Saya ceritakan kisah hidup saya, tanpa menyebutkan nama pelakunya dan tanpa rasa dendam ,agar pak Suwanto memahami bahwa di dunia ini bukan hanya dirinya, yang pernah di khianati bahkan direncanakan untuk menghabisi kami sekeluarga.
- baut baut roda kendaraan kami sengaja dilonggarkan,dengan harapan kami akan kecelakaan
- Tutup bak oli, dilonggarkan, sehingga dalam pendakian, oli kosong
- mobil di service di bengkel. Remnya dibikin blong
- ditangkap di manado jam 2.00 subuh
- uang perusahaan dilarikan orang yang sudah dianggap anak sendiri
- sahabat baik saya di Spore ,melarikan uang hasil penjualan barang 65 ton
Dari catatan ini, kasus nomor 1 sd 3 orangnya sudah mengaku. Dua yang terakhir, hingga saat ini tidak pernah bertemu dan tidak pernah kontak lagi.
Suwanto terdiam,mendengar penuturan saya. Ia menangis dan memeluk saya. Belakangan saya dapat kabar, bahwa pak Suwanto tidak pernah pingsan lagi, karena ia sudah dapat membuang dendam dari dirinya.
Untuk Bisa Memaafkan,Tidak Perlu Menunggu Jadi Orang Saleh
Sebagaimana yang sering saya tekankan, bahwa saya bukan tipe manusia yang sangat agamis. Saya adalah orang biasa biasa saja.Tidak memiliki kelebihan apapun dan pasti tidak termasuk kategori :”orang saleh”. Tapi saya bisa memaafkan mereka semua. Karena dengan memaafkan, maka hati kita lapang. Jiwa kita tidak lagi digerogoti. Pikiran kita jernih dan dapat memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan dengan hati yang lapang.
Tulisan ini jauh dari maksud melambungkan kebanggaan diri yang terselubung.. Jujur ,saya taku bangga. Karena bagi saya pribadi,bangga itu adalah saudara kandung dari kesombongan, Sedangkan kesombongan adalah awal dari kehancuran hidup seseorang.
Alangkah damainya hidup tanpa dendam.. Kita bisa tersenyum lepaas..
Wollongong, 10 Juli, 2015
Tjiptadinata Effendi