Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sampah Di Australia ,Ternyata Beda dari Sampah di Indonesia

15 Maret 2015   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:37 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_373155" align="aligncenter" width="560" caption="kursi empuk dan mesin cuci mini/doc.pri"][/caption]

Ternyata Sampah di AustraliaBeda dari Sampah di Indonesia

Kalau peribahasa :” Lain Padang, lainbelalangnya. Lain lubuk ,lain pula ikannya” sudah lama kita tahu .Bahkan anak anak tk juga sudah tahu. Tetapi ternyata bukan hanya bahasa ,budaya dan kebiaasaan yang berbeda,ternyata sampah sampahnya juga berbeda.

Minggu ini merupakan kesempatan bagi warga di Perth. Khususnya di daerah Joondalup, untuk membuang sampah sampah besar dari rumahnya. Kalau pada hari biasa, akan dipanggil oleh Council ,setingkat kecamatan dan disuruh bayar ongkos untuk pembuangan sampah.yang nilainya bisa 200 dollar. Mantu kami pernah parkir mobilnya yang sudah tidak bisa digunakan lagi, didepan rumah. Sudah dapat surat peringatan dari Council,mungkin masih kelupaaan. Akibatnya ,mobil kerek datang dan ditagih 200 dollar atau setara 2 jutaan rupiah. Lumayankan?

[caption id="attachment_373157" align="aligncenter" width="490" caption="kasur dalam kondisi bagus/doc.pri"]

1426415201162076701
1426415201162076701
[/caption]

Memotret Sampah

Objek untuk memotret bisa apa saja. Apalagi bagi saya yang baru belajar jepret sana jepret sini. Sehingga hampir tidak ada yang telewatkan ,tanpa saya jepret. Salah seorang cucu saya ,sampai meledekin :” Hmm Opa,sejak menulis di Kompasiana, daun jatuh juga dipotret yaa hahaha”,katanya sambil ketawa .Dan saya juga ikut ketawa,karena memang seperti itu. Ketika daun daun berguguran dimusim gugur, saya mencoba menjepret,sementara dedaunan masih melayang di udara

Kembali kepada sampah di sini.

Pagi ini, sepulang dari ibadah, seperti biasa saya mengendaraimobil pinjaman dari putra kami,dengan santai ,sambil menikmati pemandangan disepanjang jalan menuju ke rumah putra kami di Iluka.Tiba tiba mata saya tertumbuk padamesin cuci , kulkas ,yang diletakkan didepan rumah penduduk.. Artinya siap menunggu angkutankhusus sampah perabotan rumah tangga untuk dibuang. Selang beberapa rumah setelah itu , ada kursi empuk yang kelihatan masih dalam kondisi bagus .Kemudian menyusul ada Kasur tebal yang juga masih dalam kondisi bagus,menurut padangan mata saya sebagai orang Indonesia.Selama di Indonesia, belum pernah seumur hidup melihat ada orang kaya yang buang kasur atau kursi ,yang dalam kondisi bagus.Termasuk mesin cuci ,yang  masih bisa direparasi. Makanya dalam pandangan saya, hal ini cukup menarik .untuk ditulis

Saya minta asisten pribadi ,yakni istri saya untuk menjepret, karena saya lagi menyetir. TapiIstri saya protes .:” Gimana maudi foto ,kalau mobil tetap bergerak?”Benar juga, maka saya kembali memutar arah kendaraan dan kemudian berhenti sesaat . “Jepret …jepret..” dan jalan beberapa meter,berhenti lagi dan kembalicamera Samsung ukuran saku bekerja,menjepret sana sini.Ya, lumayanlah ada 3 objek difoto.minimal menjadi pendukung tulisan, bahwa cerita orang buang Kasur dan kursi yang masih bagus bukan omongan doang, tapi ada buktinya berupa fotoautentik.

[caption id="attachment_373159" align="aligncenter" width="491" caption="mesin cuci ,siap utk dibuang/doc,pri"]

14264154361580199563
14264154361580199563
[/caption]

Orang Australia Gengsi Gensian?

Kami sudah cukup lama tinggal dan hampir setiap hari dengan warga setempat.Tadinya saya terpikir ,jangan jangan orang disini gengsi gengsian. Ternyata belakang saya baru tahu, bahwa prinsip hidup mereka berbeda.

Kalau kita di Indonesia , sudah terbiasa berpikir:” Kalau ada yang gratis, kenapa harus bayar?”Tapi cara berpikir orang disini secara umum adalah :” Kalau bisa beli,,kenapa ambil yang gratis?” Biarlah orang lain, yang lebih membutuhkan dan tidak punya unag,untuk memilikinya.

Hal ini dimulai dari hal kecil ,misalnya di club club senior, ada free coffee,tapi umumnya orang “bule:” lebih suka membayar4 dollar di café atau dibar,ketimbang ambil yang gratis.Begitu juga ,kalau di toko buah, terkadang buah yang sudah ranum dibagi secara gratis, mereka juga tidak mau mengambilnya.Bukan karena gengsi ,tapi berpikir, mereka bisa bayar,biarlah orang yang tidak mampu beli,mendapatkannya.

Nah,ternyata :”tuduhan “ saya pada awal,bahwa orang disini gengsian,tidak benar.. Makanya jadi pelajaran bagi saya ,untuk tidak cepat cepat “menjustice::” orang lain,berdasarkan analisa pribadi,karena belum tentu benar.

Semoga dari tulisan kecil dan sepele ini, adahal hal yang dapat dipetik manfaatnya,

Perth,15 Maret, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun