Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudah Tahu Dendam Itu Bikin Sakit Hati, Mengapa Disimpan Terus?

10 Juli 2015   17:22 Diperbarui: 10 Juli 2015   17:39 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak pernah marah? Hanya pembohong yang bisa mengatakan demikian. Karena sebagai manusia biasa, setiap orang pasti pernah :

  • Kecewa
  • Merasa dikhianati
  • Sedih
  • Marah

Namun stop sampai disini, jangan biarkan ia bertumbuh dan membusuk menjadi dendam kesumat.

Teman Saya Tiap Hari Pingsan karena Dendam

Teman kami yang tinggal di Bandar Lampung mengeluh. Tiada hari tanpa pingsan. Sudah kedokter specialis semuanya baik. Ternyata ia sangat dendam pada saudara kandungnya sendiri, yang meminjam sertifikat tanahnya, untuk agunan kredit di bank,dengan catatan begitu Sertifikat Tanah yang baru dibelinya diterbitkan oleh B.P.N. ,maka ia akan segera mengembalikan sertifikat yang dipinjamnya. Karena merasa saudara kandung seibu dan seayah, teman saya tidak tega menolak permintaan saudaranya dan meminjamkan sertifikat tanahnya. Celakanya, ia sama sekali tidak memberi tahukan pada suaminya karena berpikir hanya seminggu dua minggu.

Ternyata setahun sudah lewat,namun sertifikat yang dipinjam, belum dikembalikan oleh saudaranya. Sejak saat itu teman kami senantiasa diliputi ketegangan dan kemarahan, yang berbuah dendam. Maka kesehatannya terus menurun. Menurut pak Suwanto (bukan nama sebenarnya), tiada hari tanpa pingsan.

Kalau Orang Tidak Mengalami Memang Gampang Memberi Nasihat

Saya mencoba menyarankan pak Suwanto, agar jangan mendendam, agar penyakitnya sembuh.” Datangilah saudara pak Suwanto. Berbicaralah dari hati kehati. Karena dendam hanya akan menghancurkan diri sendiri” Begitu saran saya pada sahabat saya. Namun niat baik belum tentu diterima dengan baik, apalagi bagi orang yang sedang mengalami distorsi kejiwaan.

Langsung keluar kata kata mutiara dari pak Suwanto :” Kalau orang belum pernah mengalami, memang gampang memberikan nasihat “, katanya dengan dingin.

Tentu saja saya terperanjat. Saya diam. Mau saya tinggalkan pergi, saya ingat pesan moral dari lagu””What’s friend are for?” Untuk apa ada teman?. Saya berdiam diri. Dan kemudian melihat ia mulai tenang dan mengatakan :” Maaf Pak Effendi, saya lagi sumpek”

Saya bilang :” Nggak apa apa pak.. Boleh saya ceritakan bagaimana saya disakiti ?”

Menceritakan Tanpa Rasa Dendam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun