Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seperti Apa Sih Pasar Tradisionil ala Australia?

22 Maret 2015   17:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_374377" align="aligncenter" width="504" caption="salah satu sudut pasar/tjiptadinata effendi"][/caption]

(menampilkan kelebihan pasar tradisionil dinegeri orang, bukanlah untuk meremehkan negeri sendiri,melainkan suatu kerinduan hati, semoga suatu waktu negeri kita bisa lebih dari ini._)

Mau Tahu Seperti Apa Pasar Tradisionil ala Australia?

Pagi tadi, saya dan istri diajak jalan jalan kepasar tradisionil ala Australia. Tentu saja langsung kami iyakan, karena memang hari Minggu ini, tidak ada jadwal yang penting. Disamping kami berdua, juga ada putra kami, istri dan kedua putrinya ikut semobil .Jadi kami berenam ,naik ke kendaraan yang disopiri oleh mantu kami..

Kemana arah kendaraan ,kami nggak nanya, yang jelas diajak jalan jalan ke pasar tradionil. Kalau di kediaman putri kami dikota Wollongong, kami sudah pernah berkunjung, ke Sunday Market,tapi barang barang yang dipajang untuk dijual, sangat terbatas. Pasar tradisonal yang lengkap ada di pusat kota Sydney, tepatnya di Chinatown, yang bernama Paddy’s Market. Hanya karena jaraknya cukup jauh,yakni berkendara sekitar 1 ½ jam dan masih ditambah dengan tariff parkir 26 dollar untuk dua tiga jam berbelanja,menyebabkan kami agak enggan kesana.

[caption id="attachment_374376" align="aligncenter" width="490" caption="centry village market./tjiptadinata effendi"]

1427016936985701051
1427016936985701051
[/caption]

Berbelanja di Pasar Tradisionil ala Australia

Ternyata jarak antara kediaman putra kami di Iluka hingga sampai ke Morely. hanya memakan waktu sekitar 35 menit tanpa halangan. Parkir disini gratis. Dari luar bangunan pasar ini,kelihatan lebih mirip sebuah gudang besar,ketimbang sebuah pasar. Namun begitu menginjakan kaki kedalam bangunan ini, ternyata suasananya sangat semarak dan menarik hati.

Ada payung aneka warna yang di pajang di sana, sekedar sebagai penambah semaraknya pasar ini, di samping harga barang barang disini, rata-rata separuh harga dibandingkan dengan berbelanja di pusat kota. Buah-buahan dan sayur mayor tampak masih sangat segar, dibandingkan dengan berbelanja di mall mall pusat kota.

Misalnya buah plum, yang biasa kami bayar seharga 5 dolar ,disini hanya 1,99 dollar. Kelapa muda yang di mall 4 dollar, di sini juga hanya separuh harga.Begitu juga dengan harga telur.yang biasanya kami beli dengan harga 4 dollar per box yang isinnya 12 butir,disini hanya 1,99 dollar.  Mungkin karena sewa tempat disini pasti akan lebih murah dibandingkan dengan dipusat kota, Mengingat lokasi pasar ini,berada diluar pusat kota, dan berbentuk bangunan sederhana yang hampir hampir tanpa dekorasi.

Saya mencoba mencatat ,apa saja kelebihan Pasar Tradisionil ala Australia ini,antara lain:


  • Lokasi bersih
  • Tidak ada sampah berserakan
  • Dan pasti tidak becek
  • Bebas parkir
  • Udara bersih
  • Tidak ada tawar menawar
  • Tidak ada copet
  • tidak ada yang merokok
  • tidak ada yang meludah dilantai

[caption id="attachment_374392" align="aligncenter" width="560" caption="sebutir kelapa muda sama harganya dengan di Jakarta/tjiptadinata effendi"]

14270185991985755026
14270185991985755026
[/caption]

Kebanyakan Yang Berbelanja Orang Asia

Yang biasa hidup hemat adalah orang Asia,tentu termasuk orang Indonesia Mereka lebih memilih berbelanja disini,walaupun agak jauh dari pusat kota dan hanya merupakan bangunan sederhana. Apalagi dengan adanya fasilitas parkir gratis.

Kalau orang Australia (bukan pendatang) lebih mementingkan kenyamanan diri yakni berbelanja di mall dengan full ac,music dan dekorasi yang menyenangkan hati. Umumnya mereka tidak peduli mengenai adanya selisih harga,kecual yang menikah dengan orang Asia.

[caption id="attachment_374378" align="aligncenter" width="430" caption="belanja hemat cara australia./doc.pri"]

1427017259157404182
1427017259157404182
[/caption]

Total Penghematan Mencapai 40 Persen

Karena ingin tahu, saya coba menjumlahkan seluruh harga barang yang tadi dibeli, berupa : beras, gula, garam,telur,buah ,mie instant dan ikan, yang kalau dibeli di mall yang berada dipusat kota ,akan mengeluarkan dana ,minimal 250 dollar setiap minggu berbelanja. Namun tadi saya baca distruk pembayaran,totalnya adalah 174,50dollar. Berarti ada penghematan sejumlah 74 dolar atau sekitar 35 persen ,dari total belanja. Sebuah penghematan yang cukup besar.dalam satu minggu.


[caption id="attachment_374395" align="aligncenter" width="490" caption="tenang dan damai/tjiptadinata effendi"]

14270203481470626407
14270203481470626407
[/caption]

Tapi gaya dan selera hidup adalah hak pribadi setiap orang. Mengenai selera adalah sesuatu yang tidak dapat diperdebatkan. Dan kita juga tidak boleh menjustice bahwa orang Australia pemboros,karena mungkin menurut ukuran gaji mereka,pengeluaran yang kita anggap cukup besar,bagi mereka adalah hal yang sangat wajar saja.Mengingat gaii orang Australia rata rata adalah sekitar 4000 – 5000 dollar perbulannya.

[caption id="attachment_374379" align="aligncenter" width="490" caption="harga telur,sama dengan di Jakarta.2 dolar per lusin/tjiptadinata effendi"]

14270174441949418048
14270174441949418048
[/caption]

Nah,minimal sebuah gambaran mengenai pasar tradisionil ala Australia ini, sudah dapat dipahami,apalagi didukung dengan foto foto ,yang masih fresh from the oven,karena baru satu jam yang lalu saya jepret,lewat camera saku ,merk Samsung, yang sudah cukup kuno.karena sudah 4 tahun digunakan.

Semakin banyak kita berjalan, semakin banyak yang dilihat dan semakin ,menambah pemahaman dan rasa syukur dihati,bahwa dimanapun kita berada adalah bumi Tuhan ,yang tanahnya menghasilkan berbagai buah dan sayuran ,untuk dapat dinikmati manusia.. Kita hanya tinggal menyukuri dan menikmatinya..

Coventry Village Market, 22 Maret, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun