Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Wisdom on The Air- 24 Jam Terbang ,Apa Saja Yang Dilakukan?

14 Juli 2015   20:07 Diperbarui: 14 Juli 2015   20:27 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Wisdom on the Air. 24 Jam Terbang Apa Saya Yang Dilakukan?

Bagi yang belum pernah naik pesawat, tentu sangat ingin bisa menikmati pernerbangan dengan pesawat. Setelah terpenuhi, maka akan timbul keinginan, alangkah baiknya bila dapat terbang dalam perjalanan yang lebih panjang. Ketimbang terbang dari Jakarta ke Yogya atau dari Jakarta ke Surabaya,yang hanya memakan waktu sekitar 1 jam. Rasanya .belum hangat tempat duduk…eee sudah sampai.

Namun bila sudah dapat kesempatan terbang belasan jam ,maka mulai merasa jenuh dan mengeluh:”penerbangan yang terlalu panjang,sungguh sangat membosankan.

Disini kita dapat melihat prilaku setiap orang, tergantung dari sikap mentalnya. Namun biarlah hal itu menjadi urusan pribadi. Asal saja jangan kita yang ikut dalam keluh kesah ini.

Terbang 24 Jam. Apa Saja yang Dilakukan?

Sebelum memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh dengan pesawat terbang,mungkin ada baiknya memperhatikan hal hal sebagai berikut. Kendati memiliki dana yang cukup.namun pastikan bahwa kondisi tubuh dalam keadaan prima.

Sebaiknya tundalah keberangkatan bila:

  • Dalam keadaan sakit
  • Asma yang kambuh
  • Anggota tubuh yang terkilir
  • Kondisi jantung yang tidak sehat
  • Sedang ada masalah dengan petugas hukum

Karena kalau dipaksakan,maka bukan hanya diri pribadi yang susah bila kambuh diperjalanan, tetapi juga seluruh anggota keluarga .Bahkan mungkin seluruh penumpang lainnya.

Apa Saja yang Dilakukan Selama 24 Jam Terbang?

Jadwal penerbangan diatur oleh istri dan putri kami. Karena dalam masalah efisiensi pengeluaran dan betah mencari cari tiket mana yang lebih murah,wanita lebih betah dan lebih jeli daripada pria.Jadi sejak awal,seluruh rencana perjalanan kami dari Sydney ke Venesia ,saya serahkan sepenuhnya kepada istri saya Lina.

Setelah bolak balik sana sini, akhirnya istri saya mengatakan bahwa rencana perjalanan adalah sebagai berikut :

  • Sydney – Kualumpur
  • Kualumpur – Amsterdam
  • Amsterdam- Venezia

Total seluruh perjalanan akan memakan waktu. Sekitar 32 jam ,termasuk penerbangan dan waktu jedah di dua lokasi stop over. Untuk terbangnya saja, sekitar 24 jam.dengan menggunakan pesawat dari maskapai Malaysian Airline dan KLM. Total biaya 6.700 dolar  pulang pergi..untuk kami berdua.. ,termasuk asuransi 1.500 dolar.

“Gimana ,,? Kalau setuju saya langsung bayar” Kata istri saya. “Oke ,sayang… setuju” kata saya. Maka semua urusan administrasi dituntaskan oleh istri saya ,didampingi oleh putri kami .Irvianty.yang lebih paham seluk belum berkomunikasi.

24 Jam Terbang ,Apa saja yang dilakukukan?

24 jam terbang, bisa menjadi suatu hal yang sangat membosankan, tetapi sebaliknya bisa merupakan kesempatan yang amat menyenangkan hati. Tegantung dari cara dan sikap kita menjalaninya. .Antara lain dengan jalan mengisinya dengan :

  • Membaca
  • Menulis
  • Komunikasi dengan penumpang
  • Minum air yang cukup
  • Berjalan mengitari ,agar kaki tidak membengkak ,akibat duduk belasan jam
  • Menikmati makanan yang dihidangkan

Ketemu Kompasianer di Pesawat

Selama berjam jam duduk selain membaca dan menukis, serta tentu tidak lupa menikmati makanan yang disediakan, maka saya keluar dari kursi den berjalan mengitari sekeliling tempat duduk kami.

Berpapasan dengan soerang wanita ,yang juga sedang :” jalan jalan” dalam pesawat .Tiba tiba berhenti dan menyapa :” Hai Pak Tjpta yaaa…Aduh ,senang bisa ketemu disini. Nama saya Elly. “ sesungguhnya pikiran saya sibuik memikirkan..siapa yaa? Koq tahu nama saya dan sepertinya sudah akrab..Belum sempat saya dapatkan jawabannya, Elly sudah menyambung:” Saya pembaca setia tulisan pak Tjip. Tapi belum berani menulis Jadi sementara jadi Silent Reader dulu di Kompaiana”

Nah, baru saya temukan jawabannya ternyta Elly kenal saya ,karena membaca tulisan saya di Kompasiana. “Wah, saya foto ya Pak Tjip. Ntar mau di perlihatkan pada teman teman, Dan tanpa menunggu jawaban , Elly langsung jrepret liwat HP nya.

Kompasiana Obat Rindu Tanah Air

Menurut Elly, ada ratusan orang Indonesia di Belanda yang menjadi silent readers Kompasiana, Namun ,seperti dirinya sendiri, masih belum berani untuk menulis.Sudah pernah mencoba berkali kali menulis,tapi kemudian dihapus lagi, karena kuatir kalau nggak ada yang baca ,kan malu, " kata Elly.

Namun, menurut Elly, dengan menjadi pembaca setia di Kompasiana, setidaknya mengobati rasa rindu terhadap tanah air.."Banyak orang mengira, bahwa orang Indonesia yang tinggal diluar negeri, adalah orang orang yang sudah melupakan tanah airnya. Tetapi sesungguhnya tidaklah seperti itu . Kami tetap merindukan tanah,dimana kami dilahirkan dan dibesarkan. Tetapi hidup itu tidak selamanya dapat diatur menurut maunya kita. "kata Elly berfalsafah :" contoh saya, dapat suami orang Belanda,,jadi gimana? Masa suami disini,saya di Indonesia?,katanya menutup pembicaraan singkat kami,

Dalam pertemuan singkat secara diluar dugaan ini, Elly sempat memperkenalkan dengan anggota keluarganya..

Tetangga Sebelah Kursi Ternyata “Belanda Indonesia”

Tetangga yang duduk disebelah saya, seorang pria bule, yang tampaknya pendiam. Maka setelah saling menyapa,kami masing masing hanyut dengan kesibukan tersendiri. Selang beberapa lama, ia tertidur pulas,sedangkan saya masih mengetik naskah.

Sementara itu ada pramugari sedang mengantarkan makanan dan minuman. Saya bukakan meja lipatnya dan membantu meletakkan makanan dan minuman,jatahnya.. Selesai saya dan istri menyantap hidangan malam, Pria disamping saya baru terbangun .Matanya tertumbuk pada makanan yang tergeletak di meja lipat di depannya. Melihat kearah saya dan tanpa disangka mengucapkan :” Terima kasih” dalam bahasa Indonesia.

Wajahnya yang sejak awal duduk disamping saya,dingin tak berekspresi, tiba tiba jadi ceria dan ramah. Sempat bercerita,bahwa kakeknya berasal dari Jawa dan tinggal di Suriname.Namun ia sendiri,hanya ingat kata :” terima kasih”.

Yang saya lakukan hanya hal kecil,yakni membukakan meja lipat di depannya dan meletakkan makan dan minuman jatahnya . Tapi ternyata hal kecil ini telah mengubah sikapnya dari dingin,menjadi ramah tamah.

Sebuah renungan

24 jam berada diudara,dapat menjadi sesuatu yang sangat membosankan, namun sebaliknya, kita mampu mengubahnya menjadi sebuah kesempatan untuk dapat diisi dengan berbagai hal bermanfaat. Semuanya terserah kepada kita.

Waktu adalah sesuatu yang tidak ternllai harganya,sayang sekali bila kita sia siakan dan mengeluh bahwa 24 jam terbang adalah waktu yang sangat membosankan. Padahal ada begitu banyak orang sakit , yang berdoa kepada Tuhan, agar hidupnya dapat diperpanjang satu dua jam, agar dapat bertemu dengan anak istinya.

Kami berdua senantiasa bersyukur ,setiap kali ada kesempatan untuk jalan jalan. apalagi melakukan penerbangan jauh.Karena kemungkinan,kami berdua termasuk orang yang beruntung, bila dibandingkan dengan jutaan orang Indonesia, yang belum sekali jua mendapatkan kesempatan untuk jalan keluar negeri. Sedangkan kami berdua, sudah tidak terhitung kalinya diberikan kesempatan untuk dapat menikmati hidup.Salah satunya mengitari 5 benua di dunia..Apalagi yang memenuhi seluruh jiwa ,hati dan pikiran kami, kalau bukan rasa syukur?

Ditulis di pesawat KLM ,pada tanggal 12 Juli, 2015

Dipostingkan :

Padova, 14 Juli, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun