Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gerai Buku Rata-rata Rp1000,--

16 Januari 2014   18:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_306398" align="aligncenter" width="540" caption="foto: doc.pribadi"][/caption]

Gerai Buku Rata Rata Rp.1000.-

Setidaknya ada ratusan buku ,yang terdiri dari fiksi dan non fiksi ,dari yang tipis,hingga ketebalan 400 halaman,yang di gerai dengan harga rata rata 10 sen atau senilai seribu rupiah uang kita. Hal ini merupakan salah satu kepedulian dari Warrila Community, yang beralamat di Hill Street nomer 1,Warilla.yang berjarak tempuh sekitar 20 menit berkendara,dari kota Wollongong.

Buku buku ini merupakan sumbangan dari berbagai kalangan. Ada yang masih baru dan ada yang sudah bekas,tapi dalam kondisi 90 persen bagus. Kegiatan ini merupakan salah satu ujud nyata, dari Komunitas masyarakat diWarilla,untuk memberi dorongan kepada warga yang sudah senior,untuk rajin membaca. Disamping untuk mencegah kepikunan,sekaligus mengisi hidup mereka dengan kegiatan kegiatan sosial.

Para petugas yang jualan disini, terdiri dari warga yang sudah senior. Berarti usia mereka minimal 65 tahun. Mereka disini membantu secara sukarela. Jadi sama sekali tidak menerima gaji. Begitu memasuki ruangan gerai buku,terlihat beberapa orang sedang melayani pembeli dengan sangat ramah. Bahkan ditawari minumankopi atau teh..Suasana disini sangat menyejukkan hati. Tidak terlihat wajah wajah yang memandang kami dengan aneh,walaupun jelas kulit kami berdua berbeda dengan mereka.. Bahkan dengan penuh antusias,menyambut,ketika saya katakan.kami berasal dari Indonesia. Seperti biasanya mereka hanya kenal Indonesia itu adalah Bali .Saya mencoba menjelaskan sebisa saya bahwa Bali hanya salah satu dari banyak pulau di Indonesia. Mereka manggut manggut dengan wajah antusias..

[caption id="attachment_306399" align="aligncenter" width="300" caption="foto: doc.pribadi"]

1389870032916662051
1389870032916662051
[/caption]

Orang Australia Gensi?

Pada umumnya orang Australia gensi atau mungkin rasa kepeduliannya yang sudah sangat tinggi.. Dalam arti kata,mereka tidak mau sesuatu yanggratis. Hal ini seringkali saya perhatikan,ketika berada di Club Bowling atau rekreasi lainnya. Kendati ada mesin kopi gratis ,mereka lebih suka pesan di café dan bayar 4 dollar untuk secangkir kopi. Untuk diketahui, warga Australia terdiri dari sekitar 75 suku bangsa. Kalau yang berasal dari Asia dan Timur Tengah, karakter mereka mirip dengan kita di Indonesia,yaitu : Kalau ada yang gratis,kenapa harus beli.

Selama lebih dari 10 tahun tinggal di tengah tengah masyarakat disini. sedikit banyak saya sudah memahami karakter mereka secara umum. Oleh karena itu, Warilla Ops Shop ini memasang tariff 10 sen,jadi berarti mereka tidak dapat gratis,tapi harus beli.

Menurut Grace,67 tahun ,yang bercerita,bahwa dengan adanya kegiatan ini,ia merasa jauh lebih sehat ,ketimbang duduk dirumah sepanjang hari. Sebenarnya komunitas ini juga menyediakan makanan gratis bagi yang membutuhkan. Tapi ternyata yang datang hanya satu dua orang ,warga Australia yang berasal dari imigran Eropa Timur. Penduduk Australia sendiri,tidak pernah datang,mungkin hidup mereka rata rata sudah lebih dari cukup.

[caption id="attachment_306400" align="aligncenter" width="300" caption="foto: doc.pribadi"]

13898701001396208724
13898701001396208724
[/caption]

Hanya satu persen dari harga di toko

Saya hanya membeli 2 buah buku ,yang berjudul :” Don’t Throw Away” dan buku Adventure seperti terlihat pada gambar. Kendati tidak dibatasi,hanya saja tidak tega rasanya memborong buku banyak banyak,sementara itu mungkin ada orang lain yang lebih membutuhkan. Buku yang sama.ditoko buku bekas,dijual dengan harga paling rendah 10 dollar. Sedangkan disini hanya 10 sen ,jadi berarti hanya 1 persen dari harga di toko.

Ketika saya tanyakan ke Grace yang menjaga gerai,apakah tidak mungkin ada orang yang membeli dalam jumlah banyak,untuk kemudian di jual lagi ditempat lain?

Untuk sesaat ia terdiam.Saya kira mungkin tidak mengerti aksen bahasa Inggeris saya yang made in Indonesia. Tetapi masalahnya bukan itu. Ia hanya kaget,karena pemikiran demikian sederhana,ternyata tidak terpikirkan olehnya. Tapi memang hingga saat ini,belum pernah ada yang datang dan memborong buku buku. Paling banyak mereka beli 10 judul,jadi genap 1 dollar. Saya hanya manggut manggut,walaupun sebenarnya pikiran saya masih mikir,kenapa yaa? Mungkin rasa sosial yang tinggi,mencegah mereka melakukan hal tersebut. Sehingga orang lain juga kebagian buku murah.

Seperti halnya ditiap tiap daerah,ada beberapa lokasi dimana penduduk pendatang,bisa belajar untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggerisnya,maka di sini juga ada kegiatan semacam itu. Siapapun boleh hadir dan tidak dipungut biaya. Hanya pada waktu morning tea,sekitar jam 10,00 pagi,ada kotak disediakan,bagi yang mau menyumbang 1 dollar. Hal ini juga berdasarkan pertimbangan,agar orang tidak merasa risih,tiap datang minum kopi dan makan biscuit secara gratis.

Piring Hitam untuk Koleksi

Disamping gerai buku,ada setumpuk Piringan Hitam,bagi yang hobbi koleksi. Sebagai fans dari Nat Kingcole dan Jim Reeves,saya membeli masing masing 1 buah,dengan harga 50 sent. Yang kalau di toko barang antic,harganya tidak berada dibawah 50 dollar.

Kejadian ini tentu tidak ada yang istimewanya,hanya saja mungkin dapat kita petik hikmahnya,bahwa hidup berbagi itu,tidak harus di sorot oleh pemancar televisi,tapi biarlah hidup berbagi itu berjalan secara alami. Tentunya bila kata berbagi itu lahir dari lubuk hati kita yang terdalam.

Wollongong,16 Januari,2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun