Sudah Tahu Jakarta Banjir dan Macet, Siapa Suruh Datang ke Jakarta?
Kalimat ini mungkin sudah sangat sering kita dengarkan. Tapi hanya kita respon sambil tersenyum kecil.Mungkin kita pikir :” Ah,Cuma bercanda”.Sesungguhnya,kalimat tersebut diatas menyirat pesan moral yang cukup mendalam. Yang kalau boleh dijelaskan dalam beberapa kalimat :” Sudah tahu sejak dulu,bahwa Jakarta itu banjir dan macet. Tapi koq masih betah datang ke Jakarta?”
Dinegeri kita ini, orang boleh datang dan pergi sesuka hati, asal jangan melanggar aturan setempat. Namun,kalau memang kita sudah bertekad mau tinggal dan menjadi penduduk DKI, tentu dengan segala konsekuensinya. Setidaknya , sudah mau menerima,bahwa banjir dan kemacetan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kota Jakarta.
Menerima ,berarti diam. Tidak perlu sumpah serapah berkepanjangan:” Jakarta banjir…Jakarta anjir…Jakarta macet…jakarta brengsek….”Bagi yang mau dan sudah memutuskan untuk tinggal di Jakarta, tentu dengan resiko ,menerima kenyataan bahwa beginilah Jakarta itu.
Cukup banyak orang yang membuka usaha di Jakarta, bukan lagi mengais rejeki,tapi menangguk atau menjala rupiah. Menikmati segala sesuatu dari usahanya yang berada di Jakarta .namun disisi lain,tidak mau menerima keadaan.
Setiap kali pulang ke Jakarta, saya dan istri hampir setiap hari keluar rumah. Sambil berkendara,saya memperhatikan ,kendaran mewah yang melaju didepan kami,dengan seenaknya,membuka kaca jendela dan membuang kulit duku, Kalau sekali,mungkin kebetulan,namun ini terjadi sepanjang jalan. Hingga saya dim dengan lampu ,pengemudi bertindak seolah tidak ada kejadian apa apa. Namun karena saya bukan petugas,maka hanya bisa mengelus dada saja.