Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Penyesalan itu Datangnya Terlambat

17 April 2015   15:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:59 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Penyesalan itu  Datangnya Terlambat

Sepotong Biografi

Pada waktu itu , malam hari saya baru pulang dari luar kota. Ada pesan yang ditinggalkan pada pembantu kami, Kata Pembantu kami:”Ada seseorang yang mencari Bapak. Katanya pingin ketemu. Ini ada catatan alamat yang ditinggalkan “ ,katanya sambil menyerahkan sepotong kertas kecil. Saya amati kertas tersebut ,ada tulisan berbunyi:” Effendi,tadi saya datang kesini. Pengin ketemu anda. Saya niumpang dirumah saudara. Alamat di jalan Abc .nomer 007,Padang. Salam saya, Darman.”

Lama saya tatap tulisan kecil tersebut, bukannya tidak ingat, tapi saya terharu. Guru saya sewaktu masih di SMP yang sudah lebih dari 30 tahun tidak pernah ketemu lagi, tiba tiba mencari saya. Saya melirik kejam tangan. Jarum pendek menunjukkan sudah pukul 8.00malam dan saya belum mandi. Saya pikir ,lebih baik besok pagi baru saya temui. Sehingga dalam kondisi yang segar,saya dapat mengobrol dan bernostalgia bersama guru saya , lebih lama”

Maka sehabis mandi dan makan malam ,saya terlelap dalam tidur

KeesokkanHarinya

Jam 8.00 pagi saya sudah rapid an menuju kealamat yang ada dikertas kecil ditangan saya. Alamat rumah tersebut mudah menemukannya,karena kota Padang kecil .Dan saya menghafal setiap pelosok kota,hingga kelorong lorong nya.

Sesampainya disana , pintu saya ketuk dan seseorang keluar membukakan pintu .Belum sempat saya bertanya,malah gadis yang membukakan pintu sudah lebih dulu bersuara:” Aduh,ini Om Effendi yaa…. Sejak semalam ditunggu oleh pak Darman,,Bahkan tadi pagi masih celigak celiguk melihat kejalan, menunggu Om Effendi datang. Sayang sekali Pak Darman barusan berangkatdengan pesawat Garuda pada penerbangan pertama jam 6.00 tadi pagi”

Lama saya terpana. Tak mampu saya memberikan komentar apapun lagi. Ada rasa penyesalan dalam diri.“Hmmm Kalau Om mau ,ini ada telpon Pak Darman di Medan” , satu atau dua jam lagi beliau mungkin sudah sampai di kota Medan”.kata si gadis yang bernama Ely.

Saya mengambil catatan yang diberikan ,mengucapkan terima kasih dan kembali kerumah dengan lesu danperasaan menyesal.

Telpon Tak Kunjung Tersambung

Pulang kerumah, seharian saya tidak kemana mana, rasanya rasa penyesalan itu masih membelenggu pikiran saya. Saya coba menelpon berkali kali,tapi jawaban dari seberang sana:” Maaf nomer yang anda hubungi , tidak menjawab”

Hingga malam hari,saya masih mencoba menelpon lagi dan…tersambung .:” Hallo…selamat malam bu, saya Effendi, hmmm boleh sayabicara dengan pak Darman?”

“Oo pak Effendi dari Padang yaa?” Jawab suara wanita diujung sana,dengan suara sepertinya sangat sedih. Perasaan saya jadi nggak enak.

“Benar bu ,” jawab saya antusias .”boleh saya minta bicara sebentar?”

Diam..tak ada suara…tadi nada telepon masih tersambung……:”Halo …halo buu..’ kata saya.

“ Yaa … pak Effendi… papa dirumah sakit… Jantungnya kambuh. Kemarin memaksa diri ke Padang ,kata papa mau jumpa teman teman dan murid nya. Padahal kondisinya sudah parah”.. Ntar saya kerumah sakit,akan saya sampaikan bahwa pak Effendi menelpon ya..Agar beliau senang .. Sudah ya pak …” klik telpon terputus…

Sayaterpana… mata saya basah.. saya memarahi diri saya sendiri…karena menunda ..kunjungan.

Malam Harinya…

Ada telpon berbunyi…. Langsung saya sambar dan…:tak ada suara sesaat..,kemudian.. suara wanita menangis…Jantung saya serasa berhenti berdetak….:’ Pak Effendi…. Papa sudah pergi…Sempat saya sampaikan salam dari Pak Effendi dan papa tersenyum… Doakan papa yaa agar damai di surga….”..klik telpon terputus lagi..

Di catatan harian saya, hari ini tanggal 17 April, 2015 .. tepat 25 tahun lalu guru saya meninggal.. Sudah lama sekali, namun saya ingin menuliskan secarik biografi ini ,sebagai rasa hormat saya kepada beliau Dan sekaligus rasa penyesalan diri. Penyesalan memang datangnya selalu terlambat.

Mungkin ada manfaatnya bagi yang membaca cuplikan biografi saya ini, agar jangan pernah menunda .Karena kesempatan yang ada hari ini, belum tentu akan menjadi kesempatan juga diesok harinya..Sungguhhari esok ,belum tentu miliki kita.

Tak seorangpun dapat meramal akan apa yang terjadi dimasa depan,bahkan apa yang akan terjadi esok hari. Hanya Tuhan yang mengetahui, sedangkan bagi kita ,semuanya adalah misteri kehidupan.

Iluka, 17 April, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun