Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Semalam di Kota Kuno Citta di Santa Fiora

21 Juli 2015   16:07 Diperbarui: 21 Juli 2015   16:07 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

 

Semalam di Kota Kuno

Kami diajak nginap di sebuah Villa, milik sahabat baik adik kami Margaretha. Villa sedang kosong. Tentu saja undangan ini diterima dengan baik. Bukan karena gratisnya, tetapi karena lokasinya berada tepat di jantung kota kuno Santa Fiora.

Santa Fiora ini dibangun pada abad ke 12 dan 13 dan masih dalam kondisi utuh. Seluruhnya merupakan heritage building, namun masih tetap di fungsikan. Baik sebagai kantor Wali kota, kantor Polisi, restoran, bank, kantor informasi untuk turis dan villa-villa penduduk.

“Jam Gadang” nya masih berfungsi dengan baik. Setiap jam berdentang, sesuai dengan angka yang ditunjukan oleh jarum pendeknya.

 

Sumber Mata Air Alami

Di kota kuno ini terdapat sumber mata air alami yang sepanjang hari mengalirkan air yang jernih. Sebagiannya dibagikan dalam kran-kran, untuk memberikan pelayanan kepada penduduk dan pendatang, menikmati air sejuk secara gratis.

Gang-gang sempit antara dinding rumah, sebagaimana yang sering dipertontonkan di film-film, merupakan pemandangan yang unik. Karena kendaraan tetap dapat berlalu lalang, walaupun jarak antara kendaraan dengan dinding rumah hanya beberapa sentimeter.

Villa tempat kami menginap, berada di lantai tiga. Sebagai bangunan kuno, mana ada lift karena bangunan ini tidak boleh diubah dari bentuk aslinya karena termasuk salah satu dari heritage building.

Pemandangan lewat jendela mengantarkan angan-angan saya ke kampung halaman di Sumatera barat. Sangat asri dan indah dan menakjubkan.

 

 

 

 

 

Penduduk Sangat Ramah

Beda dengan yang dipertontonkan di film-film mafia Italia, ternyata penduduk disini sangat ramah. Setiap berpapasan mereka selalu menyapa dengan : Cau” yang sama artinya dengan :” Hai”. Mungkin karena kota kecil dan rasa kekeluargaan dan persahabatan untuk menerima tamu sangat kental dan mendarah daging bagi mereka.

Keramahan penduduk membuat kita sama sekali tidak merasa asing di negeri orang

 

Restoran Mencantumkan Semua Daftar Harga

Kalau kita makan atau minum di manapun disini, tidak usah kuatir,karena semua daftar harga makanan dan minuman dicantumkan pada daftar menu. Kita tinggal memilih, sesuai selera dan tentu sesuai isi kantong. Tidak ada bedanya, turis ataupun penduduk. Termasuk pelayanan diberikan secara sangat prima dan ramah.

 

Seluruh Bangunan Terawat Apik

Seluruh bangunan kuno terawatt dengan sangat baik dan rapi. Walaupun tetap menampilkan keasriannya ,sebagai kota kuno, namun sangat bersih dan terawat. Tampaknya warga disini sudah memiliki sense of belonging yang mendarah daging. Mereka merasa :” ini kota kita”.

Tak ada sampah berserakan dan tak ada yang buang puntung rokok disembarang tempat. Bahkan adik kami yang sudah 40 tahun tinggal disini dengan betah memilah sampah, mana yang plastik dan mana yang dapat di recycling. Kebersihan sudah mendarah daging dalam dirinya.

 

Angan Melambung ke Jakarta

Sebagai salah seorang penduduk yang ber KTP DKI menyaksikan dan merasakan semuanya ini, menyebabkan angan-angan saya melayang ke Jakarta. Yang sedang menyongsong HUT ke 488. Alangkah indahnya bila warga DKI juga merasa ikut memiliki Jakarta. Sehingga tanpa disuruh dan tanpa perlu ada perda-perdaan orang dengan rela menjaga kebersihan, bahkan membantu memungut sampah yang terserak karena angin.

Apakah impian ini adalah juga impian semua warga DKI tentu saja saya tidak dapat menjawabnya.

Citta di Santa Fiora, 21 Juli 2015

Tjiptadinata Effendi

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun