuk guru guru yang mengajar.

Sebagai contoh. Bila siswa datang terlambat,maka kepala sekolah yang pada waktu itu masih Belanda Tulen, akan menegor dan memberikan peringatan. Tidak terkecuali bila yang datang terlambat adalah seorang guru. Malahan tegoran yang diberikan pada seorang guru yang datang terlambat,jauh lebih keras dan menghujam, dibanding teguran terhadap siswa.

Saya masih ingat ,ketika salah seorang guru datang terlambat,maka kepala sekolah yang adalah Belanda tulen, Fr.Servaaas A.J..M de Beer ,mengatakan :” Kalau guru sudah datang terlambat seperti ini, bagaimana kita bisa mengajarkan murid untuk disiplin?!” Dan tegoran itu diberikan dengan suara keras. Mungkin untuk memberikan efek kapok kepada guru,agar jangan lagi datang terlambat.

Pekan Orientasi atau Perpeloncoan di SMA don Bosco

Pekan Orientasi atau perpeloncoan di SMA don Bosco Padang, di jaga dengan sangat ketat oleh Kepala Sekolah . Setiap siswa dan siswi yang baru masuk, diwajibkan meminta tanda tangan dari para seniornya, siswa kelas 2 dan 3. Minimal 100 buah tanda tangan ,selama pekan Orientasi. Bagi yang tidak mencukupi, akan mendapatkan hukuman,menyalin pelajaran bahasa Inggeris sebanyak 10 halaman.

Para senior, pasang aksi dengan jual mahal.menyuruh siswa siswi baru nyanyi terlebih dulu ,baru mau dikasih tanda tangan. Atau disuruh meniru bunyi berbagai binatang. Ada juga yang disuruh mengatakan :” I love you “.

Selama acara kocak dan lucu ,serta konyol, Kepala Sekolah menonton sambil ikut ketawa. Tapi suatu waktu ketika ada yang salah serorang senior yang menempelkan secarik keras di punggung seorang siswi yang baru masuk, dengan menuliskan kata kata yang tidak sopan.maka kepala Sekolah menjadi sangat berang.

Saya masih ingat apa yang dikatakan Kepala Sekolah (alm) :” Sekali lagi kamu lakukan hal ini, maka kamu akan dikeluarkan dari sekolah ini. Juga kamu ,sebagai guru,seharusnya melindungi ,bukan malah ikut tertawa” kata Kepala Sekolah kepada siswa yang menempelkan kertas tersebut dan sekaligus kepada guru sekolah yang ikut tertawa,membaca kalimat tidak sopan tersebut.

Saya Berani Membantah.Tapi Justru Saya Dipercayai

Pada umumnya siswa tidak berani membantah apa yang dikatakan oleh Kepala Sekolah yang terkenal galak dan sangat disiplin. Mungkin saya termasuk yang nekat dan berani membantah. Misalnya ketika disuruh ke kantor, karena urusan sebagai Ketua Kelas, saya berani mengatakan:” Maaf,bukan sekarang Frater,nanti sesudah selesai pelajaran”

Tapi herannya, saya justru paling banyak mendapatkan kepercayaan . Misalnya selain dari Ketua Kelas, saya juga Pemred Majalah Gema don Bosco, Ketua Koperasi Sekolah, dan Wakil Ketua Ikatan Siswa don Bosco.

Mungkin tulisan kecil ini, setidaknya dapat memberikan gambaran, bahwa yang salah bukan pekan Orientasinya,tapi pelaku pelakunya ,yang salah dalam menafsirkan ,serta menerapkan pekan saling kenal ini.

Ditulis berdasarkan rasa kepedulian terhadap generasi muda Indonesia.

Briatico, 28 Juli, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun