Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hidup Boleh Susah, tapi Jangan Jadi Maling

19 Januari 2014   15:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13901190411519890938

[caption id="attachment_306947" align="aligncenter" width="450" caption="ilustrasi: shuterstocks."][/caption]

Hidup Boleh Susah,Tapi Jangan Jadi Maling.

Maunya kita,hidup itu selalu mudah dan berkecukupan. Tetapi sebuah harapan belum tentu akan menjadi kenyataan. Karena antara harapan dan terwujudnya menjadi nyata,ada rentang waktu. Yang bisa dalam tempo singkat,tapi mungkin juga bisa panjang. Bahkan tidak jarang,sesuatu yang kita harapkan ,tidak pernah terwujud. Inilah yang dinamakan sebagai sebuah resiko dari sebuah harapan. Kendati demikian, setiap insan,harus tetap berharap,karena harapan itu adalah sebuah kekuatan. Yang mampu menopang dan menjadi sandaran ,ketika saat saat yang tidak menyenangkan hadir dalam hidup kita.

Perjalanan waktu antara sebuah harapan dengan terwujudnya menjadi suatu kenyataan ini menjadi sesuatu yang sangat rawan,bagi setiap orang, Terutama yang tidak dibekali dengan prinsip prinsip hidup yang benarYang terpenting diantaranya adalah : “Kejujuran”

Tidak sedikit orang yang tadinya jujur dan dikenal sangat baik,tiba tiba berubah ,karena tidak mampu bertahan disaat saat godaan hidup hadir dalam dirinya.. Akibatnya,maka dengan segala alasan ,menghalalkan segala cara,untuk bisa memilki sesuatu yang sesungguhnya bukan miliknya.

Untuk mana ,ijinkan saya untuk berbagi sepotong kisah hidup ,bukan untuk melambungkan diri atau supaya dianggap orang baik,tetapi semata mata untuk memberikan inspirasi,bahwa untuk menjadikan kejujuran,bagian yang tak terpisahkan dari jiwa kita,tidak mungkin dapat diperoleh secara tiba tiba. Sebagaimana halnya ,orang tidak bisa secara serta merta menjadi jahat dalam satu malam,begitu juga adalah mustahil orang bisa bersikap jujur secara tiba tiba. Semuanya butuh waktu,yang memproses jiwa seseorang,untuk menjadi jahat atau untuk menjadi orang yang jujur.

Kejujuran Perlu Ditanamkan Pada Anak Sedini Mungkin. Saya dilahirkan di kota Padang., anak ke 8 dari sebelas orang bersaudara.Orang tua saya lahir di kota kecil Payahkumbuh,sekitar 120 km dari Padang. Kami tinggal di daerah yang namanya Pulau Karam. Dari namanya sudah dapat diterka,bahwa daerah ini adalah langganan banjir. Setiap kali hujan lebat agak lama,maka seluruh rumah akan digenangi air..(karam). Jadi kalau orang baru heboh tentang banjir ,sesungguhnya,saya lahir dan dibesarkan di daerah yang langganan banjir ,Sehingga banjir bukan lagi menjadi sesuatu yangmenakutkan,malahan banjir saya sambut dengan berbesar hati,karena pasti ada sesuatu yang hanyut,yang bisa saya manfaatkan.

Saya sangat dekat dengan ibu saya, seorang wanita bersahaja ,namun sangat mengasihi kami semuaTidak jarang aku melihat ibu makan kerak , karena mendahulukan kepentingan anak anaknya,Ayah saya seorang pekerja keras dan pendiam.dan sangat disengani oleh warga sekampung.Sangat disiplin .Setiap kata yang keluar dari mulutnya berarti perintah. Tidak ada istilah diskusi.Dan kami semua sudah menerima hal tersebut sebagai bagian dari kehidupan sehari harian.Setiap subuh jam 4 pagi ayahku sudah bangun. Menimba air dari sumur ,untuk anak anak mandi dan mencuci pakaian dan memotong kayu untuk ibu ku menanak nasi.

Saya masih ingat kata kata ayah saya:” Kita orang susah, jadi jangan cengeng. Mengerti?” Sikap disiplin yang keras ini, membentuk kepribadian saya untuk selalu tegar. Berkali kali saya terjatuh dan terluka karena memanjat pohon,tapi saya tidak pernah mengadu. Menginjak pecahan kaca,sudah tidak terhitung berapa kali. Karena pada waktu itu ,saya cuma punya sepasang sepatu,yang hanya dipakai ketika memasuki halaman sekolah.

Suatu hari kaki saya keinjak besi paku yang nancap di sebilah papan, saking kerasnya terinjak, besi paku nya menembus telapak kaki saya. Namun saya tahu resiko kalau menangis,makanya saya cabut sendiri .

Pertama Kali Saya Mencuri

Suatu ketika, sekolah liburan panjang, karena memasuki bulan puasa. Anak anak dikampung mengisi waktu dengan adu layangan.Pada waktu itu saya masih berumur 12 tahun dan duduk dikelas 5 Sekolah Rakyat,yang sekarang bernama Sekolah Dasar. ,Seperti juga anak anak sebaya lainnya, tentu saja saya juga ingin ikut bermain layangan.Namun, jangankan beli layangan,untuk makan saja kami sudah susah.

Maka jalan satu satunya adalah membuat layangan sendiri, yang sudah biasa saya lakukan. Karena tidak ada bambu, maka saya melirik ke pagar tetangga ,yang terbuat dari bambu. Terdorong oleh keinginan untuk segera dapat membuat layangan, membuat saya tidak lagi berpikir panjang, Saya berusaha mematahkan bambu tersebut,dengan menariknya sekuat tenaga. Ternyata tidak mudah. Namun saya sudah terlatih untuk tidak pernah menyerah. Dengan menghimpun seluruh kekuatan,achirnya bambu tersebut patah…namun ada sesuatu yang aneh terasa ditelapak tangan saya.

Terlihat memutih dan dalam beberapa detik,berubah menjadi merah…ternyata telapak tangan saya tersayat dalam oleh sembilu(kulit bambu) yang tajam seperti pisau silet…Dengan masih memegang patahan bambu ditangan, saya berlari kedapur. Mengambil bawang merah dan gula, saya tumbuk seadanya dan ditempelkan ditelapak tangan yang tersayat dalam dan lebar…Saya menggigil menahan rasa perih.Ibu yang pas lagi didapur,datang dan sangat kaget melihat wajahku,yang mungkin pucat pasi dan badan menggigil .Telapak tanganku dibalut dengan sobekan kaus oblong.

Tiba tiba ayahku muncul ,entah dari mana. “Ada apa?” tanyanya penuh wibawa. Mana berani saya bohong. Wajah ayahku merah padam, menahan marah .” Kita boleh miskin harta, tapi jangan jadi maling,mengerti!”“Ayo,pulangkan kembali bambu tersebut dan minta maaf” Ibu mencoba membujuk,supaya besok saja dikembalikan. Tapi ayahku tegas:” Tidak, itu bukan milik kita. Menyimpan barang yang bukan milik kita, sama saja dengan mencuri !”

Saya terpaksa patuh. Dengan perasaan yang tidak keruan, aku antarkan patahan bambu tersebut kerumah tetangga yang punya pagar bambu.Saya ketuk pintu rumahnya ,seorang wanita sebaya ibuku muncul .”Ada apa nak?” tanyanya lembut. “ Maaf bu,tadi saya mematahkan bambu pagar ibu,tanpa minta ijin.. Saya disuruh mengembalikannya”

Tapi si ibu sama sekali tidak tertarik dengan potongan bambu yang aku bawa, dia justru bertanya:” Kenapa tangannya nak?” Mari ibu lihat.Saya mengulurkan telapak tanganku…” Aduuh,lukanya begini dalam dan lebar…ibu ganti kain pembalut yang bersih ya.. Aku cuma bisa mengganguk,karena dadaku sesak oleh rasa haru. Orang yang pagarnya kurusakkan, sama sekali tidak peduli pada pagarnya, malah merawat tanganku..

Pengalaman pahit yang sudah lama berlalu ini, tidak pernah aku lupakan.. Sudah aku pateri dalam dalam dihatiku:

Jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan milik kita… Jangan pernah menahan sesuatu yang menjadi hak orang lain.

Renungan: Tubuh saya penuh dengan bekas bekas luka,akibat kenakalanku waktu kecil.. Setiap kali mencuci tangan,aku melihat kembali bekas luka ditelapak tanganku..Rasa sakitnya sudah hilang, seiring dengan berlalunya waktu….Tetapi pesan moral dari ayahku tak kan pernah terlupakan..:

jujurlah pada diri sendiri jujurlah pada orang lain. Dengan alasan apapun,jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Jangan jadi maling! Belajar dibangku sekolah,akan menghadirkan ilmu pengetahuan bagi kita.Belajar dari setiap peristiwa hidup,akan melahirkan kearifan ..Belajar dari pengalaman hidup sendiri adalah baik,karena pengalaman adalah guru yang terbaik,Tetapi alangkah baiknya,bila kita juga mau belajar dari pengalaman hidup orang lain, agar kita tidak perlu merasakan sakitnya. Mohon maaf,tidak ada maksud sama sekali untuk menggurui siapapun, Satu satunya tujuan artikel ini di tulis dan diposting,adalah dengan harapan,dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Wollongong, `19 Januari,2014 Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun