Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Wisdom on The Air- 24 Jam Terbang ,Apa Saja Yang Dilakukan?

14 Juli 2015   20:07 Diperbarui: 14 Juli 2015   20:27 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, menurut Elly, dengan menjadi pembaca setia di Kompasiana, setidaknya mengobati rasa rindu terhadap tanah air.."Banyak orang mengira, bahwa orang Indonesia yang tinggal diluar negeri, adalah orang orang yang sudah melupakan tanah airnya. Tetapi sesungguhnya tidaklah seperti itu . Kami tetap merindukan tanah,dimana kami dilahirkan dan dibesarkan. Tetapi hidup itu tidak selamanya dapat diatur menurut maunya kita. "kata Elly berfalsafah :" contoh saya, dapat suami orang Belanda,,jadi gimana? Masa suami disini,saya di Indonesia?,katanya menutup pembicaraan singkat kami,

Dalam pertemuan singkat secara diluar dugaan ini, Elly sempat memperkenalkan dengan anggota keluarganya..

Tetangga Sebelah Kursi Ternyata “Belanda Indonesia”

Tetangga yang duduk disebelah saya, seorang pria bule, yang tampaknya pendiam. Maka setelah saling menyapa,kami masing masing hanyut dengan kesibukan tersendiri. Selang beberapa lama, ia tertidur pulas,sedangkan saya masih mengetik naskah.

Sementara itu ada pramugari sedang mengantarkan makanan dan minuman. Saya bukakan meja lipatnya dan membantu meletakkan makanan dan minuman,jatahnya.. Selesai saya dan istri menyantap hidangan malam, Pria disamping saya baru terbangun .Matanya tertumbuk pada makanan yang tergeletak di meja lipat di depannya. Melihat kearah saya dan tanpa disangka mengucapkan :” Terima kasih” dalam bahasa Indonesia.

Wajahnya yang sejak awal duduk disamping saya,dingin tak berekspresi, tiba tiba jadi ceria dan ramah. Sempat bercerita,bahwa kakeknya berasal dari Jawa dan tinggal di Suriname.Namun ia sendiri,hanya ingat kata :” terima kasih”.

Yang saya lakukan hanya hal kecil,yakni membukakan meja lipat di depannya dan meletakkan makan dan minuman jatahnya . Tapi ternyata hal kecil ini telah mengubah sikapnya dari dingin,menjadi ramah tamah.

Sebuah renungan

24 jam berada diudara,dapat menjadi sesuatu yang sangat membosankan, namun sebaliknya, kita mampu mengubahnya menjadi sebuah kesempatan untuk dapat diisi dengan berbagai hal bermanfaat. Semuanya terserah kepada kita.

Waktu adalah sesuatu yang tidak ternllai harganya,sayang sekali bila kita sia siakan dan mengeluh bahwa 24 jam terbang adalah waktu yang sangat membosankan. Padahal ada begitu banyak orang sakit , yang berdoa kepada Tuhan, agar hidupnya dapat diperpanjang satu dua jam, agar dapat bertemu dengan anak istinya.

Kami berdua senantiasa bersyukur ,setiap kali ada kesempatan untuk jalan jalan. apalagi melakukan penerbangan jauh.Karena kemungkinan,kami berdua termasuk orang yang beruntung, bila dibandingkan dengan jutaan orang Indonesia, yang belum sekali jua mendapatkan kesempatan untuk jalan keluar negeri. Sedangkan kami berdua, sudah tidak terhitung kalinya diberikan kesempatan untuk dapat menikmati hidup.Salah satunya mengitari 5 benua di dunia..Apalagi yang memenuhi seluruh jiwa ,hati dan pikiran kami, kalau bukan rasa syukur?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun