Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Dulu Kami Hanya Mampu Merasakan Impian Lewat Gambar di Kalender

15 Juli 2015   04:55 Diperbarui: 15 Juli 2015   08:54 2163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kami hadir dalam impian kami..tjiptadinata effendi"]

Dulu Kami Hanya Dapat Merasakan Impian Liwat Gambar di Kalender

Dulu kami hanya dapat merasakan impian liwat gambar gambar di Kalender. Setiap ada gambar pemandangan yang indah, pasti kami gunting ,untuk kemudian ditempelkan di dinding gubuk kami. Sejak dari kamar tidur, yang sekaligus merangkap tempat kerja.hingga seluruh dinding penuh.

Impian kami yang setinggi langit, menyebabkan terkadang tidak dapat membendung,luapan hati, sehingga tanpa sadar ,kami bicarakan dengan orang lain. Akibatnya, kami dikatakan sudah meracau atau sudah mulai sinting, karena kehidupan kami yang morat marit,menyebabkan kami tidak lagi dapat berpikiran waras.

Namun ,kami tidak pernah merasa gentar oleh anggapan orang lain. Karena yakin suatu waktu, entah satu tahun ,entah sepuluh tahun kemudian, kami pasti akan dapat mencapai impian kami tersebut.

Pernah Jadi Bahan Olok Olokan

Pernah dengan menabung cukup lama, saya memaksakan untuk ikut dalam sebuah kelas motivasi. Maksudnya, siapa tahu disana akan saya temukan jalan untuk menjadikan impian kami menjadi kenyataan. Karena itu pada kesempatan malam inaugurasi, ada kesempatan bagi setiap perserta untuk menyampaikan impiannya,maka dengan penuh kepercayaan diri ,saya juga tampil kehadapan perserta seminar. Dengan mantap saya ucapkan :” Saya punya impian.bahwa suatu waktu, akan dapat melakukan perjalanan keliling dunia.”

Belum habis saya menyampaikan tentang cita cita saya, microphone yang ada ditangan saya, direbut oleh Sang Motivator dan mengatakan :” Effendi, saya salut untuk keberanian anda mengatakan tentang impian anda. Tapi kalau boleh saya sarankan, ciptakanlah impian yang terukur . Jangan seperti orang bermimpi disiang hari bolong,” Dan semua yang hadir bertepuk tangan dan ketawa terbahak bahak. Malam itu saya jadi bahan olokan olokan. Bahkan dalam berbagai kesempatan lain, saya masih saja jadi bahan gojekan. “Mau keliling dunia nih yee …”

Tak Memupus Impian Saya

Anehnya,semuanya itu tak mampu mematahkan apalagi memupus impian yang sudah mendarah daging didalam diri saya. Bahkan saya jadikan cambuk. Untuk bekerja lebih keras,untuk membuktikan bahwa saya tidak gila..Saya adalah orang waras, yang berani bermimpi besar,bahwa suatu waktu, saya dan istri akan mampu mengelilingi dunia.

 

Kami Hadir Dalam Impian Kami

Bersama adik kami Margaretha yang sudah tinggal di Padova selama empat puluh tahun,bersama suaminya Sandro,kami dengan mantap menapakkan kaki kami di dalam salah satu mimpi kami. Menikmati pemandangan di Venezia, yang lokasinya hanya sekitar 40 km dari rumah Margaretha di Padova.

Berdiri ditangga jembatan dan memandangi lalu lintas di lokasi wisata ini, sungguh melambungkan perasaan kehadirat Tuhan. Tak sepatah kata terucapkan dari bibir kami berdua, hanya hati dan jiwa kami yang berseru seru :” Sungguh Mahabesarlah Tuhan… “ dan air mata kami jatuh berderai dan menyatu dengan air di Venezia...

Kami saling menggengam tangan erat erat….. tak kuasa mengucapkan doa apapun, selain bersyukur dan bersyukur.. Kami sama sekali tidak memperdulikan orang yang ramai berlalu lalang, karena hati dan jiwa kami bagaikan melayang dan menyatu dengan impian kami..

 

 

Kini yang ada dihadapan kami, bukan lagi hanya sekedar gambar kalender yang kami gunting dan tempelkan di dinding gubuk kami, melainkan kami berdua,sungguh sungguh hadir di dalam mimpi kami.. di Venesia

Menikmati Gelato

Bukan hanya anak anak saja yang suka ice cream. yang di sini disebut :" gelato",tetapi kami juga sangat menikmati Ice cream coklat plus strawberry ,yang dibelikan oleh Margaretha adik kami. Pokoknya makan dan minum dalam perjalanan ini, kami tidak dibenarkan mengeluarkan dompet oleh Margaretha.

Kemudian secangkir Expresso ,yang sangat nikmat kami rasakan,apalagi sambil memandangi impian kami,yang kini terbentang didepan mata kami, semakin melengkapi kebahagiaan kami.

Mungkin bagi orang lain, berkunjung ke Venesia, sudah bukan apa apanya lagi, namun bagi kami, setiap langkah yang mampu menghantarkan kemi kepada mimpi mimpi kami, senantiasa kami syukuri dari lubuk hati yang terdalam. Semoga tulisan ini,mampu menjadi penyemangat bag orang banyak ,terutama bagi kaum muda. Agar berani bermimpi dan jangan pernah goyah,walaupun orang mengatakan kita sinting. Dare to dream....believe it..do it and then you'll get if

Venesia, 15 Juli, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun