Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memotret London Court di Jantung Kota Perth

18 Maret 2015   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:28 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_373635" align="aligncenter" width="600" caption="banguna abad ke 18 khas Inggeris../tjiptadinata effendi"][/caption]

Memotret Sepotong London di Jantung Kota Perth

Sebuah bangunan kuno khas arsitektur gaya Eropa masih berdiri dengan megah tepat di samping Central Train Statiion di Kota Perth, ibu kota Western Australia. Bangunan yang dijadikan semacam heritage building oleh pemerintah Australia ini menampilkan sebuah sisi dari bangunan Kota London yang merupakan ibu kota dari Britania Raya. Di sudut kiri dan kanan gedung terlihat tulisan yang terpahat di dinding batu bangunan tersebut yang berbunyi ”London Court”.

[caption id="attachment_373636" align="aligncenter" width="600" caption="salah satu sudut bangunan London court/tjiptadinata effendi"]

1426674419854243391
1426674419854243391
[/caption]

Bekas rumah-rumah tinggal yang kini sudah beralih fungsi menjadi semacam pusat bisnis souvenir, coffee shop, dan money changer ini tampak cukup menarik para pengunjung. Kendati pada awalnya sama sekali tidak bermaksud untuk berbelanja, daya magnet bangunan khas Eropa di abad ke-18 ini, mau tidak mau “memaksa “ orang untuk setidaknya melangkahkan kaki, memasuki pintu gerbang yang tampak anggun dan kokoh. Dengan jam dinding yang melekat di puncak gedung dan tata warna khas yang membedakan bangunan ini dengan bangunan modern di sekitarnya.

London Court

Bangunan khas Inggris ini bertingkat 3 dan 4, namun yang dimanfaatkan hanyalah lantai paling bawah. Lokasi di Hay Street,yang merupakan kawasan pusat bisnis beragam jenis barang keperluan sehari-harian. Kalau membaca di dinding gedung, bangunan ini didirikan pada tahun 1937. Ada nama yang berbau Prancis, Claude de Bernales.

[caption id="attachment_373637" align="aligncenter" width="600" caption="turis domestik dan mancanegara khusus datang utk berpose../doc,pri"]

1426674557105510422
1426674557105510422
[/caption]

Mudah Untuk Menemukan Gedung ini.

Untuk menemukan bangunan khas Inggris ini tidak sulit. Begitu turun dari kereta api di Perth Central Train, kita tinggal melangkah ke arah kanan. Menyeberangi jalan di depan dan menelusuri gang pertokoan yang berjejer. Untuk mudahnya, kita bisa mengambil jalan by pass dengan melintas di tengah toko “Myer”. Tidak usah kuatir ditegor karena memang sudah lumrah di tengah pertokoan elite ini, disediakan jalan untuk melintas, dengan tujuan komersial bahwa sementara orang melintas mungkin tertarik untuk berbelanja alat kosmetik atau kelengkapan wanita yang lainnya.

[caption id="attachment_373640" align="aligncenter" width="600" caption="gaya khas Inggeris masih tampak seperti asli./doc,pri"]

1426674660923262371
1426674660923262371
[/caption]

Dari kejauhan, puncak bangunan ini sudah tampak seakan memberikan tanda bagi orang yang akan mengunjungi tempat ini. Bila merasa ragu, cukup tanyakan saja pada salah satu orang yang ada di sana atau pada salah seorang petugas toko. Dengan senang hati mereka akan membantu. Jangan lupa, ada 3 patah kata yang merupakan standar sopan santun dalam bertanya di Negeri Kanguru ini, yakni ”good morning… excuse me" dan kalau sudah selesai bertanya, jangan lupa mengucapkan ” thank you”. Hal kecil dan sepele, namun dari hal-hal kecil ini, setidaknya kita sudah ikut menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia.

[caption id="attachment_373647" align="aligncenter" width="600" caption="pintu masuk kedalam rumah dan anak tangga besi/tjiptadinata effendi"]

1426676659365345651
1426676659365345651
[/caption]

Bangunan Unik dan Menarik untuk Dilirik dan Diabadikan

Kita tidak harus berbelanja bila berkunjung ke sini. Tak ubahya bagaikan jalan-jalan ke mall yang lainnya. Tapi kalau kita hanya sesekali mendapatkan kesempatan, mungkin tak ada salahnya mengeluarkan uang 5 dollar, agar dapat menikmati secangkir espresso atau cappuccino sambil sepuas-puasnya memandangi lekak-lekuk bangunan yang berada di bawah pengawasan pemerintah.

Dalam kata lain, bangunan ini sudah dijadikan heritage building dan tidak boleh diubah atau direnovasi, kecuali ada ijin dan pengawasan dari tata kota dan dinas pengawasan gedung-gedung bersejarah.

Pintu masuk ke dalam setiap rumah sangat kecil untuk ukuran bagunan di jaman kini. Begitu juga anak tangga yang menuju lantai atas, tetap dipertahankan sebagaimana adanya. Menurut petugas kedai kopi di mana kami sejenak meneguk secangkir capucinno hangat, kebanyakan dari rumah-rumah ini hanya berfungsi sebagai ruang kerja dan bisnis. Setahunya, pemilik tinggal di tempat lain.

[caption id="attachment_373649" align="aligncenter" width="600" caption="kebanyakan turis kesini,hanya utk berfoto ria dan minum kopi/doc.pri"]

1426676876215532959
1426676876215532959
[/caption]

Harga Barang di Sini Relatif Mahal

Menilik harga barang-barang yang dipajangkan di sini berupa souvenir, kaus dan barang hiasan imitasi, harganya cukup tinggi. Begitu juga dengan secangkir kopivyang ditempat lain 3 dollar, di sini 5 dollar. Mungkin karena bangunan unik ini, sewanya cukup mahal. Mainan kunci yang di toko lain hanya 3 dollar, di sini pada label terbaca 6 dollar. Begitu juga dengan barang pajangan lainnya.

[caption id="attachment_373654" align="aligncenter" width="600" caption="souvenir shop/doc.pri"]

14266771971431021377
14266771971431021377
[/caption]

Nah, dengan modal dua cangkir kopi ini, kami dapat memandangi sepuasnya bangunan khas London ini dan tentu tak lupa jeprat-jepret sana-sini walaupun hasilnya tidak maksimal karena berlawanan dengan sinar matahari pagi. Setidaknya, beberapa sudut bangunan gedung bersejarah ini sudah terabadikan pada gambar dan ter-posting di sini.

Sambil menikmati secangkir capuccino, saya manfaatkan untuk mengetik artikel ini. Semoga ada manfaatnya.

Ditulis di London Court, 18 Maret, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun