Setelah berjalan dengan setengah merangkak, hampir selama satu jam. Kami tiba di lokasi. Tidak ada penjagaan dan tidak ada tiket masuk.Gratis. Kami masih harus melangkah dengan sangat hati hati menuruni jalanan terjal dan curam. Hanya ada kayu ,yang dijadikan pagar,sebagai pegangan ,agar pengunjung jangan sampai terjatuh kedalam lubang.
Bau belerang sudah dapat tercium,sejak dari mulai melangkah masuk ke permandian air hangat alami ini.
Akhirnya didepan mata kami terhampar sebuah lukisan, yang terpahat dari alam.:” Mahakarya Agung Sang Pencipta. “Serasa tidak percaya mata menatap pahatan alam ,yang sangat memukau.
Berendam Dikolam Air Hangat
Kami tidak ikut berendam di kolam air hangat, karena kelupaan membawa pakaian ganti. Maka kami duduk santai ,dengan kaki dicelupkan ,sementara mata dan hati ,tak lepas lepasnya menatap ukiran alam ,yang teramat indah.
Disaat saat seperti ini, selalu melambungkan rasa syukur kita kehadirat Sang Mahapencipta. Menyaksikan Mahakarya Agung di depan mata ,sungguh sungguh merupakan saat saat yang indah dan tak terlukiskan.
Hampir satu jam kami duduk membisu dengan pikiran hati dan seluruh indra kami tertuju kepada rasa syukur. Kami meninggalkan lokasi dengan hati penuh sukacita dan kedamaian.
Balena Bianca, 22 Juli, 2015
Tjiptadinata Effendi
