[caption id="attachment_379145" align="aligncenter" width="560" caption="Pernikahan itu indah/doc,,pri"][/caption]
(Kartini RTC )Perempuan Tionghoa Dalam Upaya Meretas Belenggu Budaya Sukunya.
Gadis bernama Chen Chen ini adalah perempuan keturunan Tionghoa.Ayahnya disebut sebagai :” orang Totok” , karena merupakan turunan kedua . Berarti kakek buyutnya lahir di Tiongkok,kemudian merantau ke Indonesia.
Karena masih turunankedua, maka ayahnya tentu sangat fasih berbahasa Mandarin.Sedangkan Chen Chen, karena sudah merupakan keturunan yang ketiga dan sehari harian bergaul dengan penduduk setempat, maka Chen Chen,lebih fasih berbahasa Padang .Ia tidak fasih lagi berbahasa Mandarin.
Kalau dalam berjualan ditoko ayahnya, untuk sekedar berbahasa Hokien pasaran masih bisa.
Dijodohkan Oleh Orang Tua
Sebagai seorang gadis yang sudah menginjak dewasa, Chen Chen sudah dijodohkan oleh ayahnya ,secara diam diam, dengan sesama anak pemilik toko , yang masih ada hubungan kekeluargaan.
Pada masa itu, sudah menjadi tradisi dikalangan kaum keturuan Tionghoa di kota Padang, kalau mau menjodohkan anak perempuannya, akan dicarikan yang sepadan dengan derajat keluarga.Baik dari segi kemantapan finansial,maupun latar belakang kehidupan.Karena pada waktu itu, warga Tionghoa di bedakan antara yang masih totok dan yang sudah disebutkan peranakan Tionghoa.
Keinginan untuk Menikah denganPilihan Hati Ditolak Orang Tua
Suatu ketika ,Chen Chen mengajak sahabat prianya yang adalah juga teman sekolahnya. Mereka sudah cukup lama akrab. Tetapi ,karena mengetahui bahwa teman prianya yang bernama Han ini. adalah peranakan Tionghoa, ayahnya langsung menegornya. Serta mengatakan bahwa ia harus memutuskan hubungannya dengan Han, karena sudah dijodohkan dengan seseorang yang sudah mapan.
Tentu hal ini tidak diterima oleh Chen Chen. Karena merasa bukan jamannya lagi di jodoh jodohkan. Namun disisi lain, ia juga tidak ingin dikatakan :” anak pu’hao” ,artinya anak yang tak berbudi. Maka Chen Chen memilih untuk diam.
Diam bagi Chen Chen, berarti ia harus menanggung beban hatinya sendiri, Semakin lama tubuhnya semakin kurus dan batuk batuk dan jatuh sakit.
Akhirnya Diijinkan Menikah
Ibunda Chen Chen,dalam setiap kesempatan selalu berupaya membujuk ayahnya, agar menyetujui pernikahan putri mereka dengan pemuda pilihan hatinya. Demi cintanya kepada putri pertama, ayahnya akhirnya menyerah dan menyetujui pernikahan mereka.
Menikah dalam Acara Adat dan Gereja dan Catatan Sipil
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan pernikahan Chen Chen dengan Han.Pertama ,sebagaiorang Tionghoa ,menurut undang undang, pernikahan mereka hanya sah bila dilakukan di Kantor Catatan Sipil.
Selesai pernikahan di Catatan Sipil,maka pada Sabtu malamnya di adakanlahupacara adat Tionghoa .Dalam acara adat ini Chen Chen juga diwajibkan mengenakan pakaian adat Tionghoa, yang mirip dengan sunting dari Minangkabau.
Acara inidiikuti dengan memberi hormat kepada orang tua dan sekaligus para tertua dalam keluarga. Dengan cara menuangkan secangkir teh dan menyerahkan nya.kepada para tetuah dari keluarga
Dilanjutkan dengan acara terima :"soja" yang merupakan tata cara penghormatan tradisi Tionghoa.Yang menerima :"sodja" hanya yang tingkatannya lebih tinggi .
Para kerabat yang mendapatkan kehormatan menerima :” sodja “ atau penghormatan ini, sudah mempersiapkan :”angpau”terlebih dulu. Maka begitu gilirannya menerima ”sodja” maka ”angpao” tersebut diberikan kepada pengantin.
Acara Pemberkatan di Gereja
Pemberkatan di Gereja diadakan keesokan harinya. Dihadiri oleh keluarga dari kedua mempelai ,termasuk anggota yang beragama lain, diijinkan untuk ikut masuk.Selesai upacara di gereja,dilanjutkan dengan resepsi pernikahan.
Perjuangan Hidup Keduanya Dimulai
Lika liku hidup yang penuh penderitaan,tak pernah diceritakannya kepada siapapun,karena Chen Chen selalu ingat pesan ayahnya:” Kalau kelak lu menderita,jangan salahkan papa,karena ini adalah pilihan sendiri”
Badai itupun Berlalu’
Bertahun tahun merangkak dalam mengarungi badai kehidupan, akhirnya Chen Chen dan suaminya, mendapatkan jalan untuk mengubah nasib mereka. Kelak mereka sudah jadi pengusaha. Mengajak papa mama nya setiap hari Minggu untuk berlibur keluar kota.
Chen Chen sudah membuktikan pada papa nya,bahwa menikah dengan pria biasa ,tidak harus selamanya hidup melarat.
Sejak saat itu ,papanya sudah terbuka untuk setiap perubahan.Bahkan kelak adik adik Chen Chen menikah denganorang Minang , Jawa dan Batak..serta Orang Italia..
Chen Chen ,dengan segala upaya dan tekadnya dan didukung oleh suaminya, telah menjadi sosok yang mampu meretas serta mendobrak dinding dinding, yang membatasi antara “Tionghoa dan bukan Tionghoa.
Memang harus ada orang yang berani untuk menjadi agen perubahan ,dalam sukunya masingmasing, Agar Bhinneka Tunggal Ika,tidak hanya sebatas semboyan,tapi benar benar diaplikasikan dalam hidup ini.Perubahan memang seharusnya diawali dari diri sendiri.
Kini Chen Chen sudah menjadi seorang nenek dari sekian cucu cucu dan hidup berbahagia bersama suami tercinta,dalam keberagaman suku,budaya dan agama.
Iluka, 19 April, 2015
Nomer 82- (Kartini RTC) Tjiptadinata Effendi-Perempuan Tionghoa Dalam Upayanya Meretas Belenggu Budaya
(Kartini RTC) Perempuan Tionghoa Dalam Upayanya Meretas Belenggu Budaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H