Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Terperangkap dalam Jerat Perjudian

14 April 2015   08:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Uang bisa menyebabkan orang lupa diri lupa keluarga dan lupa Tuhan | Foto: Tjiptadinata Effendi"][/caption]

Mengenal beragam perjudian bukan untuk ikut berjudi, tapi justru agar tidak terperangkap. Banyak orang yang berpikir bahwa judi itu hanya ada di kasino, mendengar nama Las Vegas, Macau atau Genting, orang jadi apriori seperti mendengarkan sesuatu yang menakutkan. Tetapi justru sesungguhnya, hal-hal yang tidak diwaspadai lebih cendrung menghanyutkan orang dalam perangkap perjudian terselubung.

Ada judi Kelas Kambing:


  • Adu jangkrik
  • Taruhan manggis
  • Lomba layangan
  • Lomba perkutut
  • Adu ayam
  • Togel /buntut
  • Tebak tebakan nomer kendaraan


Judi yang "Elite":


  • Nonton Bareng Sepak Bola di Hotel
  • Nonton Pertandingan Tinju
  • Nonton pertandingan Bulu Tangkis


Ada paket paket promosi hotel ”Nonbar di Hotel including dinner”. Berapa taruhannya? Minimal 5 Jutaan, bisa di lipat dua, tiga atau lebih. Ada bandarnya dan hotel dapat 10 persen, sebagai pengelola. Bisa dilacak? Tidak bisa, karena tak tampak ada uang kontan dimeja nonbar, hanya catatan dan gesek kartu kredit atau kartu debit.

Ada Judi Terselubung:


  • Terselubung dalam bentuk valas.
  • Dalam bentuk saham,
  • Bisnis online
  • Iseng iseng berhadiah

Bagaimana orang baik baik, bisa terjerumus kedalam perjudian?

Awalnya Iseng Iseng


Ini diceritakan sendiri oleh anak teman saya di Jakarta. Katakan saja namanya Anton, awal nya ia diajak teman, main poker online.

“Anton, kita dikasih modal gratis, begitu menang berhenti. Lumayan dapat rejeki nomplok,gratis lagi.”

“Setiap orang diberikan modal gratis untuk ikut bermain online. Bisa 10 ribu- 50 ribu rupiah dan seterusnya .Nah, sudah dikasih modal gratis, menang pula.”

Pikiran ini terbawa bawa hingga Anton tiba dirumahnya. Iseng iseng ia mulai melacak di laptopnya. Tidak sulit menemukannya, ada beragam money game online yang ditawarkan. Anton mulai berpikir ”Iseng-iseng nggak ada salahnya kan? Katanya membenarkan diri sendiri. Dan benar, malam itu Anton menang, hingga tidurnya sangat larut, karena saking gembiranya dapat uang yang jatuh dari langit.

Tali Jerat sudah Dikalungkan Pada Leher


Orang sangat senang apalagi malamnya uang modal yang dikasih gratis, sudah menjadi berlipat lipat. Pada saat inilah jerat sudah dikalungkan di lehernya. Hingga di kantor tempatnya bekerja, pikirannya masih terpaut pada kemenangannya. Pikirannya mulai melantur dan berpikir ”wah, saya kerja susah payah, cuma dapat segini. Duduk sambil ngopi dirumah. Eh dapat rejeki nomplok, hampir sebesar jumlah gaji sebulan."

Maka sejak saat ,sikap mentalnya mulai berubah, Pikirannya tidak lagi fokus pada pekerjaan. Malah diwaktu waktu senggang dikantor, dimanfaaatkan untuk curi curi main online dan ….mulai kalah.. kalah lagi. Perasaannya mulai tak menentu. Pikirannya jadi kacau, menyesali diri, mengapa tidak berhenti ketika disaat ia menang? Kini bukan saja modal yang diberikan cukong online habis, malah gajinya sebulan ludes. Maka satu satunya jalan adalah main dalam jumlah taruhan yang lebih besar, agar kalau menang, maka seluruh ketekoran dapat ditutupi.

Namun lagi lagi ia kalah, mulai panik dan mulai berbohong. Ibadah sudah dilupakan sama sekali. Karena seluruh pikiran dan akal budinya sudah terfokus,bagaimana caranya agar uang yang sudah kalah,dapat direbut kembali. Ia mulai menggali lubang untuk dirinya sendiri. Pinjam uang ke perusahaan dengan alasan nenek nya sakit parah, padahal neneknya sudah meninggal. Karena memang selama ini jujur dan tidak pernah memimjam,maka perusahaanpun meminjamkan uang kepadanya Pulang kantor, buru buru masuk kamar dan pesan pada istri dan anak anak, supaya jangan diganggu, karena ada pekerjaan kantor yang penting, harus dikerjakan.

Hingga tiba waktu makan malam dan si istri dengan setia mengetuk pintu kamar, mengatakan bahwa makan malam sudah diipersiapkan, malah dibentaknya ”Sudah saya katakan,jangan ganggu” Prilakunya sudah berubah total. Selama ini belum pernah sekali jua ia berbicara kasar terhadap istrinya, namun setan judi sudah menguasai pikiran dan jiwa raganya.

Anton Berubah Jadi Monster


Semakin hari Anton semakin beringas. Dari seorang suami dan ayah yang patut diteladani, kini ia berubah menjadi monster dalam keluarganya. Begitu juga dikantor, ia sudah bukan Anton yang dulu lagi. Utangnya di perusahaan sudah menumpuk 3 bulan gaji. Jumlah maksimum yang diijinkan bagi karyawan untuk meminjam.
Tadi anton barusan meminta paksa perhiasan emas dari istrinya, dengan berbohong, bahwa ia ditipu orang dan harus mengembalikan uang perusahaan atau di akan dipenjara. Kendati sudah berubah jadi monster, namun istrinya dengan sabar dan setia, memberikan perhiasan emasnya, Karena kuatir suami tercinta masuk bui.

Istri Diteror Debt Collector


Sejak saat itu, hampir setiap hari telpon dirumahnya berdering, menanyakan Anton, karena kartu kredit yang habis terpakai, tidak pernah di cicil. Bahkan di debt collector memarahi istrinya, karena dianggap bersekongkol dengan suami. Belum lagi telpon lain yang menanyakan tentang Anton, karena pinjamannya tidak dilunasi. Motor Anton dan juga motor istrinya sudah terjual dan uangnya ludes,sehingga istrinya terpaksa naik angkot untuk kemana mana.

Kemana saja Anton?


Pada saat Anton menceritakan kisah hidupnya pada saya, ia menjadi tukang cuci mobil di emperan jalan di komplek Kemayoran. “Om, terkadang saya ingin bunuh diri, untuk melupakan semuanya, tapi syukur ada istri dan anak anak yang tetap menyayangi saya.” Kisah Anton.

Anton ini adalah anak dari salah seorang teman saya, namun sudah lama meninggal dunia. Saya terdiam sesaat dan kemudian berkata. "Anton, sekarang sudah tahu, bahwa tidak ada rejeki jatuh dari langit? Bahwa untuk mendapatkan uang dengan jalan jujur, orang harus bekerja keras?”

“Ya Om, saya sudah bertobat Om.tapi terkadang godaan itu datang terus, Sempat terpikir, kalau gaji yang saya dapatkan dari hasil kerja keras cuci mobil ini, saya taruhkan,siapa tahu bisa menang dan hidup kami bisa kembali normal. Saya sungguh bimbang .”

“Anton, buang semua pikiran gila tersebut, fokuslah pada pekerjaan anda, Ingatlah tidak ada orang yang kaya karena judi. Jangan pernah ikut,yang namanya taruhan,dalam bentuk apapun. Percayalah selalu ada jalan bagi orang yang mau mengubah hidupnya. Ingat dan bayangkan anak istri anda senantiasa setia, walaupun anda sudah memperlakukan mereka dengan kasar. Jadikanlah kasih sayang mereka motivasi dalam hidupmu dan jangan lupa berdoa. Ini sedikit untuk anda ” Kata saya sambil menyalaminya.

Saya melihat mata Anton berkaca kaca ,ada penyesalan yang amat mendalam terbaca melalui matanya. Karena mata adalah jendela jiwa. Hingga kini,Anton masih tetap berkomunikasi dengan saya dan bercerita,bahwa ia sudah mendirikan usaha cuci mobil sendiri dan sudah punya anak buah 5 orang. Kisah Anton ini, mungkin juga merupakan kisah ribuan orang lain,yang terjebak dan terjerumus dalam perjudian, namun tidak tahu bagaimana keluar dari perangkap.

Semoga tulisan kecil ini, dapat menjadi alarm, bagi yang belum terjerumus dan sebuah motivasi bagi yang sudah terlanjur terpuruk. Jangan bunuh diri, jangan putus asa, percayalah selalu ada jalan untuk orang yang mau mengubah hidupnya. Setiap orang pasti pernah berbuat salah dalam hidupnya, mungkin dalam hal yang berbeda. Bunuh diri bukan jalan keluar, melainkan tindakan yang pengecut, karena berani berbuat dan tidak berani menanggung resikonya. Ada ribuan orang seperti Anton, membutuhkan uluran tangan kita. Mereka sudah hampir tenggelam. Hanya kita yang tidak tenggelam yang bisa membantu mereka,tidak harus dengan memberikan uang,tapi setidaknya dapat mengulurkan tangan kita dan memberikan mereka motivasi bahwa "Tidak ada kata terlambat untuk berubah"

Kalau bukan kita yang menolong mereka, siapa lagi?

Iluka, 14 April, 2015
Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun