Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

(Kartini RTC) Perempuan Yang Hidup Menghadang Badai

20 April 2015   21:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:52 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_379390" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi : doc.pribadi"][/caption]

(Kartini RTC) – Perempuan Yang Hidup Menghadang Badai

Sudah lama suami nya tergeletak ,karena mengalami komplikasi,akibat jatuh sewaktu bekerja sebagai kuli bongar muat barang di bis. Selaindari mengalami geger otak, suaminya juga mengalami infeksi paru paru . Setiap malam tiba, batuknya mulai bereaksi dan berlanjut hingga dini hari. Setiap kali suaminya batuk, selalu mengeluarkan darah.

Sudah beberapa malam ia hampir tidak tidur. Kalaupun tertidur, hanya sebatas meletakkan kepalanya dipinggir bantal.sambil duduk dilantaidengan beralaskan tikar bekas. Sedangkan paginya ia sudah harus ke stasiun kereta api, untuk membeli barang dagangan ,agar bisa berjualan di kaki lima. Dikeluarkannya semua uang yang disimpan dalam tas lusuhnya. Sebagian besar uang recehan, hasil menjual sayur sayuran.

Perempuan yang bernama Ina ini ,seperti berperang dalam dirinya sendiri.Kalau seluruh uang ini digunakan untuk membawa suaminya berobat, maka tidak ada lagi untuk modal jualan. Sementara anak mereka yang masih berumur 5 tahun, barusan sembuh dari sakitnya. Dadanya terasa amat sesak dan pikirannya tak mampu mengambil keputusan.Ibarat makan buah Simalakama. Terhimpit oleh beban pikiran dan beban batin yang hampir tak tertahankan ,diikuti keletihan dan rasa kantuk yang amat sangat ,akhirnya Ina terlelap dipinggir tempat tidur yang terbuat dari papan.

Keesokan harinya…

Ina terbangun dengan kepala yang tidak keruan rasanya,Namun ia tidak dapat berleha leha,karena sudah harus bersiap siap, memasakkan putranya bubur untuk makan pagi dengan sesendok kecap manis. Kemudian berpesan pada anaknya yang baru berusia 5 tahun untuk menjaga ayahnya. Terlatih sejak dari bayi,hidup menderita, putranya sama sekali tidak rewel.. Bubur yang hanya ditemani sesendok kecap manis ,dalam waktu sekejab sudah habis dimakannya. Dan kemudian duduk dipinggir tempat tidur ,sambil menatap ayahnya dengan wajah sedih dan berdoa….

Ina pamit pada suaminya untuk mencari dedaunan ,yang menurut tetangganya cukup ampuh untuk mengurangi batuk .

Selang 15 menit kemudian, Ina sudah kembali dengan wajah yang agak cerah ,karena ditangannya sudah ada segenggam rumput “banto” ,yang akan dimasak dengan gula aren,untuk menghentikan perdarahan suaminya. Sementara itu ada daun bunga raya putih,yang diremas remas dan disaring, kemudian diminumkan kepada suaminya dengan penuh kasih sayang.

Kemudian, mencium kening suaminya dan putranya,Pamitan dan berangkat dengan naik sepeda reotnya menuju ke stasiun kereta api,untuk membeli sayur sayuran yang baru tiba dari kampung..

3 Minggu Berselang, Suaminya Mulai Sembuh

Malam tadi, Ina sangat lega ,memandang suaminya bisa tidur dengan lelap, tanpa batuk lagi,. Dengan air mata berlinang,ia memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan.

Disamping suaminya,terbaring buah hati mereka,yakni putranya yang bernama Arman . Tak habis habisnya Ina bersujud syukur kepada Tuhan,karena suaminya sudah sembuh. Walaupun bukanlah berarti masalahnya sudah selesai. Karena mereka bertiga,masih harus melanjutkan perjalanan hidup yang keras dan pahit seperti ini.

Kendati hidup morat marit, namun tak sekalpun mereka berkeluh kesah, apalagi sampai minta dikasihani . . Semuanya mereka pikul dengan ikhlas dan hanya bersandar kepada Tuhan.. Ina ,bagaikan batu karang, dalam menghadang badai kehidupan.Tak sedetikpun ia goyah,pada keyakinannya,bahwa suatu waktu hidup mereka akan berubah. Ia senantiasa ingat,apa yang dikatakan oleh Kartini:” Sehabis Gelap.Akan Terbitlah Terang”

Bertahun tahun Sudah Berlalu..

Badai itu sudah berlalu dan kegelapan hidup mereka sudah sirna,dengan datangnya terang. Karena mendapatkan jalan untuk mengubah nasib mereka. Kini mereka sekeluarga bukan lagi gembel yang tinggal di rumah kontrakan kumuh, Karena sudah menjadi seorang pengusaha yang sukses. Sungguh tepat ,apa yang dikatakan oleh Kartini,bahwa sehabis gelap,maka akan terbitlah terang.,

Tak sia sia ,perempuan yang bernama Ina ini, hidup bertahun tahun menantang badai kehidupan,demi cintanya yang tulus kepada suami dan anaknya.. Kelak ketika anak kedua dan ketiga lahir, mereka sudah hidup berkecukupan

Bagaikan kisah kisah dongeng 1001 malam, setelah bertahun tahun menderita, akhirnya Ina dan keluarganya hidup berbahagia selama lamanya.

Iluka, 20 April.. 2015

Nomer 82 - Tjiptadinata Effendi- 9Kartini RTC) Perempuan yang  Hidup Menghadang Badai

14295423721097949275
14295423721097949275


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun