Disudut lain, ada orang Aborigin yang sedang memainkan alat musik khas Aborigin, yang panjangnya hampir dua meteran. Sementara seorang temannya menjajakan barang dagangannya.berupa boomerang, senyata khas orang Aborigin. Yang dijual dengan harga bervariasi, mulai dari 5 dollar hingga 20 dolar, tergantung besar kecil dan ukiran serta tata warnanya.
Menurut “Jack” Pria yang menunggui barang dagangannya ini, karena mereka berasal dari suku Aborigin, maka untuk mendapatkan ijin ngamen dan jualan disini, mereka tidak perlu membayar apapun. Jack mengaku tidak tahu, apakah warga Australia yang lain, ada biaya untuk mendapatkan licence.
Menurut Jack, untuk membuat alat musik yang bernama Didgeridoo atau disebut juga yidaki, yang terbaik adalah dari bahan dasar batang pohon kayu putih,yang disini dikenal dengan nama eucalyptus. Tempo dulu, alat musik ini digunakan dalam upacara tradisional oleh suku Aborigin di bagian utara Australia,namun kini sudah hampir merata di seluruh negara bagian Australia.
Kalau yang dijual dengan harga murah, sudah bisa dipastikan terbuat dari kayu biasa saja. Harga alat musik ini bervariasi antara 75 dolar hingga 200 dolar,tergantung motif dan tata warna ,serta bahan bakunya. Walaupun dalam bentuk phisik berbeda dengan alat music : ”saluang“ di Sumatera Barat, namun intinya alat music ini adalah untuk memberikan ketentraman hati dan menyampaikan pesan.Bila di dengar pada waktu malam hari ,akan membuat kita merinding.
“Saya tidak ingin, satupun dari anggota keluarga saya yang minta minta uang bantuan kepada pemerintah melalui Centrelink, karena itu ,seluruh anggota keluarga terlibat, sejak dari mencari bamboo dan kayu yang pas sebagai bahan dasar suling ,maupun untuk boomerang. “kata Jack menutup pembicaraan singkat kami, setelah saya membeli dua buah boomerang untuk cucu kami.Ternyata diantara kaum Aborigin sudah terdapat pola pikir untuk maju, dengan jalan berkerja keras, kendati sebagai upaya “penebusan dosa” pemerintah Australia memanjakan mereka dengan segala macam fasilitas.
Wollongong, 3 Mei ,2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H