Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Saya Bersumpah Tidak Akan Mencuri Lagi

9 Juni 2014   23:37 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:29 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_328197" align="aligncenter" width="614" caption="ft: tjiptadinata effendi"][/caption]

Saya Bersumpah Tidak Akan Mencuri Lagi

Berbagi cuplikan kisah kisah hidup, tidak harus dipilih yang indah indahsaja. Juga tidak harus semata kisah kisah sukses dan pesiar pesiar keliling dunia, yang ditampilkan. Tetapi juga segala kekurangan , penderitaan , bahkan kesalahan yang mungkin pernah dilakukan. Bukan untuk mempermalukan diri ,melainkan agar orang lain dapat memetik pesan moral yang terkandung dalam peristiwa peristiwa hidup kita. Bahkan lebih jauh diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi ,agar orang lain janganjatuh pada lubang yang sama dimana kita pernah jatuh.

Saya pernah Mencuri 2 Kali selama hidup

Ibarat orang China jualan bakmie, dimana orang bisa melihat , bahan apa saja yang di persiapkan, bagaimana mengirisnya, serta apa saja bumbu yang dipakai. Bahkan orang dapat sekaligus belajar, bagaimana memasak mie goreng atau mie ayam, karena sejak dari awal,semua proses dan cara memasaknya sudah dipertontonkan. Kira kira seperti itulah falsafah hidup yang selama ini saya jalani. Saya sama sekali tidak malu dan tidak merasa mempermalukankeluarga besar saya, karena bercerita bahwa saya dilahirkan dalam keluarga besar dan miskin.

Maka dalam artikel ini saya juga tidak malu dan risih menceritakan secara terbuka,bahwa selama hidup saya sudah 2 kali mencuri.

Pertama Kali

Suatu ketika, sekolah liburan panjang, karena memasuki bulan puasa.Anak anak dikampung mengisi waktu dengan adu layangan. Pada waktu itu saya masih berumur 12 tahun dan duduk dikelas 4 S.D ,Seperti juga anak anak sebaya lainnya, tentu saja saya juga ingin ikut bermain layangan.Namun, jangankan beli layangan,untuk makan saja kami sudah susah.

Maka jalan satu satunya adalah membuat layangan sendiri, yang sudah biasa saya lakukan Karena tidak ada bambu, maka saya melirik ke pagar tetangga ,yang terbuat dari bambu. Terdorong oleh keinginan untuk segera dapat membuat layangan, membuat saya tidak lagi berpikir panjang, Saya berusaha mematahkan bambu tersebut,dengan menariknya sekuat tenaga. Ternyata tidak mudah. Namun saya sudah terlatih untuk tidak pernah menyerah.

Dengan menghimpun seluruh kekuatan,achirnya bambu tersebut patah…namun ada sesuatu yang aneh terasa ditelapak tangan saya.Terlihat memutih dan dalam beberapa detik,berubah menjadi merah…ternyata telapak tangan saya tersayat dalam oleh sembilu(kulit bambu) yang tajam seperti pisau silet…


Dengan masih memegang patahan bambu ditangan, saya berlari kedapur. Mengambil bawang merah dan gula pasir, saya tumbuk seadanya dan ditempelkan ditelapak tanganku yang tersayat dalam dan lebar…Saya menggigil menahan rasa perih.Ibu ku yang pas lagi didapur,datang dan sangat kaget melihat wajah saya,yang mungkin pucat pasi dan badan menggigil .Telapak tanganku dibalut dengan sobekan kaus oblong.

Tiba tiba ayah muncul ,entah dari mana. “Ada apa?” tanyanya penuh wibawa. Mana berani aku bohong. Wajah ayahku merah padam, menahan marah .” Kita boleh miskin harta, tapi bukan maling,mengerti!”“Ayo,pulangkan kembali bambu tersebut dan minta maaf” Ibu mencoba membujuk, agar besok saja dikembalikan,Tapi ayah tegas:” Tidak, itu bukan milik kita. Menyimpan barang yang bukan milik kita, sama saja dengan mencuri ?!”

Saya terpaksa patuh. Dengan perasaan yang tidak keruan, aku antarkan patahan bambu tersebut kerumah tetangga yang punya pagar bambu.Saya ketuk pintu rumahnya ,seorang wanita sebaya ibuku muncul .”Ada apa nak?” tanyanya lembut.
“ Maaf bu,tadi saya mematahkan bambu pagar ibu dan saya disuruh mengembalikannya”

Tapi si ibu sama sekali tidak tertarik dengan potongan bambu yang aku bawa, dia justru bertanya:” Kenapa tangannya nak?” Mari ibu lihat.
Saya mengulurkan telapak tangan…” Aduuh,lukanya begini dalam dan lebar…ibu ganti kain pembalut yang bersih ya.. Saya cuma bisa mengganguk,karena dada serasa  sesak oleh rasa haru. Orang yang pagarnya saya rusakkan, sama sekali tidak peduli pada pagarnya, malah merawat tangan tangan saya dengan penuh perhatian.

Sejak saat itu, saya bersumpah ,tidak akan pernah mengambil sesuatu yang bukan milik saya.

Mencuri Untuk Kedua Kalinya

Janji untuk tidak mencuri milik orang lain, selalu saya tepati. Namun suatu hari, saya kembali saya melakukan pencurian untuk kedua kalinya..Kaliini saya mencuri sesuatu yang tak ternilai dari seorang gadis. Namun gadis tersebut sama sekali tidak marah, melainkan dengan senang hati membiarkan saya memiliki sesuatu yang tidak ternilai dari dirinya, yaitu hatinya. Saya lakukan ini 50 tahun lalu!

Sejak saat itu saya dengan sepenuh hati bersumpah, tidak akan mencuri hati gadis atau wanita lainnya . Dan dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, hingga saat ini dan till the end of my time, janji itu selalu saya tepati.

Gadis yang saya curi hatinya , bernama Linadan saat ini bersama sama tinggal dengan saya di Mount Saint Thomas.Usia pernikahan kami memasuki ke 49 . Mohon doa, semoga Tuhan mengijinkan kami merayakan “The Golden Anniversary “ pada tanggal 2 Januari tahun 2015.

Pada saat tulisan ini saya published kan, sayup sayup terdengar suara Elvis Presley membawakan lagu kesukaan saya:"' ....Love me tender love me dear...take me to your heart...I'll be yours through all the years...till the end of time........."

MountSaint Thomas, 09 Juni,2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun